webnovel

Zidan Javier Seazon

"Seneng teriak-teriak ya sekarang, Ama gemes.." Jesica mencubit pipi Zidan pelan sementara anaknya duduk anteng sambil makan disuapi Tiara.

"Makan yang banyak biar gembul kaya Mas Kris." Kenan ikut berkomentar melihat lahapnya sang cucu makan.

"Lututnya kenapa lagi Ra?"

"Kemarin jalan-jalan jatuh mom.."

"Kok bisa?"

"Dia pingin cepet lari."

"Ga sabaran sama kaya bapaknya." Jesica melirik ke arah Jay yang sibuk memainkan handphonenya.

"Bang...kepalanya pingin sakit lagi ya?nunduknya biasa aja."

"Ini aku lagi liat laporan mom.."

"Kerjanya nanti. Sekarang udah dirumah."

"Tanggung mom.." Jay keras kepala.

"Kasian Zidan dicuekin papa.." Jesica terus menganggu cucunya makan dengan terus menciuminya.

"Daddy Kris pingin ini."

"Pingin apa Mas?" Kenan langsung melihat kearah layar tab yang dibawa Kris.

"Emang ada ukuran kakinya Mas?itu buat orang gede semua." Kenan semakin membaca dengan seksama.

"Pingin apa Mas?" Tanya Jesica.

"Sepatu Sayang.."

"Kenapa Kris gedenya lama?Abang udah gede."

"Semuanya juga tumbuh sayang. Ada waktunya."

"Kenapa cuman aku anak mommy yang kecil?Abang Jay gede, Abang Kay gede, Kakak gede." Protes Kris dengan rengekan.

"Karena Mas Kris spesial keinginannya Daddy." Kenan menarik anaknya agar duduk.

"Nanti Zidan nyusul Kris, dia sekarang udah bisa lari."

"Ish...ya enggalah, Zidan tumbuh, Mas juga tumbuh. Udah jangan kesel-kesel nanti Daddy cariin."

"Lagian pingin sepatu kaya gimana sih Mas?" Jesica penasaran.

"Kris pingin kaya gini mom.."

"Ah...pabrik mommy juga bisa bikinnya. Minta sama kak Dariel."

"Tapi beda mommy..."

"Sekali-sekali kenapa sih Mas pake produk mommy? promoin gitu. Karya anak bangsa loh..."

"Iya nih, sepatu pabrik mommy juga bagus Mas.." Kenan mendukung.

"Aku pokoknya pingin ini."

"Iya-iya nanti cari, kalo manyun gini makin mirip loh sama mommy." Kenan meredakan rengekan anaknya.

"Udah beli aja, dipakenya nanti udah gede." Jay mulai ikut berkomentar. Dia sudah selesai dengan handphonenya. Kini dia mendekati Tiara.

"Sayang...aku pingin makan." Jay tanpa malu mendekap Tiara.

"Tuh..tadi bibi masak bang, makan aja di dapurnya mommy."

"Ga mau mom.."

"Mau makan apa bang?." Tanya Tiara.

"Bikinin nasi goreng kaya waktu itu ya.."

"Udah suapin Zidan ya, tanggung."

"Aku laper banget nih."

"Ya udah sini biar mommy yang suapin, kamu masak aja Ra.."

"Ga papa mom?"

"Ga papa.."

"Ya udah bentar mom.." Tiara memberikan mangkoknya pada Jesica sementara dirinya mulai pergi ke dapurnya sendiri.

"Bang..kasian loh Tiara, baru pulang kerja, ngurusin anak, terus Abang minta masak segala."

"Terus aku harus gimana mom?biasanya juga gitu. Perut aku nanti bunyi terus."

"Mommy udah bilang kasih Tiara pembantu satu jangan pengasuh Zidan aja."

"Udah aku tawarin mom tapi belum ada yang cocok."

"Coba nanti mommy bantuin cari."

"Zidan, Zidan...ganteng..." Jay memainkan tangan anaknya.

"Mom kenapa anak kecil tidurnya kadang ga nyenyak?aku sama Tiara jadi tanggung." Jay bertanya. Jesica menatapnya sementara Kenan berdeham kecil. Tangannya sudah siap-siap untuk menutup telinga Kris yang sedang bermain games. Kenan takut ada omongan liar yang keluar dari mulut Jay.

"Mas, itu jawab.."

"Nanyanya kan sama kamu."

"Namanya juga anak kecil. Mungkin Zidan mimpi bang.."

"Padahal lagi asyik-asyiknya.." Jay membuat Kenan tertawa kecil.

"Asal jangan ngambek aja. Kasian loh Tiara. Dia pasti cape.." Jesica mengingatkan pada kejadiannya dulu dengan Kenan yang mengamuk akibat tak diberi jatah.

"Abang yang sabar, namanya juga punya anak kecil nanti ada saatnya kok bang." Jesica memberikan pengertian. Jay hanya mengangguk-angguk.

"Mom kenapa Zidan belum bisa ngomong?"

"Sabar dong bang semuanya juga ada proses. Abang sama aja nih kaya Mas Kris..."

"Aku takut mom, ak..."

"Udah bang jangan dipikirin. Zidan tuh sehat. Kata Tiara dia aktif pingin lari.."

"Tapi kenapa belum ngomong-ngomong?aku kan jadi kepikiran terus."

"Ya abangnya jangan mikirin yang aneh-aneh terus. Nanti juga Zidan bisa. Cobain sering ajak ngobrol jadi dia ada respon." Ucapan Kenan bersamaan dengan teriakan kecil Zidan.

"Tuh dia jawab, iya papa sabar..." Jesica seakan menjadi translator bayi. Jay diam memperhatikan anaknya.

"Aku samperin Tiara dulu." Jay kini beranjak dari kursinya. Dia menuju dapurnya. Disana terlihat Tiara sudah mulai mengisi piring dengan nasi goreng yang Jay minta. Aromanya tercium enak. Jay kini mendekati Tiara yang mulai meletakkan wajannya di tempat pencucian.

"Tiara..." Jay memeluknya dari belakang.

"Kenapa bang?"

"Kamu cape ya?maaf aku udah nyuruh kamu masak."

"Engga. Ga papa kok."

"Mommy pingin kita cari pembantunya cepet."

"Iya aku juga lagi nyari."

"Katanya nanti mommy bantuin."

"Iya bang.." Tiara singkat namun Jay masih senang berlama-lama memeluk Tiara.

"Itu Nasinya udah jadi keburu dingin."

"Ga papa biarin aja dulu.." Jay malah keasyikan memeluk Tiara.

"Ya udah mau makan dimana?aku bawa Zidan dulu."

"Zidan masih makan sama mommy."

"Ya udah bang...lepasin dulu.." Tiara segera membuka lebar tangan Jay.

"Udah diem dulu bentar."

"Mau apalagi?"

"Loh kok.." Jay secara otomatis melepaskan pelukannya dengan wajah terheran-heran.

"Loh kok apa?" Tiara membalikkan badannya dan menatap Jay.

"Tiara...nada bicara kamu kok jadi beda?kamu lagi kesel ya?apa gara-gara aku?."

"Engga kok bukan." Tiara mengalihkan pandangannya dan menyimpan salah satu tangannya di dahi.

"Kamu pusing?"

"Engga, ga papa. Hm...Lusa aku ada dinas ke daerah Bandung 3 hari. Zidan mau gimana?"

"Dinas?kenapa mendadak?."

"Iya ada kegiatan sosial gitu di rumah sakit..."

"Ya udah ga papa, aku bisa kok ngurus Zidan."

"Yakin?"

"Iya yakin."

"Kalo bingung mending sama mama atau sama mommy aja deh." Tiara sedikit ragu. Dia kini mulai mengambil sendok dan garpu untuk nasi goreng milik Jay.

"Aku bisa kok tenang aja."

"Nanti aku telepon. Aku liat Zidan dulu." Tiara segera pergi dari hadapan Jay. Pria itu kini sendiri di meja makannya.

"Apa aku ngelakuin kesalahan ya?" Jay bingung sambil berpikir. Adakah sesuatu yang dia lakukan sampai membuat Tiara seperti kesal?. Apa gara-gara nasi gorengnya?apa perkataan ibunya tadi benar?Tiara sedang lelah?. Dia kini menarik kursi dan duduk disana. Dia menatap nasi gorengnya.

"Gara-gara kamu Tiara kesel." Jay memarahi nasi gorengnya sendiri. Perlahan dia mulai menyendokkan nasi itu dan memasukkannya ke dalam mulut. Baru beberapa suap Jay merasa sesuatu bergetar. Itu sepertinya dari handphone. Jay melihat-lihat dan ternyata diatas meja ada handphone Tiara. Di layar terlihat nama Dr. Mike.

- Halo.

Jay mengangkatnya namun belum juga dibalas malah nada terputus yang Jay dengar.

"Kok di putus?" Jay menjauhkan handphonenya dari telinga dengan rasa heran.

***To Be Continue

Nächstes Kapitel