webnovel

Troy Roner

Dalam diam, Emma mendengarkan dengan seksama sambil mengobati luka-luka Calvin. Ia ingin mendengar lebih banyak lagi.

"37.1 AM? Kau masih segila itu?" Tawa Troy sembari menggeleng heran. "Lalu hasilnya? Aku harap dengan luka dan motormu yang hancur seperti itu setidaknya kau berhasil mematahkan beberapa tulang."

Mendengar celotehan Troy, membuat Calvin terkekeh kecil. Dari senyuman itu, nampak ia tidak memiliki sebuah penyesalan. "Ketuanya, Steven, datang langsung dengan sekitar dua puluh anak buahnya. Aku menghabisi mereka semua. Tapi.. Kau lihat kan, bagaimana kondisi motorku. Sepertinya beberapa anak buahnya mengganti target saat merasa tidak mungkin lagi untuk melawanku."

"Hahaha! Itu bagus. Aku akan memberikan diskon untuk ongkos memperbaiki motor rongsokmu itu." Ucap Troy.

"Aku akan sangat berterimakasih." Sahut Calvin.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau masih melakukannya? Apa kau tidak sadar umur?" Troy membuka lemari pendingin minuman. Lalu mengambil dua botol bir dingin. Ia menoleh pada Emma, "Hey, gadis. Apa kau minum?"

Emma berpikir sejenak "Apa ada jus?"

Troy menghela nafas lalu menyisir isi lemari pendingin tersebut "Bagaimana kalau soda?"

"Boleh. Trimakasih." Angguk Emma dengan sopan.

Troy kembali ke kursinya dan memberikan minuman tadi kepada Emma dan Calvin "Ini gratis. Tapi suatu saat kalian harus balas budi." Kekehnya.

Emma tersenyum geli, lalu kembali pada Calvin "Kau belum menjawab pertanyaan Troy." Katanya dengan menggulungkan perban ke lengan yang memiliki luka terbuka yang cukup panjang hingga terus mengeluarkan darah. "Apa kau yakin tulangmu tidak retak?"

"Ohoho.. Sepertinya gadis ini penasaran pada ceritamu, Calvin." Tawa Troy.

Emma lantas tersadar bahwa ia keceplosan tadi, "Te.. tentu saja aku penasaran. Seumur hidup aku belum pernah melihat orang dikeroyok oleh dua puluh orang." Bohongnya. Padahal ia bahkan sudah pernah melihat anggota ayahnya membunuh anggota geng lain.

"Itu benar, Calvin. Setidaknya ceritakan kisah heroikmu pada Emma." Ejek Troy dengan meringankan nada suaranya menjadi seperti wanita.

Emma hendak memukul ringan lengan Troy dengan bercanda, namun dengan cepat pria itu mengelak dan ikut tertawa. Tapi terlihat bahwa ia tidak begitu suka dengan cara Emma bercanda.

Calvin tersenyum "Bagiku, membela yang benar bukanlah hal yang kekanak-kanakan. Ketika yang lain semakin dewasa dan keadaan memaksa mereka untuk memikirkan kepentingan diri sendiri. Berbeda dengan mereka. Aku merasa bahwa aku yang harus mengubah keadaan. Bukan keadaan yang mengubah diriku."

"Aku suka semangatmu." Angguk Emma dengan kedua mata berapi-api. "Ngomong-ngomong, sebenarnya apa yang terjadi di kota ini? Dan pada.. kau." Lanjut Emma dengan menatap Calvin dalam-dalam.

"Sebenarnya ini tidak ada hubungannya denganmu, Emma. Sebaiknya kau tidak dekat-dekat dengan ini semua. Di kota Handway, ada beberapa kelompok yang beranggotakan anak muda. Mereka adalah berandalan yang suka melakukan kekerasan dan memeras anak muda lainnya. Memang pelakunya adalah anak-anak muda yang terlihat sepele. Tapi hal ini menjadi cukup serius karena pihak kepolisian pun tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan mereka." Jelas Calvin.

"Maksudmu.. Seperti jalan Jen Marrie?"

"Kau tau jalan Jen Marrie? Bukankah kau baru pindah ke sini?" Tanya Troy kaget.

Emma mengangguk "Beberapa minggu yang lalu, Lary dan teman-temannya mengajakku ke sana."

"Lary? Bocah berengsek itu..!" Gumam Troy geram. "Lalu apa terjadi sesuatu padamu di sana? Apa jkau baik-baik saja?"

"Tentu saja. Mungkin lebih parah dari bayanganmu. Tiba-tiba saja jalan itu diserang oleh sekelompok gangster. Sialnya lagi, sepertinya Lary sempat terlibat masalah dengan mereka. Di saat terakhir, pria pengecut itu kabur meninggalkanku bersama pacar-pacar mereka. Singkat cerita, kami berhasil kabur dan aku tidak akan pernah mau menginjakkan kakiku di jalan itu lagi." Cerita Emma sambil mereka ulang kejadian itu dengan wajah kesal.

"Kau beruntung bisa keluar dari sana dengan selamat, Emma. Mungkin aku benar-benar akan membunuh Lary dan Brian jika terjadi sesuatu padamu." Ujar Calvin geram.

Emma menatap Calvin dengan kaku, lalu berdehem untuk memecah suasana canggung "Lalu.. Kenapa kau berurusan dengan mereka? Kau sudah tau itu berbahaya, tapi kau dekati."

Calvin terdiam dan merenung sambil menatap lengannya yang sudah terbalut perban "Aku hanya tidak suka pada mereka dan kasihan pada korbannya."

"Tentu saja, Calvin." Sahut Troy penuh nada sindiran.

Lantas Calvin menatap Troy dengan wajah datar "Setidaknya aku pernah mendengar seseorang yang menghancurkan satu kelompok besar seorang diri saat SMA. Sayangnya, ia sudah menghilang entah kemana."

Emma mengikuti arah pandangan Calvin, yaitu pada sosok Troy yang nyaris tersedak bir yang sedang diteguknya.

"Apa? Itu karena mereka mengusik kelompokku. Aku tidak pernah membela siapa pun. Aku hanya membela diriku sendiri." Ia menggidik bahu.

"Kau juga punya kelompok?" Tanya Emma dengan nada menuduh.

"Hey.. Tunggu sebentar, gadis. Kelompokku tidak melakukan kejahatan. Kami hanya penggila judo sejak SMP. Entah mengapa orang-orang gila itu malah menganggap kami sebagai ancaman." Ia berusaha meluruskan.

"Ya, tapi setiap kalian lewat.. Seakan kalian adalah segerombol bulldozer yang akan meratakan jalan. Tanpa harus kalian palak pun, pecudang sekolah akan melemparkan uang jajan mereka di depan kaki kalian." Tawa Calvin, mengingat hal yang memang sungguhan terjadi saat mereka masih bersekolah dulu. Meskipun sekolah di SMP dan SMA yang berbeda, namun ketenaran kelompok yang dipimpin Troy terdengar hingga ke sekolah lain.

"Lalu apa kelompokmu masih ditakuti sampai sekarang?" Tanya Emma.

Troy menggeleng "Setelah masuk universitas. Akhirnya kami menemukan club Judo sungguhan yang bisa membawa kami dengan serius ke turnamen bergengsi. Sejak itu, kami benar-benar fokus pada olahraga Judo dan tidak memperdulikan keadaan luar sama sekali. Perlahan nama kelompokku menghilang dengan sendirinya."

"Astaga.. Ternyata banyak cerita di kota ini." Gumam Emma.

"Soal Roger.." Imbuh Calvin. Ia menatap Emma tidak enak, "Jika kau melihatnya dirundung, tolong jangan membuat dirimu terlibat ke dalamnya. Hubungi saja aku. Kau adalah perempuan, sangat berbahaya jika berhadapan dengan para berandalan itu. Mereka adalah bagian dari kelompok-kelompok yang suka memeras anak-anak."

Emma mengangguk dan tersenyum tipis "Aku tau. Aku juga tidak pernah berniat terlibat ke dalam masalah gengster-gengster itu."

"Karena memang tidak ada perempuan yang terlibat. Ini semua adalah dunia laki-laki. Kami bertarung otot di sini. Tidak ada yang boleh memukul perempuan." Tambal Troy yakin.

"Aku senang mendengar bahwa perempuan tidak terlibat dalam kekacauan yang para laki-laki buat. Dan aku harap hal itu tidak akan pernah terjadi." Ucap Emma lega. Setidaknya, karena ia perempuan, maka ia tidak perlu khawatir akan terlibat ke dalam masalah seputar gengster yang dari awal memang ia jauhi sejauh mungkin. "Oke. Ini sudah terlalu malam. Aku harus pulang."

"Aku akan mengantarmu." Calvin bangkit dari duduknya.

Nächstes Kapitel