webnovel

Bab 1.2 : Dunia Lainnya Part 2

"Adududuh..... sakitnya...."

Aku mencoba menutup luka yang terbuka karena tusukan panah dengan kain bekas bajuku. Terdapat luka menganga akibat panah yang menancap di sana, beruntunglah panah tersebut tidak menancap terlalu dalam dan mengenai bagian vitalku. Meski begitu, aku perlu menutupnya karena kalau tidak segera kututup, mungkin akan terjadi infeksi nantinya. Di dunia ini , aku tidak tahu yang mana tanaman obat maupun yang beracun. Hanya dengan menutup luka sajalah yang bisa kulakukan, untuk mencegahnya dari kotoran sebagainya.

"Aku masih kagum... diriku bisa selamat dari kejadian tadi...."

Setelah sebelumnya aku dipanah oleh makhluk hijau itu... yang mirip seperti monster bernama goblin. Kusebut saja goblin. Aku terjatuh ke dalam arus sungai yang sangat deras. Dengan putus asa aku terus mencoba untuk melawan arus tersebut. Seluruh tenagaku hampir habis, hingga aku melepaskan panah yang berada di dadaku untuk menancapkannya pada dasar sungai, mencegah tubuhku hanyut terbawa arus.

Walaupun begitu, hidupku tidaklah selamat begitu saja. Pasukan goblin itu terus mencariku dengan menyisir sungai, berharap mereka menemukan 'mayat' diriku yang sebenarnya tengah bersembunyi di sebuah gua di tepi sungai yang sudah kututupi dengan dedaunan.

Begitu lama mereka mencari, sampai akhirnya menyerah dan mulai berpencar pergi dari sungai, menuju kembali ke hutan.

"Hachoooo...... dinginnya...."

Tanpa kusadari hari pun sudah mulai gelap. Aku tidak punya cukup baju untuk mempertahankan suhu tubuhku. Karena kemeja putihku yang semulanya berlengan panjang sekarang sudah menjadi seperti kaos yang biasa dipakai pemain basket.

Mungkin sebaiknya aku membuat api di tepi sungai saja. Menggunakan dua buah ranting dan dedaunan kering, aku mencoba untuk membuat api darurat. Pelajaran bertahan hidup atau survival yang kudapat dahulu ada gunanya untuk sekarang. Menggesekkan dua buah ranting dengan cepat serta teratur lalu meniup-niup daun dapat menciptakan sebuah api kecil. Api kecil tersebut kugunakan untuk membuat api unggun.

Sebelumnya juga, aku sudah membuat sebuah tombak dari dahan pohon. Menggunakan ujung panah yang runcing, dapat kugunakan untuk menajamkan dahan, menjadikannya tombak yang digunakan mencari ikan di sungai.

Melihat diriku yang memakai tombak dari kayu serta berpakaian compang-camping seperti ini... mengingatkan diriku seperti kembali lagi ke zaman batu dahulu. Dimana alat komunikasi dan listrik belum ada....

"Wua.... enak.... tak kusangka ikan bakar tanpa bumbu seenak ini!"

Walaupun aku tidak memakai bumbu apapun untuk membuat ikan bakar yang tengah kumakan sekarang. Rasanya entah mengapa sangat enak. Mungkin karena perutku keroncongan atau karena ini hasil jerih payahku sendiri.

"Selain cebol hijau yang kutemui tadi.... dunia ini ternyata begitu indah rupanya..."

Aku menatap keatas langit malam. Terdapat banyak gugusan bintang yang rapi dan menyala-nyala di gelapnya langit malam. Suara derasnya air sungai beserta angin yang menggesek dedaunan pohon membuat suasananya semakin nyaman. Begitu menenangkan dan nyaman disini. Udaranya pun bersih bebas dari asap kendaraan.

"Aku masih tidak percaya bahwa ini di bumi. Bumi tidak mungkin seperti ini sekarang. Yang ada hanyalah gemerlapnya lampu kota dan polusi dimana-mana...."

Tetapi.... bagaimana dengan kabar ayah dan ibu ya ? Apakah mereka mengkhawatirkan diriku ? Teman-temanku juga... Bagaimana dengan mereka semua ? Mengingat diriku tengah berada di tempat antah berantah seperti sekarang, tanpa dapat mengirimkan kabar kepada mereka.

Setelah menemui hal-hal yang aneh barusan, aku semakin yakin diriku tidaklah berada di bumi. Dan... jika itu benar.

Apakah aku bisa keluar dari dunia ini ?

-o-

Esok paginya,

Aku membasuh mukaku yang kotor menggunakan air yang mengalir disungai. Rasa dari air sungai yang jernih itu sangatlah enak, dingin nan menyegarkan. Setelah selesai membasuh muka dan rambutku, aku menatap pada air yang terlihat wajah seorang pecundang yang selama ini selalu menetap dikamarnya.

Berada di dunia antah berantah, dengan banyak makhluk aneh dapat menyerangku kapan saja. Kalau aku tahu begini jadinya, aku akan berlatih fisik semenjak dahulu.

Seorang pemuda yang tak pernah keluar dari kamarnya sepertiku tiba-tiba berada di dunia yang tak dikenalnya. Fisik yang selama ini jarang kulatih sekarang menjadi halanganku. Badanku yang pegal karena tidak terbiasa tidur di bebatuan keras... menggunakan bantal batu sebagai teman tidurnya.

Kakiku terasa sangat sakit dari kemarin, namun kupaksakan untuk terus kubawa berjalan. Aku perlu keluar dari sini, sebelum makhluk-makhluk yang mengancam nyawaku seperti goblin kembali menyerangku.

Suara dari aliran sungai yang deras menemani perjalananku, menyusuri hilir, mencari jalan untuk bisa keluar dari tebing ini. Jika goblin itu dapat menuruni bukit dan mencari diriku, itu tandanya pasti ada jalan untuk menaiki bukit ini juga. Sungai ini terletak diantara dua tebing yang tinggi di kanan kirinya. Diriku berada di tepi sungai ini persis, dinding dari tebing tersebut sangat terjal dan banyak bebatuannya. Walaupun aku mencoba untuk menaikinya, aku yakin 100% akan terperosok jatuh.

"Benar-benar.... bagaimana caranya aku bisa menaiki tebing ini co-"

BRUAK

Tubuhku terjerembab dengan kerasnya. Bebatuan yang berada di tepi sungai mengenai badanku dan terasa sangat menyakitkan. Kemudian, kucoba untuk kembali berdiri dengan bantuan tanganku. Kakiku tersandung oleh sesuatu barusan. Kucoba untuk berbalik dan menemukan apa yang sebenarnya menyebabkanku terjatuh.

"KO-KOPERKU ?!"

Sebuah tas kotak hitam yang kukenali berada di belakangku terbenam oleh bebatuan kerikil. Yang muncul hanyalah gagangnya saja, itulah yang membuatku tersandung. Segera aku mengambilnya dari bebatuan dan membersihkannya dari kotoran. Aku tidak menyangka kalau tas ini bisa berada di tempat seperti ini, bagaimana bisa. Kuhiraukan pertanyaan dalam benakku, segera membuka tas koper tersebut secepat mungkin.

"Setidaknya barang-barangku a.... man...."

Begitu aku membuka tas tersebut, yang kudapati hanyalah beberapa lembar kertas kosong dan sebuah bolpoin. Aku merogoh saku belakang dari tas tersebut... yang juga kosong. Disitulah aku menaruh handphoneku, dan sekarang hilang.

Tas ini sebelumnya berisikan data-data diriku, seperti ijasah, kartu tanda penduduk dan dokumen-dokumen lainnya. Isinya sekarang hanyalah beberapa kertas kosong dengan bolpoin.

"Sial... padahal sudah ketemu. Dimanakah dokumen-dokumenku. Tanpa dokumen itu, aku tidak tahu—“

Sebentar....

Tunggu sebentar.....

Aku masih belum memikirkannya tetapi.... Siapa namaku ?

Darimanakah asalku ? Semalam aku mencemaskan mengenai ibu dan ayah... serta teman-temanku. Namun, aku sendiri tidak tahu siapa nama mereka... atau mengingat sekecil apapun gambaran dari wajah mereka. Aku sama sekali... tidak ingat.

Aku bergegas mengobrak-abrik tas tersebut dengan kerasnya. Berharap terdapat sebuah dokumen yang menjelaskan semuanya. Sama sekali tak terpikirkan olehku, mengenai siapa diriku, siapa namaku, karena semenjak kemarin aku hanya berpikiran bagaimana caraku dapat bertahan hidup.

Sampai-sampai aku tidak mengetahui namaku sendiri dan mengapa aku bisa berada disini ! Dahulu aku tinggal dimana.... siapa nama orang tuaku..... Apapun.... apapun itu....

Hingga kertas terakhir yang kutemukan dan semua barang telah aku keluarkan dari tas, semuanya hanyalah kertas kosong. Kosong dan putih bersih seperti isi dari kepalaku, ingatanku menghilang. Yang kuingat hanyalah beberapa pengalamanku saja, seperti menulis dan kegiatan lainnya. Aku memiliki ingatan tersebut, namun tidak mengingat satu orang pun di dalam pikiranku. Bahkan... diriku sendiri pun, tidak ingat.

"KHK....."

Aku menggertakkan gigiku dengan kerasnya, kukepalkan tanganku menghantamkannya pada bebatuan begitu kerasnya. Air mata tak dapat terbendung dari mataku, mengalir melewati pipi karena perasaan yang tak dapat diungkapkan sekarang.

"Sialan... sialan sialan.... Apa-apaan maksud dari semua ini ?! Jangan bercanda oi ! Setelah kau buang aku ke dunia ini.... Kau bahkan sampai membuatku melupakan kenangan dan ingatanku di dunia sebelumnya....! Betapa kejamnya !"

Diriku berteriak dengan sekuat tenaga, semua kekesalan, kebingungan kuluapkan semua dengan teriakkan ini. Suaraku beserta tangisan kerasku terdengar menggema di tebing. Aku berusaha untuk terus menahan tangisanku, malahan jika aku terus menangis yang ada hanyalah bertambah gundah perasaanku.

"Sudahlah.... menangis juga tidak ada gunanya."

Setelah beberapa menit aku menangis. Diriku pun akhirnya tenang dan lega, tidak ada lagi perasaan bingung dan gundah dihatiku. Kertas yang berhamburan di tepi sungai pun kuambil dan kumasukkan kembali ke tas hitamku.

"Hm... Apa ini ?"

Sebuah kertas kecil menyembul dari sudut tas. Yang ternyata ada sebuah kantung tersembunyi disana. Aku mengambil kertas putih kecil tersebut dan membalikkannya.

"R-O-O-K"

Ternyata aku masih bisa membaca huruf Alfabet.

"Rook ? Apa maksudnya itu ?"

Aku mengamati tulisan tersebut. Seperti tidak asing..... bolpoin yang berada di dasar tas kuambil dan kuputar untuk mengeluarkan ujungnya. Setelah itu aku mencoba untuk menulis huruf yang sama pada samping "ROOK".

Kuamati dengan sejenak, tulisan kedua kata tersebut sama. Dengan guritan yang melengkung sama persis denganku. Apakah... aku yang menulis di kertas ini ?

"Kalau ini tulisanku... berarti... ini adalah tanda kepemilikan ?"

Tanda kepemilikan yang sering aku beri kepada suatu benda. Biasanya aku menuliskannya pada pojok atau tempat rahasia yang jarang dilihat oleh orang agar aku bisa mengetahui bahwa itu milikku. Tanda kepemilikan itu kalau tidak salah, berisikan nama... namaku.

"Ini.... namaku ? Rook ?” Aku terkekeh melihat kertas kecil di tanganku tersebut.

"Ah.... ahahaha.... jadi ini namaku."

Tubuhku pun lemas dan terhuyung kebelakang. Jadi namaku, Rook kah..... aku masih belum tahu margaku, karena hanya ada kata Rook saja disana. Meski begitu, aku... aku sedikit lega. Setidaknya, aku sudah mengetahui namaku.

Segera kukemasi barang-barangku kembali dan kutenteng tas itu bersamaku. Selama hampir 20 menit aku menyusuri sungai, kutemukan sebuah jembatan penyeberangan menuju keseberang sungai. Jembatan itu ada sekitar 10 meter diatasku, tetapi disamping jembatan tersebut terdapat sebuah tali yang bisa kupanjat.

Menggenggam erat tali tersebut, aku perlahan menaikinya. Berkat diriku yang tak pernah berolahraga ini, beberapa kali aku terseret jatuh kembali ke bawah. Tapi aku tidaklah menyerah semudah itu, meski banyak lecet di telapak tanganku, aku terus berusaha memanjatnya hingga sampai ke atas. Begitu sampai di atas sana, kujumpai jalan setapak terbentang lurus ke arah kiri.

Menyusuri jalanan di tengah hutan.... suasana rindang dan sejuknya hutan terasa sangat enak. Angin sepoi-sepoi dan beberapa suara burung yang menyanyi bersilih ganti. Semua pengalaman burukku serta rasa takut akan menakutkannya hutan sedikit menghilang. Ketika tidak ada monster mengerikan, hutan terasa sangat enak juga. Jalan kecil ini membawa diriku untuk terus mengikutinya. Melaju lurus, menuntun diriku untuk menuju sisi lain yang belum aku ketahui.

"Rupanya lelah juga berjalan sangat jauh dari sungai menuju ke sini...." Aku sangat menyesal jarang berolahraga dahulu. Kakiku sudah merasa lemah... letih juga haus pula. Kalau tahu sejauh ini, sebaiknya tadi aku ambil beberapa air di sungai.

Sesampainya di ujung jalan, cahaya terang menyambutku. Hutan yang rimbun dan hijau, berganti menjadi sebuah padang rumput luas. Padang rumput berwarna hijau muda menyambutku dari sisi lain jalan. Di arah jauh aku dapat melihat beberapa peternakan dengan beberapa hewan ternaknya pada rerumputan. Di belakang pertanian tersebut, terdapat sebuah kastil besar yang megah berwarna putih. Dengan atap segitiganya yang runcing, serta benteng kokoh yang melingkarinya. Pastinya di dalam benteng tersebut terdapat kota yang besar nan ramai.

"Indahnya.." gumamku.

Rasa lelah yang kurasakan serasa hilang setelah menyaksikan pemandangan yang berada di depan mataku sekarang.

Pemandangan yang kulihat saat ini bagaikan sebuah mimpi yang tak mungkin ada. Bagaikan dunia fantasi yang sejak dulu kuimpikan. Zaman-zaman dimana petualang yang berkelana dari satu daerah ke daerah lain, menumpas kejahatan dan melawan Raja Iblis untuk menyelamatkan dunia ! Dunia ini benar-benar sangat indah..... terlalu indah bagiku. Langit biru yang bersih, udara yang sejuk, hijaunya hutan..... ini benar-benar di dunia lain.

Lalu...Bagaimanakah nasibku sekarang ?

Terjebak di dunia fantasi dimana diriku tidak mengetahui apapun tentang dunia tersebut ?

Nächstes Kapitel