Spesies pasca-manusia terjebak dalam sebuah perang yang tidak berkesudahan. Seorang android yang telah tertidur selama ribuan tahun, bangun untuk mempelajari manusia dalam dunia yang tumbuh oleh sisa-sisa peradaban itu.
Apa anda yakin akan melakukan ini dokter?
Ya... dan tidak... aku hanya ingin meninggalkan sesuatu... Ketika lima milenia sudah berlalu, aku bayangkan dia akan bangun... dan mempelajari sejarah penciptanya, jaman dahulu kala.
...Tapi semua ini untuk apa?
Aku sendiri tidak tahu...
Itu adalah kata-kata terakhir yang ia dengar sebelum kesunyian panjang. Tidak ada cahaya, pendengaranpun samar-samar. Jiwa seorang perempuan, terombang-ambing dalam dunia data, tidak mengetahui apa yang terjadi, dan terlindung dari ancaman dunia luar.
Namun sekarang, saatnya untuk bangun.
***
Tahun 492, Oningyou era
Daratan laboratorium besar MOLD, bekas Greenland.
Langit seakan robek ketika dua mesin saling beradu tanding. Mesin-mesin yang berwujud seperti roket kecil, mendorong pemakainya agar bisa terbang menjelajah langit. Tidak hanya itu, ada pula bongkahan yang mengeluarkan api panas, dan berfungsi tidak bedanya dengan bilah pedang, untuk membelah benda serta makhluk hidup.
Mesin-mesin itu menempel di tubuh kedua perempuan. Bergerak leluasa bagaikan anggota tubuh mereka sendiri, kedua perempuan itu melesat, berbelok, berputar, hingga menukik turun, semua dilakukan dengan mudah. Perempuan itu hanya perlu membayangkan apa yang akan ia lakukan, dan mesin itu menuruti kehendaknya.
Sayangnya, mereka sedang tidak terbang untuk bersenang-senang.
Tukikan demi tukikan terjadi, satu perempuan menerjang perempuan lainnya dengan pedang yang mengeluarkan aura super panas. Lawannya menghindar, ia mengacungkan apa yang nampak seperti laras senjata api, dalam sekejap, hujan peluru meluncur ke arah perempuan yang menjadi lawannya.
"HYAH!"
Pemegang pedang adalah perempuan dengan mesin serba merah. Roket dipunggungnya memiliki tiga bilah sayap yang membantunya untuk mengontrol laju terbang, kedua kaki perempuan itu juga terdapat mesin berbentuk sepatu, yang disertai dengan roket. membantu menambah dorongan, serta memampukannya untuk mengambang di udara.
Lawannya, memiliki mesin dengan motif putih dan biru. roket di punggungnya memiliki bentuk yang berbeda dari musuh, kedua kakinya berfungsi sebagai penyeimbang rute terbang, sementara kedua pelindung tangannya dilengkapi dengan pelindung yang membantunya membawa senjata api, serta perisai.
Si Merah kembali menerjang dengan pedang, dan Putih mengangkat perisainya. Percikan api keluar dari gesekan dengan perisai, dan Putih melompat mundur untuk mendapat jarak tembak.
"Mundurlah kepala batu!" teriak Putih. sistem pendorong yang ada di punggungnya ternyata memiliki senjata. Enam buah roket meluncur dari sana, dan terbang mengincar Merah.
Mengetahui ia dalam bahaya, Merah meluncur menjauh. Di daratan, ada reruntuhan raksasa bekas peradaban masa lampau, tempat yang cocok untuk menghalau misil pemburu. Ia berusaha untuk terbang melewati celah-celah reruntuhan. Satu... dua... tiga misil... meledak karena tidak mampu menandingi manuvernya.
Ia hanya perlu mengatasi dua misil lagi hingga, serangan yang tidak dia duga datang.
Tanpa Merah sadari, Putih yang masih ada di udara, kini memegang senapan dengan ukuran lebih besar dari yang sebelumnya ia pegang. senapan tersebut, mengeluarkan sebuah layar hologram, yang kini berbinar merah
'LOCKED ON'
Tarikan pelatuk disusul dengan hentakan suara keras, tembakan energi panas menyala kebiruan, meluncur menuju Merah.
Merah baru sadar akan apa yang mengincarnya, sinar energi tersebut menghancurkan mesin roket yang ada di punggungnya.
"Tidak!!!" pikir si Merah, ketika ekor matanya menangkap dua misil yang masih mengejar.
singkat kata, dua misil itu meledak, mengeluarkan kobaran api, disertai asap hitam.
Putih melihat kejadian tersebut hingga akhir. ia memunculkan sebuah layar hologram hanya dengan mendelikan mata.
"Tembakan langsung ke unit pendorong musuh berhasil, jejak panas tidak menunjukan tanda-tanda perlawanan... Elviet meninggalkan pertempuran, kembali ke markas." kata perempuan itu.
Untuk terakhir kali, Putih menatap bekas pertempuran terakhir lawannya, seakan memastikan ia tidak akan menerjang dari balik asap, dan menusuknya ketika sedang lengah.
Namun hal itu tidak terjadi, maka Putih, yang bernama asli Elviet tersebut, mengerahkan seluruh energinya ke unit pendorong, dan dengan semburan api biru, membawanya pergi meninggalkan tempat itu.
Satu hal yang ia tidak sadari, bahwa sensor panas tersebut menipunya.
Si Merah masih hidup, ia merangkak dalam reruntuhan bangunan yang sempit, menggantungkan nyawanya pada bebatuan untuk menyembunyikan hawa panas dalam tubuhnya.
"Hampir saja mati..." tukas gadis itu. Sebenarnya apa yang terjadi barusan, Merah berhasil mengerahkan semua energinya untuk menciptakan energi pelindung yang mencegah dua misil tadi mengenainya secara langsung.
"Anggota Penyerang kode-68247, Collen, untuk seluruh saluran Martian, meminta pertolongan evakuasi. Ulangi..." Collen, alias Merah, membuka layar hologram yang serupa seperti yang dilakukan Elviet, ia membagikan pesan berulang, tapi yang menjawab hanya suara noise.
Ia berharap saluran komunikasinya tidak ikut rusak.
Collen berusaha bangkit, ia melihat ke langit, dan tidak ada tanda-tanda lawannya barusan. Kini yang ia perlu lakukan adalah bertahan hidup.
"Si Putih itu... Lain kali tidak akan begini lagi!" katanya pada diri sendiri sembari meninju tembok bangunan. Begitulah ia memanggil Elviet. Mereka berdua adalah tentara dari dua fraksi berbeda. Collen berasal dari Martian, sementara Elviet menyebut dirinya Venusian.
Mereka sudah bertempur sejak pertama kali bertemu, dan selalu mencoba membunuh satu sama lain.
*biiip* "safety lock disengage, emergency exit unsealed" *biip*
Suara robot keluar dari tembok tempat Collen berdiri. Ia hanya bisa terheran-heran ketika lantai dibawah kakinya membuka, dan ia terjun ke entah kemana.
"GYAAAAAAAAAA"
Collen jatuh terjerembab di sebuah ruangan bawah tanah. Ketika ia mencoba untuk melihat tempatnya berada, ia melihat ruangan yang hampir terkubur tanah seluruhnya... kecuali sebuah tabung mekanik yang ada di ujung ruangan.
Tabung itu seukuran dengan besar tubuhnya, di sekelilingnya terdapat kabel-kabel yang menghubungkannya dengan mesin-mesin lain yang serupa. Collen mengenal detil alat-alat ini, ia pernah membaca bagaimana peradaban masa lalu bertumbuh, dan hancur, menyisakan apa yang kini mereka sebut sebagai 'reruntuhan'.
"Kalau begitu... Benda ini sudah berumur sekitar lima ribu tahun!?" pekiknya.
*biiiiip* "Languange voice detected, scanning surrounding for intellectual lifeform" *biiiip*
Cahaya pemindai keluar dari tabung tersebut dan memindai seluruh ruangan, begitu pula Collen.
"A-apaan ini!?" pekik Collen.
*biiiiip* "New lifeform detected, similiarity to human: 78%, lingua franca compatibility: 89%" *biiip*
*biiiiip* "Begin rebirth procedure, preparing to disable all hibernation element, refunctioning every subject's body part." *biiiip*
"Otanjoubi omedetou."
Plat besi yang menutup tabung itu terbuka sembari mengeluarkan uap dengan suara nyaring.
Seorang gadis tertidur dalam tabung itu. Ia berfisik seperti anak manusia, dengan umur belasan tahun, rambutnya pendek, dengan warna coklat.
Perlahan, ia membuka matanya.