Kantor Kedutaan Besar Korea Selatan
Ulan Bataar, Mongolia
00.15 Mongolia Time
"Siapa itu!" seru Mark keras begitu mendengar suara derap langkah seseorang didepan pintu conference. Indera pendengarannya berfungsi dengan baik di tengah kesunyian malam itu.
Wendy segera berlari menuju pintu ruangan itu, disusul Mark yang sesegera mungkin membuka pintu itu.
Mark melihat ke sekeliling lorong itu, tidak ada siapa-siapa.
"Apa mungkin Kau salah dengar, Mark?" tanya Wendy
"Tidak mungkin," jawab Mark yakin. "Sebaiknya kita kembali ke kamar masing-masing saja," lanjutnya.
Keduanya kemudian berjalan beriringan menuju kamar mereka di lantai 1. Tampak petugas administrasi itu masih stand by di meja penerimaan depan.
"Permisi, apakah Kau melihat seseorang memasuki gedung ini?" tanya Mark
"Tidak, gedung ini sudah tutup sejak pukul 21.00, hanya kalian dan Aku yang ada di gedung ini," jawab petugas itu.
"Aku mendengar derap langkah seseorang di lantai 3, bisakah Kau memeriksa CCTV disana?"
"Ah, lantai 3, mohon maaf tapi CCTV lantai 3 tengah dalam perbaikan,"
"Apa? Gedung seperti ini bahkan tidak memiliki sistem CCTV yang memadai?" respon Mark dengan sedikit tinggi, membuat petugas itu sedikit terkejut.
"Sudahlah, Mark, mungkin mereka tidak menduga kita akan datang secara mendadak seperti ini," ujar Wendy berusaha menenangkan.
Mark menghela nafasnya dalam, "Segeralah beristirahat, Aku akan berjaga diluar," titahnya.
"Bagaimana denganmu? Kau juga harus istirahat,"
"Tenang saja, Aku bisa tidur kapanpun jika Aku sudah memastikan semuanya aman,"
Tidak ingin kembali beradu argumen dengan Mark, Wendy memutuskan untuk kembali ke kamarnya, meninggalkan Mark yang berencana duduk sepanjang malam di kursi depan kamarnya.
Markas Darurat
Kasimov, Rusia
26 April 2016
07.05 A.M MSK
"Jaehyun!" seru Yugie pelan namun kuat kepada Jaehyun yang duduk disebelahnya, berusaha tidak membangunkan Jackson yang sedang mendapat shift tidur.
"Ada apa?"
"Lihat, koordinat wanita itu bergerak cukup jauh sekarang," ujar Yugie menunjuk titik merah di layar monitornya.
"Biar Aku memeriksanya," ujar Jaehyun, Yugie mundur memberikan ruang cukup untuk Jaehyun melihat peta wilayah itu.
Butuh waktu sekitar sepuluh menit hingga Jaehyun selesai dengan aktivitasnya, "Lokasinya ada di pegunungan, tepatnya pegunungan Vottovovalaa. Pegunungan itu dekat dengan kota tertutup bernama Sarov," tandasnya.
"Kota tertutup? Apa itu artinya kita tidak bisa memasuki kota itu sembarangan?"
"Ya, kota itu pusat penelitian dan pembuatan senjata nuklir, bahkan kota itu tidak terdeteksi di peta di era Uni Soviet," jawab Jaehyun yang diangguki Yugie.
"Ada apa?" ujar Jackson tiba-tiba, sepertinya pria itu terganggu dengan suara pelan Jaehyun dan Yugie.
"Koordinat wanita itu, ditemukan di pegunungan," ujar Yugie, "Pegunungan Vottovovalaa. Pegunungan itu dekat dengan kota tertutup bernama Sarov," tambah Jaehyun.
"Gila, tidak mudah bagi kita untuk pergi kesana," ujar Jackson.
"Benar, tapi sementara ini, kita harus memastikan posisi wanita itu benar, dan tidak berubah. Lalu, apakah benar kita dapat mendeteksi keberadaannya hanya dari satu sinyal itu? Seingatku Mark mengatakan bahwa wanita itu mengirimkan pesan terjadwal, bisa jadi ponselnya telah mati atau rusak, bukan?" ujar Jaehyun panjang lebar.
"Oh, sepertinya Aku lupa memberitahu kalian, ponsel wanita itu masih aktif, sampai sekarang," jelas Yugie.
"Ah, begitu. Apakah mungkin saat ini dia masih bisa berkomunikasi? Tidak seperti dugaan Mark bahwa wanita itu bisa saja dalam bahaya, semacam penyiksaan?" imbuh Jackson.
"Logikanya, jika Ia disiksa atau semacamnya, handphonenya akan hancur atau minimal disita," ujar Jaehyun.
"Mark memerintahkan kita untuk segera bergerak, tapi bagaimana jika koordinat itu masih terus bergerak?"
"Berapa kilometer perpindahannya dari lokasi sebelumnya?"
"Tidak jauh, sekitar 7 kilometer, sebelum-sebelumnya, itu puluhan kilometer,"
"Mari memantaunya hari ini seharian, jika lokasinya tidak berubah, atau tidak bergerak jauh, kita akan pergi kesana," ujar Jackson.
"Setuju. Tapi Jackson ..." ujar Jaehyun ragu, "Apakah Kau sudah memastikan koneksimu di Rusia aman?"
"Aku bisa memastikannya. Koneksiku kali ini adalah seorang pengusaha, dia tidak memiliki afiliasi dengan siapapun, dan dia bisa memberikan segala macam fasilitas yang kita butuhkan untuk menjalankan misi, dia akan menemui kita malam ini," jelasnya panjang lebar.
"Syukurlah kalau begitu,"
Kantor Kedutaan Besar Korea Selatan
Ulan Bataar, Mongolia
26 April 2016
06.15 Mongolia Time
Wendy baru saja membuka matanya ketika sorot sinar matahari menembus pupil matanya. Cuacanya sangat cerah hari itu, atau memang perbedaan zona waktu dan waktu siang - malam yang berbeda?
Wendy mendapati Mark yang tertidur lelap di sofa disamping tempat tidurnya. Pria itu tampak meringkuk memeluk dirinya sendiri, tanpa pakaian yang tebal atau selimut.
"Mark, sudah pagi, kita harus bersiap," ujar Wendy pelan membangunkan Mark, sedangkan sang empunya nama hanya bergeliat pelan ditempatnya.
"Berikan Aku lima menit," jawabnya.
"Dasar bodoh, apakah Kau begadang semalaman?" sarkas Wendy yang tidak dibalas oleh Mark. Benar saja, pria itu baru tertidur subuh setelah cahaya fajar tampak.
Tak lama dari itu, terdengar suara pintu diketuk. Wendy segera menghampirinya sementara Mark memulihkan kesadarannya.
"Selamat pagi, ada apa?" sapa Wendy ramah.
"Atase Lee Vernon menunggu di ruang rapat lantai 2, beliau ingin bertemu kalian,"
"Baiklah, kami akan kesana sekarang, terimakasih,"
Petugas itu kemudian meninggalkan ruangan itu.
"Segera bersiap, kita harus bertemu Vernon,"
Setelah bergegas membersihkan diri, mereka menuju ruangan dimana Vernon menunggu mereka. Benar saja, Vernon sudah berada di ruangan itu bersama seorang wanita.
"Selamat pagi," sapa Vernon ramah. "Bagaimana istirahat kalian?" lanjutnya.
"Kami beristirahat dengan nyaman," jawab Wendy tak kalah ramah.
"Ah, perkenalkan, ini Lia Kim, kepala divisi pertahanan kedutaan, dia akan membantu kalian nanti," ujarnya.
Mark mengulurkan tangannya terlebih dahulu, "Mark Tuan, kepala divisi detektif kepolisian Seoul, ini Wendy Son, dokter militer tim kami, senang berjumpa denganmu," lanjutnya datar.
"Senang bertemu dengan kalian, Aku Lia Kim,"
"Baiklah, Aku akan langsung saja, ini kunci mobil, uang cash, ponsel dengan koneksi internet, tiket pesawat, dan paspor yang kalian minta. Pakaian dan makanan bisa kalian ambil di bagian logistik kantor ini," jelas Vernon, sembari mengeluarkan satu per satu barang dari dalam paper bag yang dibawanya.
"Baiklah, terimakasih atas bantuanmu. Aku akan menghubungimu ketika kami tiba di Rusia. Kalau begitu, kami akan bersiap pergi sekarang," ujar Mark seraya bangkit dari kursinya diikuti Wendy.
"Silakan, Lia akan mengantar dan melindungi kalian, kami mengerahkan beberapa orang dari tempat berbeda, berhati-hatilah," pesan Vernon.
"Terimakasih,"
Mark dan Wendy berjalan keluar ruangan itu dengan langkah cepat diikuti Lia dibelakangnya.
"Apakah tim kalian sudah berada di Rusia?" tanya Lia begitu dirinya mensejajarkan langkah dengan Mark.
"Ya," jawab Mark dingin.
"Pastikan keamanan mereka, jangan biarkan kalian bekerja terpisah,"
"Mengapa Kau berpikir begitu?"
"Apa Kau lupa? Apa yang baru saja terjadi pada kalian berdua? Jangan ceroboh dan mudah percaya, bisa saja dia mengkhianatimu, kan?" ujarnya sembari menunjuk Wendy.
Mark mengkerutkan dahinya, begitu juga dengan Wendy.
"Apa maksudmu? Lakukan saja apa pekerjaanmu," respon Mark kasar.
Lia hanya mengeluarkan smirknya, "Kau akan tahu siapa sebenarnya yang ada di pihakmu sebentar lagi, jangan terburu-buru,". "Aku akan menunggumu di halaman parkir," ujarnya sembari menepuk bahu Mark pelan.