webnovel

Konferensi Pers

Adi mondar-mandir memberi instruksi pada para staf perusahaan untuk menyulap ballroom perusahaan menjadi tempat konferensi pers. Ya, hari ini Bastian mengundang semua wartawan yang menyerbu rumah sakit untuk datang ke Dewandra Tower.

Adi tidak tahu apa yang akan dikatakan tuannya di acara konferensi pers ini. Ia hanya tidak habis pikir tentang tuannya yang mau susah payah memberi klarifikasi tentang hubungannya dengan Dokter Kirana.

Selama mengenal Bastian, Adi melihat tuannya selalu digosipkan dekat dengan wanita-wanita. Biasanya kalau sudah di gosipkan, Bastian akan menyuruh semua staff IT menghapus berita-berita tidak penting seperti itu dari internet.

Anehnya gosip kali ini membuat Bastian terusik lebih dari biasanya. Bahkan Bastian sampai menelpon Adi tengah malam kemarin hanya untuk mempersiapkan konferensi pers.

Tuannya benar-benar sudah banyak berubah sekarang. Apa semua ini gara-gara Dokter Kirana?

"Gimana persiapannya, Di?" Bastian tiba-tiba muncul di ballroom.

"Sudah hampir siap, Tuan. Para wartawan juga sebentar lagi datang," Adi melapor.

Bastian berdiri di depan semua wartawan dari berbagai media di Indonesia. Hari ini dia sudah mempersiapkan diri menemui para wartawan yang mengganggu Kirana kemarin di rumah sakit.

"Saya, Bastian Dewandra berterima kasih pada rekan-rekan media yang sudah meluangkan waktu untuk datang ke konferensi pers hari ini," Bastian mulai berbicara.

Sementara itu semua wartawan sibuk memfoto dan merekam.

"Banyak diantara kalian yang bertanya-tanya apakah saya dan Dokter Kirana pacaran atau tidak. Saya juga melihat pemberitaan yang aneh-aneh di sosial media tentang itu. Oleh karena itu saya mau meluruskannya. Kami tidak pacaran."

Seluruh wartawan kaget.

"Bukankah Anda kemarin bilang kalau pacaran dengan Dokter Kirana di sebuah restoran?" tanya wartawan dari TVTwo.

"Ya itu benar. Tapi itu semata-mata untuk melindungi Dokter Kirana dari orang-orang yang berusaha mempermalukannya di tempat umum. Saya tidak bisa membiarkan orang yang sudah menyelamatkan nyawa saya ketika koma dari kecelakaan dihina oleh orang lain," jawab Bastian.

Wartawan lain mengangkat tangan ingin mengajukan pertanyaan.

"Anda bilang Dokter Kirana menyelamatkan nyawa Anda? Apa itu benar?"

Bastian mengangguk.

"Ya itu benar. Dua bulan lalu saya mengalami kecelakaan. Saya hampir tidak selamat kalau bukan karena Dokter Kirana yang mendonorkan darahnya untuk saya. Karena itu saya sangat berhutang budi padanya," jawab Bastian.

"Berarti Anda tidak punya perasaan pada Dokter Kirana? Jadi berita pacaran itu sepenuhnya salah paham?" tanya wartawan dari koran Berita Post.

Bastian berpikir sejenak.

"Kalau saya bilang tidak punya perasaan pada Dokter Kirana, tandanya saya berbohong. Saya tidak menutupi fakta kalau Dokter Kirana adalah tipe wanita yang saya suka. Dia baik, peduli dengan banyak orang dan sangat sederhana. Sayangnya, dia tidak terlalu berminat untuk pacaran dengan orang seperti saya."

"Kenapa?" tanya beberapa wartawan secara bersamaan.

Bastian tertawa kecil.

"Dia bilang pacaran dengan orang kaya itu rumit. Saya bisa memahami kenapa dia punya pikiran seperti itu," Bastian mengingat pembicaraannya dengan Kirana kemarin.

"Jadi Anda ditolak oleh Dokter Kirana?" tanya wartawan dari situs berita Penunjuk INFO.

"Ya," Bastian mengangguk. "Saya Bastian Dewandra sudah ditolak secara halus oleh Dokter Kirana. Tapi… saya mau pastikan satu hal ke kalian semua. Saya yakin suatu hari Dokter Kirana akan jatuh cinta pada seorang Bastian Dewandra."

Setelah mengatakan semua itu, Bastian berterima kasih dan meninggalkan ballroom.

….

Vero berlari terburu-buru menuju UGD. Dia habis membaca berita yang membuat jantungnya mau copot.

Bayangkan di tengah proses make up untuk pemotretan Jakarta Fashion Week, dia membaca artikel soal konferensi pers yang diadakan oleh Bastian kemarin. Berita ini juga sedang viral di internet dan seluruh sosial media.

Vero gatal dan kesal. Tapi sebelum dia mengomel, ingin bertemu Kirana. Dia mau menunjukkan berita ini pada sahabatnya.

Gubrak!

Vero masuk ke ruang UGD tanpa mengetuk pintu. Kedatangannya mengagetkan semua perawat. Tapi tak satupun perawat berani menegur sikap Vero. Perawat di UGD sepakat akan pura-pura tidak melihat Vero dan pura-pura tidak terganggu dengan kedatangan Vero yang tiba-tiba.

"Kirana!" Vero memukul meja kerja Kirana.

Kirana kaget sampai terlonjak dari kursinya.

"Ih apaan sih?! Datang-datang udah heboh sendiri," Kirana kesal.

"Heh, Gadis Sialan! Orang lain kalau udah baca berita yang lagi viral di internet kayak aku juga bakal heboh," maki Vero.

Kirana memandang sahabatnya dengan tatapan bingung.

"Berita viral apaan sih sampai kamu harus seheboh ini?"

Vero menyodorkan ponselnya ke Kirana. Dalam hati dia sudah lelah mengingatkan Kirana untuk update berita di internet. Sayangnya sahabatnya ini adalah tipe manusia yang hidup di dalam gua.

Kirana membaca judul-judul berita yang muncul di internet.

BASTIAN DEWANDRA DI TOLAK SEORANG DOKTER

BASTIAN DEWANDRA: SAYA SUDAH DITOLAK DOKTER KIRANA

BASTIAN DEWANDRA TIDAK PACARAN DENGAN DOKTER

Kirana kaget luar biasa membaca berita-berita ini. Dia tidak menyangka Bastian akan menjawab semua pertanyaan wartawan seperti ini.

Dia memang menyarankan agar mereka tidak menjalin hubungan cinta. Tapi itu tidak berarti Kirana menolak mentah-mentah Bastian. Dia sangat senang berada di dekat pria itu.

Lalu Kirana membaca potongan berita berbunyi:

"…Tapi saya mau pastikan satu hal ke kalian semua. Saya yakin suatu hari Dokter Kirana akan jatuh cinta pada seorang Bastian Dewandra."

Astaga!

"Kaget kan?!" Vero mendengus. "Bayangin aku baca berita beginian pas lagi make up di lokasi pemotretan. Aku sampe teriak histeris. Sampai semua kru kira aku kesurupan atau apalah gitu."

Sekarang Kirana bisa memahami kekagetan sahabatnya.

"Jadi, kamu beneran nolak Bastian Dewandra?" Vero kini mengintrogasi sahabatnya.

Dia penasaran apakah sahabatnya cukup bodoh untuk menolak seorang Bastian Dewandra.

Kirana menggigit bibir. "Gak nolak juga sih. Tapi lebih ke arah menghindari hubungan pacaran aja."

"Intinya nolak kan?"

"I-iya, bisa di bilang seperti itu."

"Ya Tuhan. Ya Tuhan tolong ampunilah sahabat hamba yang sangat bodoh ini," Vero lemas sambil mengelus dadanya. "Sialnya aku punya sahabat sebodoh ini."

"Siapa yang bodoh?!"

"Siapa lagi kalo bukan kamu, Kirana?!" Vero mulai nyolot.

"Di comblangin sama cowok gak pernah berhasil. Di comblangin sama sepupuku yang lulusan Amerika juga gak berhasil. Eh, giliran kamu disukai sama cowok baik, ganteng dan kaya kayak Bastian masih aja gak berhasil. Kamu parah banget! Sumpah, Kir!"

"Seenggaknya kami masih berhubungan baik, Ver," Kirana berargumen.

"Percuma kalau ujung-ujungnya kamu gak pacaran! Kasihannya Bastian ditolak sama kamu," omel Vero lagi.

Kirana semakin pusing mendengar omelan Vero. Dia juga sama terkejutnya dengan Vero soal berita ini. Tapi reaksi Vero terlalu berlebihan. Apa salahnya kalau Kirana tidak pacaran dengan Bastian?

"Aku mau lanjut ngecek pasien, Ver," Kirana berusaha mencari cara untuk menghindari Vero.

"Heh, aku belum selesai bicara," teriak Vero.

Kirana tidak peduli. Dia berjalan keluar UGD dengan buru-buru.

Aku sepertinya berhutang maaf ke Bastian, batinnya sedih.

Nächstes Kapitel