webnovel

162. Wasiat Naga Santani

Kuda melaju melewati jalan setapak yang becek akibat diguyur hujan semalam. Hentakan langkahnya melahirkan cipratan-cipratan air yang turut membasahi semak menjalar di kanan dan kiri jalan. Separuh kaki kuda terlihat kotor berlumur lumpur, sampah dedaunan kering pun turit menempel pada kulit kakinya. Saga menggenggam erat tali kekang mengendarai kuda dengan penuh kehati-hatian. Kain bajunya dicengkeram kuat oleh jemari Abdul yang membonceng di belakang.

Saga memutuskan untuk memelankan laju kuda ketika menyadari dirinya sudah cukup jauh dari pasukan patroli kerajaan galuh. Bahkan pasukan itu tidak terlihat sedang mengejarnya. Ketika kuda berhenti di sisi pohon asam besar, tubuh abdul langsung ambruk ke tanah. Buru-buru Saga turun dari kuda dan membantunya untuk bangun.

"Kenapa kamu?" tanya Saga heran. Sementara Abdul terlihat sangat lunglai dengan mulut yang tak henti berliur.

"Maafkan saya," ucap Abdul merasa bersalah.

"Maaf untuk apa?"

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com

Nächstes Kapitel