webnovel

Pergi jauh

"Keyla, mau ikut ayah atau opa?." Tanya Kay sambil menghapus air mata anaknya. Dia juga mengusap kering pipi Keyla yang basah. Dia tak suka melihat anaknya menyaksikan hal ini dan menangis tapi…jika Arbi sejak awal tak melarang mungkin Kay tak akan bertindak sejauh ini. Keyla seperti orang cegukan sekarang. Dia berusaha untuk menjawab pertanyaan Kay.

"I..ikut yayah…" Keyla sambil memeluk ayahnya lagi dan seketika Kay tersenyum dengan jawaban itu. Dia mendekati sang mertua.

"Dengar sendirikan yah?, jangan misahin anak sama orang tuanya. Kalo ayah cuman pingin aku pisah sama Ran silahkan, Ran udah mau lakuin itu kok yah.." Kay sambil memandang kearah Kiran yang masih saja terpaku disana.

"Tapi jangan sekali-sekali pisahin aku sama Keyla. Dia anak aku!. Aku yang lebih berhak dibanding ayah. Denger ya yah, aku udah cape terus-terusan ngalah, satu minggu ini aku udah bersabar dan sekarang aku peringantin jangan lagi ayah lakuin ini, aku sama keluarga aku bisa lakuin apapun buat bikin hidup ayah, keluarga ayah lebih menderita dibanding aku. Mau ayah sembunyiin Keyla keujung dunia pun aku kejar. Jangan main-main sama aku yah." Kay dengan tatapan tajam.

"Brengsek kamu!!."

"Keyla tutup telinganya sayang." Kay membuat Keyla menurut.

"Silahkan hina aku, silahkan laporin polisi setelah ini, Ada saksi kok Rafi sama bunda atau bahkan Kiran. Silahkan tuntut aku tapi..keluarga Seazon ga akan diem. Ayah udah salah selama ini sama aku, jadi…seharusnya ayah sadar diri siapa yang sebenarnya pantas dihukum?." Kay dengan bangga mengatakannya.

"Sayang, ayo kita pulang kasih kiss bye sama opa, sama oma dan…sama bunda.."

"Buna ikut…buna ikut yah…" Keyla merengek.

"Apa kamu juga tega liat anak kamu gini?." Tanya Kay pada Kiran. Istrinya itu memandang ibu, adik dan tentu saja ayahnya.

"Ayah, bunda..aku pamit. Aku ga mungkin ninggalin Keyla." Jawaban Kiran lagi-lagi membuat Kay tersenyum. Rasanya puas melihat Arbi kalah didepannya.

"Aku ambil barang aku dulu Mas."

"Ga usah, kita pulang langsung." Kay dengan dingin berjalan kearah pintu keluar diikuti Kiran yang tak bisa berkutik. Erik memastikan sejenak tak ada perlawanan dari Arbi dan langsung menyusul bosnya sementara timnya yang lain masih menunggu di dalam seolah berjaga-jaga jika Arbi akan membuat keributan.

"Sayang, pake sabuk pengaman ya…" Kay dengan manis memasangkannya untuk Keyla dan Ketika semua sudah siap dia menutup pintu mobilnya.

"Semuanya udah siap?."

"Udah bos, kapalnya udah nunggu."

"Kita pergi sekarang, secepatnya."

"Saya dibelakang mobil bos, Mario di depan."

"Oke." Kay lalu masuk kedalam mobil. Dia meraih tisu dan menggulungkan kearah telapak tangannya yang berdarah.

"Handphone kamu?." Kay sambil mengulurkan tangannya.

"Hah?!."

"Aku ga mau teriak depan Keyla ya.."

"Buat apa?."

"Handphone kamu aku bilang, kasih atau aku suruh Erik ambil dari kamu." Kay dengan nada penuh ancaman. Kini Kiran pasrah memberikan handphonenya. Dia tak berdaya. Setelah itu barulah dia menginjak gas dan tanpa takut Kay mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Kita mau kemana?." Kiran heran dengan arah jalan yang bukan menuju rumahnya.

"Kamu duduk aja, pake sabuknya." Kay tak menjawab dan fokus menyetir. Ada rasa berdebar dihati Kiran yang tak karuan. Dia tak pernah melihat Kay mengendarai mobil secepat ini.

***

Sore itu setelah sampai disebuah Pelabuhan, Kay menggendong Keyla dan naik kesebuah kapal pesiar. Entah kemana dia akan membawa keluarganya tapi yang jelas Kiran tak punya pilihan lagi selain menuruti keinginan Kay. Dia takut sekarang, dia takut Kay bertindak yang macam-macam. Kay duduk santai disebuah kursi sambil menciumi anaknya. Dia benar-benar rindu dengan Keyla.

"Muka ayah kenapa?."

"Ayah jatuh sayang, jadi mukanya gini…"

"Ini berrdarrahh.."

"Apa iya?." Kay tak pecaya dan menyentuh hidungnya. Dia mimisan. Kay segera mengambil tisu diatas meja. Dia memasukkan tisu itu kehidungnya dan seketika Keyla tertawa.

"Kenapa ketawa?."

"Ayah lucu…"

"Nanti ganti bajunya ya sayang, ayah udah beliin Keyla baju baru.."

"Baju baru.."

"Iya, baju princess.." Kay dengan senang melihat kecentilan anaknya lagi. Kiran yang juga ada disana hanya bisa memandang kearah lautan luas dengan angin yang menerpa rambutnya. Dia tak tahu apa yang sedang diperbuat Kay. Dia tak bisa menebaknya sedikitpun. Mereka kini sama-sama memandangi matahari yang akan tenggelam. Begitu indah dan bercahaya.

"Liat, itu bagus…" Kay menunjuk kearah matahari itu.

"Sore tuan.." sapa salah satu pelayan diikuti 2 orang lainnya.

"Eh iya sore.."

"Kamarnya udah saya beresin."

"Oke, makasih. Kenalin ini istri saya, ini anak saya."

"Kiran.." Ucapnya lemas.

"Keyla.."

"Ih…pinter, udah bisa ngenalin diri." Kay gemas mendengar suara imut anaknya.

"Selama disini mereka yang bakalan ngurusin kebutuhan kamu sama Keyla." Ucap Kay pada Kiran namun tak Kiran jawab.

"Ya udah nanti saya panggil lagi ya pak…"

"Iya den.."

"Sebenernya Mas punya rencana apa sih?."

"Aku? Rencana? Aku ga punya apapun."

"Mas bentak ayah tadi."

"Kenapa? Kamu ga terima? Berapa bentakan yang ayah kasih buat aku? Apa kamu bisa belain aku?."

"Keyla pingin liat itu…" Keyla menyela pembicaraan orang tuanya. Kay menatap salah satu orang bawaannya dan langsung menjaga Keyla untuk melihat ke sisi lain.

"Sepanjang kita nikah, apa pernah aku bentak ayah kamu?, baru tadikan?. Aku cuman pingin ketemu anak aku aja dilarangnya kaya aku aku penjahat, kaya aku pembunuh, kaya aku ini maling. Kamu tahu selama seminggu ini gimana perasaan aku? Hah?!! Kamu mikirin itu?."

"Mas..aku tuh kemarin…"

"Aku ini ayahnya Keyla, apa pernah kamu liat aku mukul Keyla? Apa pernah kamu liat aku bentak Keyla? Sampe segitunya ayah kamu benci sama aku?."

"Dia kaya gitu karena tahu yang Mas lakuin kemarin.."

"Tapi dia ga pernah denger yang sebenernya!!." Kay sudah tak tahan lagi. Dia meluapkan emosinya. Kay mengalihkan pandangannya ke arah lain. Rasanya tak tega jika harus membentak Kiran seperti tadi. Kay diam dulu menarik nafas.

"Ran..semarahnya aku sama kamu, ga pernah aku bawa-bawa orang tua aku meskipun mereka maksa pingin ikut campur pun aku ga kasih ijin sampai aku ngerasa ga kuat. Bukan ga boleh tapi aku batasin sampai mana mereka boleh kasih saran bahkan disaat kaya gini pun mommy yang udah kesel sama ayah ga sampe hati marahin kamu atau dia suruh aku pisah sama kamu. Apa pernah daddy sama mommy ngehina kamu didepan aku? Dibelakang aku?. Aku dibilang anak nakal, bajingan, brengsek sama ayah kamupun, yang aku lakuin cuman nelen mentah-mentah hinaan dia. Daddy sama mommy ga tahu. Coba kalo hari ini ayah ga larang aku ketemu Keyla mungkin aku ga akan kaya tadi."

"Buna…." Keyla berlari kearah Kiran membuat obrolan mereka terhenti.

"Aku anterin kalian ke kamar. Ayo Keyla ayah gendong." Kay membawa anak dan istrinya kesebuah kamar yang mewah dan nyaman.

"Kalian tidur disini, kalo ada apa-apa aku diseberang." Kay menurunkan Keyla dan langsung masuk ke kamarnya.

**To be continue

Nächstes Kapitel