webnovel

Kota Awan

"Wwuuussst".

Virgo kini berlari meninggalkan jejak kilatan berwarna emas kebiruan terlihat bergerak dengan cepat seperti menari di dalam hutan.

Dengan kecepatan seperti itu, Virgo sudah masuk ke hutan cukup dalam, matahari mulai tenggelam dan hutan pun sudah mulai terlihat gelap.

Virgo berpikir cukup berbahaya berjalan dalam kegelapan, dan akhirnya berhenti sejenak, "Aku rasa di sana jauh lebih aman". Pikirnya melihat ke atas pohon yang cukup besar dan menjulang tinggi di hadapannya.

Virgo ingat saat berada di pinggir hutan tanpa sengaja ia melompat hingga beberapa meter, "Aku akan mencobanya". Batinnya, dengan penuh keyakinan ia pun menargetkan salah satu cabang pohon paling bawah dan besar.

"Wussst".

Virgo melompat cukup tinggi dan hanya meninggalkan sebuah bayangan emas dan bekas kaki beberapa Senti meter, tanah di sekitarnya sampai sedikit bergetar hingga debu dan dedaunan kering terangkat.

Merasakan tubuhnya melayang di udara, Virgo tersenyum lebar dengan perasaan tidak percaya bisa melakukan hal seperti itu dengan mudah.

"Bruuuk".

Virgo mendarat dengan sempurna di salah satu cabang pohon yang di tuju sebelumnya, namun tubuhnya tidak seimbang, ia pun dengan cepat memeluk batang pohon besar itu,

"Huuuh ... Hampir saja, ternyata tidak semudah yang ku bayangkan". Gumamnya sambil menyeka keringat di keningnya, ia benar-benar hampir terjatuh.

Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya Virgo bisa melakukannya dengan sempurna, bahkan ia hanya memakai cabang pohon sebagai tumpuan pijakan dan terus melompat ke cabang pohon lainnya.

"Dari sini akan lebih aman, jangkauan penglihatan ku sedikit lebih luas". Batinnya, lalu di saat hutan sudah benar-benar gelap dan hampir tengah malam, ia segera melompat ke puncak pohon tertinggi di sekitarnya, dari sana ia hampir bisa melihat sebagian dari pulau itu.

"Pemandangan yang indah, ini hampir mirip dengan desa ku". Virgo menadah ke atas langit yang penuh dengan bintang, dengan cahaya bulan yang remang-remang, namun membuat pemandangan yang cukup indah di malam hari, merindukan suasana kampung halamannya.

Karena hutan cukup gelap hingga membuat penglihatan Virgo sedikit terbatas, ia memutuskan untuk beristirahat di puncak pohon tersebut dan akan melanjutkan perjalanannya saat matahari terbit.

Di tempat lain lain kabar tentang pembantaian monster di beberapa desa kecil termasuk desa hujan telah menjadi perbincangan hangat di Kota Awan.

Kota Awan merupakan salah satu dari 7 kota di kerajaan Matahari, kota tersebut berada di sebelah timur yang di batasi dengan Padang rumput dan hutan yang cukup luas dari kota-kota lainya.

Kemudian di setiap kota terdapat 3 penyihir tingkat tinggi ataupun elite yang di tugaskan langsung oleh kerajaan untuk menjaga keamanan setiap kota, dan tentunya mereka di perlakukan dengan sangat istimewa oleh para petinggi dan pimpinan kota tempat mereka di tugaskan.

Loxsa, Kiseru dan Ani adalah tiga penyihir yang bertugas di kota Awan, mereka berperan penting dalam hal keamanan kota bahkan dalam beberapa hal yang berkaitan dengan perkembangan kota.

"Loxsa kita harus bergerak dengan cepat, hampir semua desa tidak bisa bertahan khususnya desa yang memiliki sedikit penyihir". Suara pimpinan kota terdengar berat dan khawatir saat berada di dalam ruangannya bersama dengan ke 3 utusan penyihir kerajaan tersebut, Loxsa adalah ketua dalam kelompok tersebut.

Loxsa terlihat berwibawa dan mulia dengan wajah tegas, tatapan tajam dan tubuh besar berotot serta cukup tinggi, ia juga dikenal sangat membenci monster dan selalu membantai mereka dengan kejam dan sadis.

"Aku sudah mengantisipasi hal itu, dan sekarang para penyihir sudah dalam perjalanan untuk membasmi para monster rendahan itu, kau tidak perlu khawatir".

Suara tegas dan menggema dari Loxsa membuat pimpinan kota hanya bisa menelan ludah, hanya mereka bertiga yang berbicara santai tanpa menyebut para petinggi dan pemimpin kota dengan sebutan tuan.

Walaupun ia adalah pemimpin kota, namun kedudukannya hampir setara dengan penyihir kerajaan, penyihir tingkat tinggi ataupun elite sangat di kagumi dan dianggap mulia oleh para penyihir, mereka akan mendapatkan perlakuan yang lebih baik dari penyihir di tingkat yang lebih rendah, terlebih lagi penyihir kerajaan yang sudah diakui kemampuannya oleh pihak kerajaan.

"Apakah mereka benar-benar bisa menghabisi para monster yang mengacau di setiap desa?". Tanya pemimpin kota dengan suara yang sedikit gemetar tekanan aura yang dirasakannya dari Loxsa benar-benar mempengaruhinya.

"Apa kau meragukan bawahan yang ku latih sendiri? Setiap grup yang aku kirimkan memiliki lebih dari 2 penyihir senior tingkat menengah yang cukup kuat". Tatapan tajam yang dingin mengarah kepada pimpinan kota.

"Baiklah aku mengerti". Pemimpin kota langsung mengangguk sedikit ketakutan.

"Kau tak perlu khawatir para monster itu hanyalah monster rendahan, bahkan mereka tidak layak untuk di bunuh oleh kekuatan kami para penyihir kerajaan". Ujar Ani dengan angkuh, ia adalah sosok yang percaya diri dan benar-benar meremehkan para monster.

"Aku mungkin hanya terllau khawatir, semuanya ku percayakan kepada kalian". Pemimpin kota berharap cemas, namun tidak bisa melakukan apa pun.

setelah memenuhi panggilan tersebut, ketiga penyihir kerajaan itu pun beranjak dan langsung keluar dari ruangan pimpinan kota.

Di sisi lain di mulut gua tengah hutan, terlihat sosok dengan tubuh kekar berotot berdiri dengan santai, sosoknya terlihat samar saat berada dalam gelap, di hadapannya 6 sosok monster duduk setengah berlutut, sangat jelas terlihat sosok tinggi berotot itu adalah pemimpin para monster di hadapannya.

Ia perlahan membuka matanya yang terlihat meruncing dengan bola mata berwarna abu cerah, saat itu juga dalam sekejap, 6 monster di hadapannya langsung menghilang, semuanya bergerak berpencar dengan cepat dan hanya meninggalkan kumpulan debu.

sosok misterius itu pun hanya tersenyum miring dan melangkah masuk ke dalam gua dengan santai.

Nächstes Kapitel