"Berhenti berbicara omong kosong!" bentak pria di sebelahnya dengan suara begitu keras.
"Tidak. Aku serius," ucap gadis itu mengusap wajahnya gusar.
"Bagaimana, bagaimana jika penyihir itu ada diantara kita?" ratapnya dengan ekspresi yang benar-benar ketakutan.
"Aku ingin pulang!" teriaknya frustasi kemudian berbalik menuju pintu masuk pavilium bulan.
"Hei. Tunggu. Mau kemana?"
"Aku ingin pulang. Aku tidak, tidak ingin tinggal di sini lagi. Aku ingin pulang," teriaknya lagi dengan tangisan yang begitu keras.
"Hei, sadarlah. Tidak ada penyihir di dunia ini," ucap pria yang memiliki perban luka di kepalanya.
"Tidak. Tidak. Ini....pesan ini ditulis dengan darah." ratapnya lebih keras.
"Aku juga mendengar para penjaga penjara bawah tanah kerajaan mati bersimbah darah," ucap salah satu pria diantara mereka lagi.
Wanita itu mengacak rambutnya.
"Bahkan para penjaga itu mati ditangannya. Penyihir itu ada, bagaimana jika darah ini adalah milik para penjaga itu?" racaunya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com