Gerald menatap Aodan dengan pandangan tidak senang, suaranya yang dingin itu menarik perhatian orang-orang terdekat, terutama bagi mereka yang mengetahui jika dulunya Gerald dan Rachel adalah mantan suami istri.
Mereka menunggu drama yang akan terjadi di antara empat orang ini.
Luna melirik Aodan yang mengangkat dagunya ke atas dan sebelah tangannya berkacak pinggang. Wanita itu memang melarang Aodan untuk berbicara, tapi tidak dapat dipungkiri jika ia merasa sedikit senang melihat raut wajah Gerald.
"Luna, apa kau yakin orang ini adalah orang yang berpendidikan? Mulutnya sangat kasar." Rachel mengeratkan genggamannya di lengan Gerald dan melirik Aodan.
"Bukankah itu seharusnya itu kau katakan pada dirimu sendiri?"
Aodan mendekat ke arah Rachel dan Gerald, karena tingginya, ia seperti mempunyai aura yang sangat mengintimidasi. "Menikahi laki-laki yang pernah menjadi bekas sahabatmu, itu terdengar sedikit …."
"Ehem," dehem Luna dengan pelan. "Sudahlah sayang, tidak baik berbicara hal buruk di depan pengantin baru. Mari kita biarkan mereka menikmati acara ini dengan hati yang bahagia."
Wajah Rachel terlihat merah menahan mali, kata-kata luna memang terlihat seperti ingin mengakhiri perkataan kasar Aodan, tapi jika didengarkan dengan cermat, perkataan Luna sangat menyinggung dirinya.
Gerald sesaat kehabisan kata-kata menghadapi Aodan dan Luna.
Luna tersenyum lebar, Aodan yang ada di sampingnya menelan ludah. Rasa-rasanya senyuman Luna seperti peringatan untuknya.
Kadal itu lupa kalau ia tidak boleh bicara. Aodan menggosok pelan hidungnya. "Jika kau berkata seperti itu, maka tidak ada yang bisa kukatakan lagi."
Luna mengangkat tangannya dan merangkul lengan Aodan, ia mengangguk pada Gerald dan Rachel.
"Aku mengucapkan selamat atas pernikahan kalian, semoga semuanya berjalan lurus dan tidak ada pihak ketiga seperti yang terjadi di pernikahanku."
"Kau …." Rachel mengepalkan kedua tangannya, semakin ia mendengarkan sesuatu dari mulut Luna, semakin tidak tahan hatinya. "Sebaiknya kau tidak banyak bertingkah, ini adalah hari kami, bukan harimu!"
Luna menyeringai, ia kemudian berbalik bersama Aodan, berbaur di antara para tamu undangan yang hadir, menyelinap dengan epat ke sudut.
"Kau hampir membuatku jantungan!" Luna mendesis pelan dan mencubit pinggang Aodan. "Lain kali kalau kau ingin bicara seperti itu …."
"Aku tahu, aku tahu!" Aodan meringis dan berusaha menghindari cubitan Luna. "Aku tidak akan mengulanginya lagi! Berhenti mencubit, ini sakit!"
Luna menghela napas, merasa beban di hatinya sedikit terangkat. Pesta pernikahan masih berlangsung di depan sana dan ia tidak akan membiarkan semuanya berjalan semulus apa yang Rachel rencanakan.
"Kadal, kau punya kekuatan super kan?"
"Aku tidak bisa menggunakannya, itu melelahkan." Aodan menggerutu, rasanya setelah menghadari Rachel ia merasakan energi tubuhnya telah berkurang setengahnya. "Setidaknya biarkan aku makan sesuatu."
Ia bisa saja meledakkan semua lampu, tapi itu akan menguras energinya dan ia akan berubah jadi kadal dalam hitungan detik. Rasanya itu bukan keputusan yang bijak.
Aodan benar-benar lapar dan ingin sekali mencomot kue warna-warni yang terhidang di atas meja, bahkan aroma parfum yang dipakai para wanita yang ada di sekitarnya tidak ada yang bisa mengalahkan aroma manis yang menguar di udara.
"Jangan makan!" Luna memukul tangan Aodan, tiba-tiba saja alunan musik berubah.
"Apa, apa yang terjadi?"
Aodan merapat ke arah Luna, orang-orang menepi membentuk lingkaran, Gerald dan Rachel bergandengan tangan ke tengah, mereka mulai berdansa dengan gerakan yang anggun.
"Berdansa," gerutu Luna dengan wajah muram.
Luna di samping Aodan meremas gaunnya, di masa lalu ia bahkan tidak pernah berdansa bersama Gerald, laki-laki itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan.
Tapi sekarang? Dia berdansa bersama Rachel.
Menjijikkan, Luna rasanya ingin melemparkan bangku yang ada di belakangnyanya ke wajah Gerald.
Beberapa tamu undangan yang berpasangan ikut menari, mereka berputar dengan gaun mereka yang indah.
"Woah," gumam Aodan, matanya mengikuti gerakan Gerald dan Rachel, sang kadal hitam mendadak teringat flim kartun wanita cantik yang sering ia lihat setiap pagi di televisi. "Ayo kita berdansa juga!"
"Huh?!" Luna mengerutkan kening, tampaknya sang kadal hitam tampaknya telah lupa janjinya untuk tidak berbicara di sepanjang pesta.
"Ayo!" Aodan tidak menunggu, ia menarik Luna menerobos ke tengah-tengah. "Jangan malu-malu!"
"Kita akan jadi pusat perhatian!" bisik Luna pada Aodan, mereka sekarang berada di jarak yang seharusnya milik pasangan pengantin baru.
"Masa bodoh." Aodan menyahut dengan acuh. "Bukannya kau ingin menghancurkan pesta pernikahan mereka? Mari kita lakukan dari hal yang kecil."
Dua kancing kameja putih dibiarkan Aodan terbuka, setelah jasnya juga tidak dikancingkan seperti kebanyakan orang, rambut laki-laki itu yang berantakan dan jejak keringat di wajahnya itu memberinya kesan ia adalah laki-laki yang liar dan nakal.
Luna melirik Aodan, ia menarik tangan laki-laki itu dan meletakkannya di pinggangnya.
Haruskah ia percaya pada seekor kadai?
Tapi .…
Sejak awal Luna memang telah menggantungkan dirinya pada seekor kadal jadi-jadian.
"Ikuti saja aku, lihat aku!" Aodan berkata dengan mata yang berbinar-binar.
Luna tidak tahu apa yang membuat Aodan begitu bersemangat, ia mengajak dirinya berputar dengan gerakan yang cepat dan ia hampir tersandung.
"Hei." Luna mendengkus pelan.
Gaun Luna yang lebar dibawa menari dengan cepat oleh Aodan terlihat mengembang ke segala penjuru, ketika mereka berdua berputar, Luna dengan gaunnya tampak seperti bunga mawar yang indah, seakan-akan wanita itu sekarang adalah bintangnya di malam ini.
Semua mata lebih memilih memandang Luna yang bergerak bersama Aodan, gaunnya berkibar dengan indah dan gerakan mereka yang cepat jauh lebih menarik. Tanpa sadar saat ini pesona seorang Rachel yang notabenenya adalah sang pengantin, menjadi redup.
Alunan musik yang pelan kini menjadi lebih cepat, mengikuti gerakan Aodan dan Luna yang terus berputar tanpa peduli dengan keadaan sekitar, seakan-akan mereka telah dikendalikan oleh sesuatu yang tidak kasat mata dan terus berfokus pada Aodan dan Luna.
"Darimana kau belajar?" Luna sedikit gugup tapi juga bersemangat karena mengambil alih perhatian semua orang.
"Aku melihatnya di televisi." Aodan tersenyum miring. "Maka dari itu kau tidak boleh membuang benda ajaib itu!"
Aodan memperhatikan wajah Luna lalu beralih ke arah Gerald, laki-laki itu itu memiliki wajah yang merah padam, ia terkekeh dengan pelan.
Manusia seperti Gerald sepertinya menyenangkan untuk dipermainkan.
Rachel sangat marah, tidak sampai satu jam Luna berada di pesta pernikahannya tapi ia hampir merusak momen indahnya bersama Gerald.
Rachel mengepalkan kedua tangannya dan menoleh ke arah Gerald.
"Lakukan sesuatu! Ini adalah hari pernikahan kita!"
Ia yang harusnya menjadi bintang malam ini, bukan Luna dan pasangan palsunya itu, ia tidak bisa membiarkan Luna menghancurkan semua hal yang sudah ia rencanakan sejak lama.
Tidak akan ia biarkan!
Terima kasih atas power stone pada cerita Be My Bride, semoga suka dan terhibur (◍•ᴗ•◍)❤ Jangan lupa tambahkan ulasan di depan ya (◍•ᴗ•◍)❤❤️❤️