webnovel

Pertarungan Kedua

Suro tak menyangka jika kejadiannya bakal menjadi panjang.

Awalnya hanya masalah sepele, Yang Li Yun menghajar para pemuda yang melecehkannya, lalu para pemuda itu tidak terima dan meminta bantuan dari gurunya, So Lai. Tiba-tiba muncul seorang lelaki yang ternyata adalah perwira Chou, seorang prajurit tangguh berilmu tinggi yang dipanggil oleh So Lai dengan sebutan kakak.

Ah, mengapa bisa begini? Gerutu Suro.

Wei Li Yang maupun Wei Fu Han, meskipun mereka berdua mempunyai kung fu yang tinggi, tidak akan sanggup bila berhadapan dengan Perwira Chou. Menghadapi So Lai saja, mereka berdua susah payah untuk mengalahkannya. Ia yakin, mereka berdua bisa saja terluka parah, atau bahkan terbunuh ditangan perwira Chou!

Suro yang pernah bertarung dengan Perwira Chou sudah bisa mengukur, walaupun melalui pertarungan yang sangat singkat, bahwa lelaki itu sangat sulit dikalahkan. Bahkan mungkin oleh dirinya sekalipun.

Malam ini bakal menjadi malam yang sangat panjang. Batinnya.

"Siapa kalian berani-beraninya membuat onar di sini!" bentak perwira Chou tanpa memperdulikan salam dari So Lai.

Wei bersaudara menangkupkan tangannya ke depan memberi hormat, "Kami adalah pelancong yang kebetulan lewat. Terus terang, kami tak pernah memulai untuk berbuat onar jika mereka tidak menyakiti anak dari majikan kami!" berkata Wei Li Yang.

Perwira Chou memandang ke arah So Lai. Lelaki tinggi besar itu menunduk seolah tak berani beradu pandang dengan Perwira Chou.

"Apa pun alasannya, kalian tetap saja berbuat rusuh di sini!" katanya dengan suara keras, "Kecuali kalian meminta maaf pada mereka!"

Sambil berkata demikian, ia menunjuk ke arah So Lai dan murid-muridnya. Hal itu membuat So Lai dan muridnya tersenyum penuh kemenangan.

"Mengapa anda malah melindungi mereka?" Wei Fu Han angkat bicara. Ia protes, nada bicaranya meninggi tak mau kalah.

Lelaki itu tertawa keras. Lalu menatap tajam ke arah dua bersaudara itu dengan pandangan mengancam.

"Mereka adalah orang-orangku, dan kalian ... telah berani melukai orang-orangku, maka tiada ampun untuk kalian, kecuali berlutut meminta maaf!"

Wei Li Yang sedikit melirik ke arah Suro dan Li Yun berada, tetapi ia tidak melihat keberadaan mereka. Hal itu membuatnya merasa lega dengan menarik nafas panjang. Ia tidak ingin dua adik kakak keluarga Yang itu terlibat masalah. Ia merasa bertanggungjawab atas keselamatan mereka berdua.

"Lebih baik kami mati terhormat dari pada tunduk pada perintah kotormu itu!" Wei Fu Han berkata penuh emosi.

Perwira Chou tertawa keras, lalu menyerahkan pedangnya kepada So Lai, "Baiklah kalau itu mau kalian. Aku ingin bermain-main sebentar!"

Selesai berkata demikian, lelaki itu memasang kuda-kuda dan kedua tangannya mengepal. Wei Fu Han dan Wei Li Yang pun menyusul dengan gerakan yang sama. Mereka sudah bersiap.

Sebenarnya mereka sadar jika lawan kali ini jauh lebih tinggi ilmu bela dirinya. Terbukti dari So Lai yang kelihatan tunduk pada lelaki itu, padahal untuk melawan So Lai saja mereka sudah kelabakan.

"Maju sini!" tantang Perwira Chou dengan senyum meremehkan.

Tanpa berfikir lagi, dua bersaudara itu langsung melompat ke arah perwira Chou sambil melakukan serangan pukulan dan tendangan.

Nampak sekali, perwira Chou menanggapi serangan itu dengan gerakan santai. Kadang diselingi dengan suara ejekan untuk menjatuhkan mental lawan-lawannya.

Sepanjang pertarungan, perwira Chou tak pernah melakukan serangan, hanya menangkis dan menghindar. Gerakan itu lumayan menguras tenaga dua bersaudara Wei.

Suro yang menyaksikan pertarungan itu dari persembunyiannya nampak gemas, tangannya mengepal dan gemetar. Kali ini ia harus muncul untk menghadapi prajurit Manchu yang tangguh itu.

"Ayolah!" ejek perwira Chou, "Hanya segitukah kemampuan kalian?"

Baik Wei Li Yang maupun Wei Fu Han sebenarnya sudah mengerahkan seluruh kemampuannya, tetapi setitik serangan pun tidak ada yang bisa menyentuh tubuh lawannya itu, sehingga yang ada hanyalah emosi. Tenaganya terkuras dengan cepat karena serangan-serangannya mengenai tempat kosong.

Lama-kelamaan gerakan mereka menjadi tak terarah, sementara lawannya masih dengan santainya melakukan tangkisan dan hindaran dengan gaya bermain-main.

Hingga akhirnya, Perwira Chou merasa bosan dan berbalik melakukan serangan bertubi-tubi yang telak menghantam tubuh Wei bersaudara.

Suara benturan serangan dengan tubuh pun terdengar, disusul jatuhnya kedua Wei bersaudara di atas tanah dengan mulut mengeluarkan darah!

Kelelahan membuat keduanya tak dapat bangkit dengan segera, ditambah dengan luka dalam akibat serangan Perwira Chou. Lelaki itu kemudian menyasar ke arah Wei Li Yang dengan melakukan sebuah lompatan tinggi. Lututnya menekuk dan menukik ke arah Wei Li Yang!

"Mampus kau!" seru Perwira Chou.

Hampir saja serangan lutut itu mendarat ke tubuh Wei Li Yang, sebuah terjangan seperti harimau menerkam mematahkan serangannya di udara yang dilakukan oleh sesosok tubuh lain yang tiba-tiba saja muncul.

Wei Li Yang yang semula pasrah akan menemui ajal, menoleh ke arah jatuhnya dua sosok tubuh ke sisi lain. Di lihatnya tubuh perwira Chou berguling beberapa kali, dan sesosok lainnya tengah berdiri memandanginya.

Lelaki itu memakai topeng kain warna hitam yang diikat dibelakang kepala. Hanya matanya saja yang terlihat. Sejenak, Wei Li Yang dan Wei Fu Han saling pandang, dan mereka sudah bisa menebak sosok orang yang memakai topeng kain berwarna hitam itu.

Ya, kain hitam itu adalah kain ikat kepala Suro, yang biasa digunakannya sebagai alas untuk sholat.

"Tuan Muda Yang!" Wei Li Yang berkata tanpa suara ke arah Wei Fu Han, hanya menggerakkan bibirnya dan itu terbaca oleh Wei Fu Han yang dijawab dengan anggukan.

Perwira Chou perlahan bangkit sambil mengibas-ngibaskan pakaiannya yang kotor terkena debu dengan kedua tangannya. Tetapi matanya tak lepas memandang ke arah lelaki bertopeng yang memang adalah Suro dengan tatapan tajam penuh kebencian.

"Oh!" katanya,"Kita pernah bertarung sebelumnya, dan anda sudah membuat pelipisku robek!" Ia ingat terhadap lawannya itu.

"Akhirnya, malam ini aku bisa membalas perbuatanmu tempo hari!" lanjutnya.

Suro tak menjawab, sengaja menyembunyikan suaranya agar tak bisa dikenali oleh lawannya.

Mereka masing-masing bersiap. Kali ini Perwira Chou nampak serius menghadapi lelaki bertopeng yang pernah bertarung dengannya itu.

"Kung Fu apa itu!?" ia sempat bertanya begitu mellihat Suro membuka kuda-kuda dan kembangan tangan gaya khasnya.

Suro dibalik topengnya tersenyum mengejek, dan bisa terbaca dari matanya yang terbuka.

Melihat lawannya cuma diam, ia merasa terhina, lalu bergerak melakukan serangan-serangan mematikan ke arah Suro. Pemuda itu menanggapinya dengan hati-hati.

Serangan yang dilakukan oleh perwira Chou sangat berat dan bertenaga, makanya tempo hari ketika berhadapan pertama kali, Suro spontan menghadapi lawannya dengan Kung Fu Tai Chi. Tapi untuk saat ini, ia tak boleh mengulanginya lagi, takut jika mereka sama-sama hidup, dan perwira Chou menyimpan dendam, pastilah ia akan memburunya dengan cara menelusuri setiap orang yang menguasai ilmu beladiri Tai Chi.

Kali ini, ia harus menghadapi lawannya dengan ilmu bela diri yang paling dikuasainya, yaitu silat dari Cempaka Putih.

Silat Cempaka Putih juga mengandung gerakan-gerakan yang lembut, dan bahkan bisa dibilang semi Tai Chi. Hanya saja, gaya khasnya tidak terduga dan tiba-tiba. Konon, beladiri Silat dianggap sebagai beladiri hitam karena didalamnya banyak gerakan-gerakan tipuan.

Pertarungan kali ini tidak lagi sama dengan pertarungan sebelumnya, dimana salah satu lawannya berada dalam posisi yang tidak seimbang. Perwira Chou terlihat tidak mau main-main, setiap serangan yang dikeluarkan menimbulkan suara bergesekan dengan udara. Suro pun demikian, karena ia menyadari lawannya ini sangatlah tangguh. Jika lengah sedikit saja, pukulan atau pun tendangan dari lawannya bisa berakibat fatal!

Posisi Wei bersaudara kini berada cukup jauh untuk memberi ruang lebih luas sebagai arena pertarungan. Mereka terpukau oleh gerakan silat yang dimainkan oleh Suro. Kadang lembut, kadang keras, dan tiba-tiba serangannya seolah meledak begitu saja membuat lawannya kalang kabut.

"Kung Fu tuan muda Yang sangat hebat, gerakannya misterius!" puji Wei Li Yang dengan suara tidak terlalu keras, khawatir terdengar oleh lawannya.

"Iya, aku tidak tahu bagaimana ia melatihnya. Masih muda tapi konfunya (konfu = hasil dari latihan) seperti latihan seumur hidup!" Wei Fu Han menambahkan pujiannya.

Jika saja mereka berdua tahu, Suro itu melatih jurus-jurusnya hampir setiap malam. Ibarat kata, tiada hari tanpa latihan. Bagi Suro, tidak ada gerakan sederhana jika dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus.

"Awal melihat, kufikir itu adalah gerakan Kung Fu Shao Lin, ternyata bukan!" lanjut Wei Fu Han.

Satu celah, Suro mengarahkan telapaknya ke arah mata Perwira Chou yang disambutnya dengan tangkisan, tetapi ia terkejut begitu Suro menarik kembali serangannya, tanpa diduga oleh Perwira Chou, sebuah tendangan samping cukup keras tiba-tiba saja meluncur seolah keluar dari dalam perutnya seperti sebuah ledakan dahsyat. Ia tertipu serangan Suro!

Buk!

Telak dan kuat membuat tubuh Perwira Chou terlempar cukup jauh tanpa bisa dihindari. Tendangan ini disebut sebagai Kaki Naga Menapak Bukit!

Perwira Chou nampaknya memiliki fisik dan tenaga dalam yang kuat, bagi orang yang memiliki kung fu biasa, tendangan itu mampu membuat lawannya terluka dalam dan muntah darah. Tetapi, lelaki itu cuma mengernyitkan dahinya dan kelihatan tanpa terluka. Lalu buru-buru bangkit dan bersiap melakukan serangan dengan lebih hati-hati.

Suro menatap takjub. Orang ini luar biasa kuatnya! Dia membatin kagum.

Satu teriakan keras mengawali serangan pukulan Perwira Chou yang disambut Suro dengan mengegos ke kiri membuat pukulan itu berada di sisinya. Secara cepat tanpa putus, ia majukan kaki kanan ke depan, lalu menghantamkan badannya dengan jurus Hantaman Bukit Baja.

Tetapi gagal!

Kuda-kuda Perwira Chou sangat kuat. Justru membuat tubuh Suro agak bergeming sebagai efek benturannya yang gagal.

Dengan kecerdasannya, ia membalikkan tubuh dan menyabetkan kaki belakangnya ke arah kepala.

Plak! Buk!

Serangan tendangan itu bernama Tendangan Bulan Sabit, telak menampar area kepala yang berefek tubuh Perwira Chou berputar di udara lalu jatuh terbanting dengan keras!

Perwira Chou terdengar melenguh panjang. Ia menggerak-gerakkan kepalanya. Pening dan bumi serasa berputar.

Suro langsung melompat mundur untuk mengambil jarak dan kesempatan mencuri nafas.

Ia melihat Perwira Chou berusaha untuk bangun beberapa kali, tetapi selalu gagal dan terjatuh. Ia kehilangan pijakan, seperti berdiri di atas perahu yang sedang berada di lautan. Suro membiarkan lelaki itu duduk di tanah sementara waktu.

Jika mau curang, bisa saja ia gunakan kesempatan itu untuk melakukan serangan terakhir yang mampu membuat perwira Chou tidak bisa bergerak lagi alias tewas. Tapi nuraninya menolak. Di dunia persilatan itu bukanlah cara ksatria. Hanya dilakukan oleh para penjahat atau pecundang.

So Lai dan beberapa orang muridnya yang menyaksikan pertarungan itu seperti terpana dan juga kaget. Bagaimana perwira Chou yang terkenal sebagai perwira tangguh berilmu tinggi tanpa lawan, didepan matanya bisa dikalahkan, bahkan dengan cukup mudah.

Setelah beberapa saat, dia tersadar bahwa dia harus membantu perwira Chou. Lalu dengan diam-diam, ia yang saat itu berada di belakang Suro berniat melakukan gerakan membokong, menarik pedang Perwira Chou dengan perlahan dan hati-hati agar tidak terdengar. Dengan gerakan tercepatnya, ia mengayunkan pedang ke arah Suro.

Untunglah, Suro cukup waspada. Telinganya sempat mendengar suara gesekan besi dengan warangkanya dan suara langkah kaki So Lai dari arah belakang. Tak kalah cepat, ia menekukkan kaki dan menurunkan tubuhnya menghindari serangan, lalu seperti pegas tubuhnya melesat ke atas bersamaan dengan tangan kanannya menangkap tangan So Lai yang memegang pedang, dan telapak tangan kirinya melakukan serangan yang di arahkan ke dagu. Gerakan ini disebut dengan Jurus Naga Muncul ke Permukaan Laut!.

Semua yang melihat, termasuk Wei bersaudara dan Li Yun yang memantau dari tempat persembunyiannya terperangah tak percaya.

Buk!!!

Tubuh besar dan berat So Lai seperti meluncur terbang ke atas dengan mudahnya dan jatuh terjengkang dengan rahang bergeser! Seketika ia pingsan!

Melihat gurunya dalam keadaan demikian, ketiga pemuda itu langsung memandang Suro ketakutan, seolah mereka melihat mahluk yang menyeramkan.

Lalu mereka kabur begitu saja meninggalkan guru dan perwira Chou!

"Hei!" terdengar suara Perwira Chou, membuat Suro menoleh.

Dilihatnya lelaki itu sudah berdiri dengan stabil dan nafas turun naik. Tertawa menyeringai seperti srigala yang siap menerkam mangsanya.

"Mari kita selesaikan pertarungan ini!" katanya dengan sombong.

Tiba-tiba, tubuhnya melesat cepat ke arah Suro disertai pukulan. Karena pukulan itu dibarengi dengan kecepatan dan berat tubuh, kekuatannya menjadi berlipat-lipat dan mematikan jika mengenai lawan.

Suro menepis dengan gerakan Kelopak Bunga Layu, sebuah gerakan tangkisan menggunakan telapak tangan terbuka yang menerima serangan dan mengalihkannya kesamping memanfaatkan tenaga lawan, lalu tangan lainnya melakukan hantaman telapak tangan terbuka ke arah sisi tulang iga tubuh Perwira Chou. Telapak Kupu-kupu!!

Sontak saja, lelaki itu kembali terhempas keras dan terkapar. Kali ini, efek pukulan Telapak Kupu-kupu yang telak menghantam Perwira Chou berakibat fatal. Nafasnya terlihat berat, matanya mengarah ke atas dengan mulut terbuka lebar.

Memanfaatkan kesempatan itu, Suro menoleh ke arah Wei Li Yang dan Wei Fu Han lalu memberi isyarat dengan kepala dan matanya agar segera mendatangi lapak tempat Li Yun bersembunyi lalu membawanya pergi.

Nanti aku menyusul!

Dua kakak beradik Wei dengan cepat mengangguk tanda memahami isyarat yang diberikan kepadanya. Tanpa membuang waktu lagi, mereka mendatangi Li Yun dan segera pergi meninggalkan tempat itu.

Suro kembali mengamati keadaan Perwira Chou yang tampak megap-megap. Dalam kondisi seperti itu, dipastikan akan berlangsung beberapa saat.

Lalu, sambil melangkah mundur kemudian berbalik, ia berlari menyusul Wei bersaudara ke penginapan.

Mereka harus keluar dari kota ini, segera!

Nächstes Kapitel