webnovel

Mainan mungil

Kiran menggendap-endap kebawah dapur. Ini sudah hampir jam 12 malam. Dia mengambil sebuah kue kecil yang sudah disiapkan sejak tadi pagi. Tak lupa Kiran mencari lilin kecil yang bisa dia tancapkan di tengah kue. Ditemani kameranya di mencoba mengabadikan detik-detik persiapan itu. Kini dia kembali ke kamar. Melihat Kay yang masih tidur tengkurap dengan dada telanjangnya. Kiran meletakkan kameranya lagi spot yang bisa merekam keduanya. Setelah dirasa pas dia menunggu beberapa saat dan mulai menjalankan lampu kamarnya.

"Happy birthday to you.....happy birthday...to you....." Kiran bernyanyi riang sampai membuat Kay terbangun. Matanya masih lengket. Dia membuka perlahan dan mulai menyadari kamarnya terang benderang. Saat dia membalikkan badan barulah dia tersadar Kiran disana sedang bernyanyi sambil memegangi sebuah kue mini. Kaya tersenyum. Ya ampun...kenapa istrinya harus bangun malam begini sih?. Kay meraih tisu menyeka matanya terlebih dahulu lalu terduduk disana menunggu Kiran selesai bernyanyi.

"Kamu ngapain sih malem-malem gini?."

"Nyelamatin..." Kiran dengan singkat.

"Ayo tiup lilinnya..." Kiran menambahkan. Kay berdoa sebentar lalu memadamkan apinya dengan tiupan.

"Thank you honey.." Kay memeluk Kiran.

"Happy birthday, I Love you.."

"I love u too.." Kay melonggarkan sedikit pelukannya dan mencium Kiran. Istrinya tak mungkin menolak. Dia menyambut pelukan dan ciuman yang diberikan Kay.

"Sayang..sayang..." Kiran memanggil-manggil suaminya yang kini menciumi lehernya sementara Kiran masih mempertahankan kuenya ditangan.

"Kenapa pake bajunya udah lengkap sih sayang?"

"Sayang..." Panggil Kiran cukup keras.

"Kenapa? aku pingin hadiah dong.." Kay turun kearah dada sang istri.

"Sayang aku taro kamera.."

"Kamera?"

"Iya disana.." Kiran menunjukkan sudut kameranya.

"Ya ampun..." Kay menepuk jidatnya sendiri.

"Untung aja kuenya ga jatuh.."

"Kamu pilih nyelamatin kue dibanding wajah aku?"

"Hahaha nanti aku blur wajahnya.." Kiran sambil tertawa melihat ekspresi Kay yang terkejut.

"Ini kuenya kalo jatuh gimana?kamu kan ga suka ada makanan setitik pun jatuh diatas tempat tidur."

"Ya udah aku makan.." Kay menarik piring kuenya lalu berdiri. Dia segera beralih ke sofanya.

"Nih..pake dulu bajunya.." Kiran memberikan kaos tidur pada suaminya. Sebelum memakai itu Kay pergi ke kamar mandi. Mencuci wajahnya dan berkumur-kumur. Setelah selesai dia kembali dan mengenakan baju yang tadi dibawakan Kiran. Matanya sempat teralihkan dengan sebuah bungkusan warna biru besar.

"Aku sengaja beli kuenya yang kecil soalnya pasti besok mommy, Daddy beli kue juga."

"Kok aku ga liat di kulkas?"

"Aku sulap menghilang."

"Ih...masa?" Kay tersenyum-senyum lalu mengambil sendok kecil disana. Dia menyendokkan kuenya dan memberikannya pada Kiran.

"The first slice for my beloved wife.." Kay membuat kue itu masuk kedalam mulut Kiran selanjutnya giliran dia yang mencicipi kue yang terlihat menyegarkan dengan irisan buah-buahan diatasnya.

"Enak sayang.."

"Kamu doa apa sih lama banget tadi?."

"Pingin tahu?"

"Ya..ga papa sih ga mau ngasih tahu juga."

"Lagi merajuk nih.." Kay lalu merangkul bahu Kiran.

"Aku lagi berdoa sayang, Ya Allah makasih masih diberi umur, semoga sehat dan bahagia selalu."

"Masa sih selama itu padahal cuman sedikit."

"Aku juga berdoa yang lain dong, semoga aku kuliah aku semakin lancar jadi bisa lulus, semoga keluarga kita bahagia, semoga istri aku bisa hamil lagi." Kay dengan tulus. Kiran senyum-senyum sendiri mendengarnya.

"Ini direkam juga ya?"

"Iya kan supaya kontennya menarik gitu. Durasinya juga panjang."

"Adegan tadi di cut aja loh.."

"Iyalah, masa aku tayangin."

"Semenjak ngevlog segalanya kamu rekam, awas aja aku lagi mandi kamu rekam."

"Enggalah. Ini tuh bukan sekedar rekam yang.., anggap aja aku lagi ngumpulin moment kita."

"Ya tapi lumayan bikin aku kaget. Besok-besok kasih tahu aku dong kalo mau direkam."

"Aku lagi bikin video reaction sayang...pingin tahu aja kalo kamu dikasih surprise tuh gimana. Orang lain tuh ya kalo dikasih surprise kaget, seneng, berekspresi apa gitu...ini malah nafsu.." Pernyataan Kiran disambut tawa kecil oleh Kay.

"Ya habis suprisenya malem-malem, kirain kan lagi ngajakin.."

"Pikiran kamu tuh kesana terus."

"Kata orang ini adalah turunan dari Daddy. Mungkin dulu waktu muda Daddy begini sama mommy."

"Malah nyalahin orang tua lagi, ga sopan.." Kiran dibuat tertawa dengan jawaban suaminya.

"Aku punya kado.."

"Iya udah keliatan dari tadi.."

"Penasaran ya diliatin terus?"

"Apa sih?gimana ceritanya kamu ngangkat itu?perasaan tadi malem ga ada."

"Itu sih ringan."

"Emang apa isinya?"

"Ya buka aja, aku ga mungkin bawa kesini."

"Ya udah aku bawa kesini."

"Jangan...pokoknya disitu." Kiran melarang. Kini Kay berjalan kearah kado itu. Dia duduk di karpet berbulu halus warna abu itu diikuti Kiran disampingnya.

"Jangan digoyang-goyang loh..." Kiran seakan memberitahu aturan mainnya.

"Iya sayang, apa sih?penasaran." Kay kini perlahan membuka penutupnya. Penutup dengan pita itu kini dia angkat keatas. Alis matanya berkerut. Apa ini?

"Kamu pingin aku berenang bola?"Kay melihat isi kardus itu dipenuhi dengan bola-bola kecil namun bukan hanya itu, di dalam pun Kay melihat mainan bola basket.

"Apa sih ini?" Kay senyum-senyum sendiri namun Kiran belum menjawabnya. Dia mulai mengeluarkan satu per satu mainan itu. Dia letakkan disampingnya. Kini otaknya mulai berfungsi. Kay menyadari sesuatu yang berbeda dari hadiah-hadiah didalam. Sedaritadi dia telah mengeluarkan banyak mainan anak kecil. Pikirannya baru tersadar saat semakin dalam dia mengaduk mainan yang tenggelam dibawah semakin dia menemukan mainan-mainan yang mengarah pada satu jawaban. Baju mungil-mungil kini dia keluarkan, topi mungil, dan terakhir sepatu-sepatu mungil. Kay terus-menerus mencari jawaban pasti sampai tangan didalam berhenti pada sebuah benda panjang keras dan ketika dia mengangkatnya itu adalah alat tes kehamilan. Ada dua garis disana. Tangan Kay bergetar kecil Kali ini dan tentu saja diam ditempat yang sama. Matanya berkaca-kaca. Dia tak bisa berkata-kata.

"Kamu....." Kay dengan suara tertahan.

"Aku hamil.." Kiran dengan tegas mengatakan kadonya. Entah kenapa Kay sedikit terharu mendengarnya. Dia langsung memeluk Kiran meneteskan air matanya disana. Ini adalah adik Keyra dan Keyza. Entahlah antara sedih dan senang bercampur. Jika mengingat tentang bayi tentu saja Kay masih teringat dengan kedua bayi kembarnya tapi kini dia akan menyambut kehadiran bayi lain. Suara terisak justru kini terdengar seisi ruang kamarnya. Kiran tak menyangka hadiahnya membuat Kay menjadi melow. Dia cengeng sendiri. Mungkin ini adalah ledakan emosi kesedihan yang selalu dia tahan di depan Kiran. istrinya itu tentu mengerti. Yang dia bisa lakukan sekarang hanya mendekap Kay sampai tangisannya mereda.

"a..ku...aku seneng...Makasih...Makasih Ran.." Suara parau Kay terdengar jelas.

***To Be Continue

Nächstes Kapitel