Mereka membuka mata mereka dan mereka sudah kembali di bumi. Dan mereka dikejutkan oleh apa yang dilihat oleh mata kepala mereka. Lahan lahan yang sebelumnya diratakan dengan tanah sudah berganti menjadi gedung gedung tinggi.
"what the..." ucap Moura sembari menutup mulutnya.
"berapa lama kita pergi?" tanya Louis
"seengganya ini adalah kabar baik buat kita" ucap Theo santai
"kabar baik apanya?" tanya Marie
"mereka sudah tidak terlalu sibuk di daratan dan kemungkinan kita ketahuan mengecil" ucap Jack
Mereka masih mengagumi bangunan bangunan tersebut. Gedung gedung itu jauh lebih tinggi dari yang dulu dibangun oleh manusia. Didominasi oleh warna biru muda dan putih membuat bangunan itu terlihat menyejukan. Terdapat juga kapsul terbang berukuran besar yang berlalu lalang diantara bangunan bangunan tersebut.
"kearah mana kita pergi Jack?" Tanya Theo
"Timur" jawabnya
Mereka menyiapkan diri dengan persenjataan yang sudah mereka bawa serta mengganti baju mereka yang tadinya menggunakan pakaian santai menjadi baju yang sudah mereka persiapkan sebelumnya.
Satu buah senjata laras panjang berjenis AK-47 sudah berada ditangan Theo dan belasan magazine dia masukan kedalam rompi anti pelurunya hitam miliknya. Pakaian. Theo bernuansa gelap dengan Baju hitam dan celana hitam seperti pakaiannya saat bertugas dahulu.
Moura lebih menyukai pedang sebagai senjatanya. Dia sudah berlatih mati matian selama 7 tahun untuk menguasai pedang yang dimilikinya. dan diantara mereka Moura lah yang paling lincah. Sepasang pedang ia letakkan dipunggungnya. Moura juga mengganti bajunya menjadi dress merah selutut yang sangat cocok untuk rambutnya yang dibuat ikal sepunggung. Dress tersebut memiliki potongan yang miring, sehingga memudahkan ia untuk bergerak dan memudahkannya mengambil pistol berjenis Desert Eagle yang ia letakkan dipahanya.
Philipe membawa senjata yang sejenis dengan Theo dan ia juga membawa sebuah tas yang berisi perlengkapan yang dibutuhkan. Ia menggunakan baju tanpa lengan berwarna coklat yang dipadukan dengan celana panjang berwarna senada.
Jack memakai baju yang bernuansa abu abu karena sudah lama ia ingin menggunakan baju berwarna abu abu untuk berperang, tapi belum kesampaian. Senjata yang dibawa oleh Jack sama seperti Theo dan Philipe, yang membedakan AK-47 milik Jack memiliki peredam dan scope.
Marie menggunakan baju yang bernuansa monokrom. Kaos berwarna putih yang ia padukan dengan celana pendek berwarna hitam yang hanya menutupi setengah dari pahanya. Dia hanya mempersenjatai diri dengan sebuah Desert Eagle karena tugas Marie disini adalah sebagai Healer.
Louis adalah yang paling aneh daripada yang lain. Ia memutuskan untuk menggunakan hoodie putih yang ia temukan beberapa hari yang lalu. Dan menggunakan celana yang senada dengan hoodienya. Tak lupa ia mempersenjatai dirinya dengan Shotgun yang dapat menembakkan 3 peluru sekaligus.
"Louu..... serius mau pake baju itu? " kata Marie
"iya Marieeeee..." ucap Louis dengan santainya dan mengikuti nada bicara Marie
"lu tau kan kita mau perang bukan mau ke mall? " ucap Theo
"ya gw tau, tapi apa gw salah kalo pake baju yang bikin gw nyaman?" jawab Louis
"terserah lu aja lah" ucap jack
"ayo berangkat" ucap Theo
Mereka berangkat kearah Timur sesuai yang diarahkan Jack tadi. Tujuan pertama mereka adalah tempat yang dulunya dijuluki kota yang tidak pernah tidur.
2 jam sudah mereka berjalan melewati daerah pinggiran untuk menghindari para alien itu. Banyak di daerah pinggiran ini yang tidak dijamah oleh mereka atau mungkin belum.
"hei Phil" panggil Louis
"apa?"
"gw suka gaya rambut lu" ucap Louis sambil menyindir Philipe yang botak
"mendingan lu diem sebelum gw botakin juga rambut lu" jawab Louis
"ya elah galak amat"
Sekarang mereka melewati jalanan yang masih terdapat bangunan yang sudah hancur. Banyak mobil terbang buatan manusia yang hancur berserakan.
"kenapa tempat ini belum diancurin?" tanya Marie
"prioritas, gw pikir mereka memprioritaskan apa yang mereka perluin" jawab Jack
"tunggu dulu" ucap Marie yang berdiri tertinggal dibelakang
Moura menanamkan pendengaranya.
"Sembunyi!!!" perintah Moura kepada yang lain dan langsung dilakukan.
Mereka bersembunyi dan tak lama berselang terlihat 4 alien yang berjalan sejajar. tangan mereka berbentuk seperti tabung yang bagian tengah ya kosong.
Semuanya masih sempat bersembunyi dalam sebuah bangunan yang tertutup dan belum hancur. Kecuali Moura, ia hanya sempat bersembunyi dibalik sebuah bangkai mobil.
Perlahan tapi pasti Moura mengeluarkan dua pedangnya. Dan berlari kencang ke arah alien itu.
Salah satu alien itu menyadari dan langsung bersiap untuk menyerang. Tetapi terlambat Moura sudah lompat menggunakan bangkai mobil sebagai tumpuan dan tanpa ampun langsung memghunuskan pedang yang ada di tangan kanannya ke kepala alien yang paling kiri tersebut.
Alien yang lain menodongkan tabung yang ada di tangannya untuk menembak dan. Moura yang menyadari akan hal itu langsung menggunakan pedang yang satunya untuk menusuk alien yang di sebelahnya untuk dijadikan tameng. Alien yang ditusuk oleh Moura tidak sempat menyerang Moura. Alien itu mati karena menerima terlalu banyak cahaya cahaya yang dikeluarkan dari senjata yang ada di kedua tangan mereka. 2 alien yang menyadari bahwa mereka malah menembak teman mereka berhenti menembak dan loncat mundur. Begiru pula dengan Moura yang memilih untuk lompat mundur juga.
2 alien yang beberapa saat lalu lompat kebelakang secara tiba tiba jatuh dengan lubang di kepala mereka.
"Thanks" ucap Moura
"Tindakan yang bodoh tapi harus diapresiasi" ucap Theo
"kelemahan mereka di kepala" ucap Jack "bantuin gw pindahin alien ini kedalem, pasti ada sesuatu yang bisa kita ketahui" sambung Jack
Mereka menarik masuk 4 alien yang sudah mati tersebut ke dalam bangunan yang tadi mereka gunakan untuk bersembunyi dan mulai membedah mereka.
Ternyata senjata yang ada di tangan mereka tadi berasal dari pakaian yang mereka kenakan. Ketika pakaian itu dibuka mereka semua terkejut melihat sosok alien tersebut. Bentuknya jauh lebih menyeramkan daripada waktu kedatangan mereka yang pertama ke bumi.
Kepala tanpa kuping, hidung yang hanya ada lubangnya saja, serta mata berwarna hitam total. Kulit mereka berwarna biru gelap. Diantara jari jari tangan mereka terdapat selaput dan berlendir.
"tidak terlalu mengejutkan" ucap Louis
"ada lagi yang lu dapet jack?" tanya Theo
"ada"
"apa?" tanya Moura
"mereka semua dilengkapi pelacak" ucap Jack sambil mengambil sebuah benda yang berbentuk seperti telur dan memiliki lampu berwarna merah yang sedari tadi berkedi kedip "jadi sebaiknya kita segera pergi" sambung Jack
Semuanya bergegas pergi kecuali Philipe yang malah mengambil telur tersebut dan menekan sesuatu disana yang membuat lampu tersebut tak lagi berkedip kedip.
"Phil ngapain lu ambil?"tanya Louis yang kaget ketika melihat Philipe membawa benda asing tersebut
"diam dan nanti akan kuberi tahu" ucapnya sambil lari menyusul teman temannya yang lain
....
Mereka semua melanjutkan perjalanan menuju tempat pertama,tetapi karena matahari sudah hampir tenggelam mereka memutuskan untuk beristirahat.
Mereka masuk cukup jauh kedalam hutan kota yang tidak di sentuh oleh makhluk makhluk itu.
"kita bermalam disini" ucap Theo
Philipe yang bertugas membawa perlengkapan mengeluarkan sebuah tenda yang cukup untuk 4 orang dan langsung didirikan.
Marie yang bertugas sebagai koki langsung mencari ranting ranting untuk menyalakan api dan masak untuk makan malam.
30 menit berlalu semua sudah siap dan mereka menunggu Marie menyelesaikan masakannya. Walau hanya mie instant tapi mereka sangat menunggu itu, karena sudah hampir satu hari full mereka tidak makan.
"gw masih kepikiran sama apa yang diomongin sama Poseidon tadi" ucap Louis memecah keheningan
"gw juga mikir gitu" sambung Moura yang baru saja selesai membersihkan pedang ya yang berlumuran cairan berwarna hijau "tapi gw ga kaget sih, karena menurut gw biasa aja kalo ada orang yang kayak gitu dalam sebuah kelompok" sambungnya
"lu betul Mou" ucap Jack "tapi kita LAGI GA PERLU sama orang yang kayak gitu" sambung Jack sambil menekankan kata lagi ga perlu
"udah ga usah didebatin, berharap aja orang itu sadar kalo dia salah" ucap Theo santai
"akhirnya"
Philipe yang sedari tadi asik sendiri akhirnya berbicara.
"ini baru awal, bego" kata Louis
"bukan itu,goblok. akhirnya gw berhasil ngeretas alat yang tadi dibawa sama alien itu" kata Philipe sambil menunjukan telur yang tadi.
Benda berbentuk Telur tersebut kini terbelah menjadi 2 dan ada kaca yang menghubungkan keduanya dan menampilkan hologram dengan berbagai macam informasi.
"mungkin mereka menyebutnya handphone" kata Philipe
"tunggu dulu, bukannya tadi udah gw bilangin kalo ini ada pelacaknya" ucap Jack
"ya, emang ada, tapi udah gw hancurin tadi dijalan" jawab Philipe
"ada informasi apa aja yang bisa kita dapet disini?" Tanya Theo
"Map Terbaru, dan juga ada titik titik merah ini yang gw yakin pasti para alien alien tersebut. Kita juga bisa ngeliat informasi senjata apa yang mereka gunain dan apa kegunaannya, menampilkan berbagai macam bangunan yang mereka bangun disini dan kegunaannya. Di mapnya di jelasin jalan tempat mana aja yang belum dijangkau oleh mereka dan perkiraan waktu kalo kita mau ke suatu tempat" jelas Philipe
"keren juga nih telor" kata Louis
"makan dulu yuk, udah jadi nih" ucap Marie sembari menuangkan kuah ke mangkok terakhir
Mereka semua langsung menyudahi aktivitas mereka mengutak atik benda tersebut.
"Lou..." panggil Philipe
"ya?"
"denger denger lu pernah pacaran ya sama Marie?" tanya Philipe
Louis terdiam sambil menatap Marie "ya, dulu kita pernah berpacaran" ucap Louis dengan sedikit tegang
"oh pantes aja Louis kalo disuruh bantuin Marie masak selalu ga mau" timpal Moura
"bagus deh, gw kira masih pacaran" kata Philipe
"yah ga direstuin, sabar ya Lou..." ucap Marie sambil meledek Louis yang diikuti oleh tawa semuanya
Louis tidak terima dan berpikir untuk balas dendam.
"waktu gw lagi cari bahan makanan sama Jack, dia pernah cerita kalo ada seorang temennya pernah ciuman sama seorang model di dalam mobil" ucap Louis sembari menyindir
Theo yang lagi menguyah mendadak tersedak dan mukanya memerah.
"SAVAGE!!!!" Jack menimpali dan high five dengan Louis.
"ihhhh.... Jack kenapa diceritain sih. Lu juga sih Te kenapa iseng banget sih, heran gw" ucap Moura sambil cemberut "awas aja lu, pasti gw bales" sambil menunjuk Louis
"Jadi kalian pacaran?" tanya Marie
"ngga Marie... Itu tub cuman insiden doang" bela Theo
"cie... pacaran, ntar dibikinin FTV judulnya CINTAKU BERSEMI DI MEDAN PERANG" ucap Louis yang diikuti tawa yang lainnya
Moura langsung loncat kearah Louis dan mulai memukulinya tanpa ampun.
"udah ih... " ucap Moura sebal ketika melihat wajah Louis yang masih ketawa
"udah yuk rapihin, terus istirahat" potong Theo "gw jaga duluan"
"gw juga" ucap Philipe
"yauda yang lainnya tidur duluan, nanti gantian" kata Theo
"ga seru lah ngalihin pembicaraan" kata Louis sambil mematikan api unggun yang tadi dipakai untuk masak.
....
Waktu di jam tanga milik Theo sudah menunjukan pukul 00.50 dan ini berarti 10 menit lagi pergantian waktu jaga.
"Te, lu percaya ga sama yang dibilang sama Poseidon?" Tanya Philipe
"soal tujuan kita?"
Philipe mengangguk
"menurut gw sih Poseidon cuman ngingetin aja supaya kita ga kayak gitu" jawab Theo
"menurut gw juga gitu. Terus menurut lu apa yang akan bakalan dikorbanin?" Philipe kembali bertanya
"gw ga tau, yang pasti sesuatu yang besar. Menurut lu sendiri apa?" Tanya Theo balik
"gw juga berpikiran kayak lu, mungkin mereka minta dibangunin tempat persembahan untuk mereka" jawab Philipe sambil menatap kosong
"udah jam 1,gw bangunin Moura sama Louis dulu" kata Theo sambil beranjak dari tempat duduknya
Moura kaget ketika dia dibangunin dan pasangan jaganya adalah Louis
"Theooooo.... Kenapa gw sama Louis sih?" Tanya Moura
"tanya sono sama Philipe" jawab Theo sembari menyusul Philipe masuk ke dalam tenda
"kalo lu mau tidur lagi tidur aja gih" ucap Louis
"terus lu jaga sendiri gitu? Gw ga seegois itu kali" kata Moura sambil mempersiapkan pedangnya dan duduk di samping Louis
"Lou, kalo nanti kita berhasil ngusir makhluk makhluk aneh ini, apa yang mau lu lakuin pertama kali?" tanya Moura
"gw mau minta restu Philipe" jawab Louis sembari menatap langit malam
Moura tersenyum mendengar jawaban Louis
"lu bener mau seriusin Marie?" Tanya Moura meyakinkan
Louis hanya menganggur kecil sebagai jawabannya
"kalo lu?" tanya Louis balik
"gw ga pengen ngelakuin apa apa, tapi kalo kita berhasil ngusir alien alien ini setidaknya gw bisa mati dengan tenang" jawab Moura
To Be Continued