webnovel

Kenan pulang

Jesica duduk diruang tv nya menunggu Kenan dan Jay pulang. Sudah ada jemputan khusus yang menyambut kepulangan mereka dan kini entah mengapa waktu terasa lama berputar. Rasanya sudah lama juga Jesica tak pernah ditinggal selama ini oleh Kenan. Biasanya 3 hari paling lama. Kris yang tak mau ditinggal tidur sendirian di kamar memilih menemani ibunya begitupun Dariel dan Ara yang ikut duduk menemani ibunya.

"Kak...kemarin mommy ada video call sama Abang Kay. Abang minta kado sama mommy."

"Eh iya bentar lagi Duo aneh itu ulang tahun. Aku belum siapin apa-apa.."

"Kakak ga usah siapin apa-apa, Kay cuman minta kado satu. Kakak sama Triplets kesana."

"Mom..aku kan mereka masih kecil.."

"Cobain aja dulu ke dokter tanyain ya sayang? udah 6 Bulan inikan?kasian sayang Ran lagi sakit sampe nginggau anak-anaknya. Dia nanyain Triplets. Apa salahnya jalan-jalan kesana."

"Kenapa dia yang ga kesini?"

"Tadinya mau gitu tapi Kay ada ujian sayang. Ngalah ya kasian kak.." Jesica membuat Ara berpikir sejenak.

"Bener kata mommy cobain aja dulu ke dokter sayang, Mungkin Ran bisa lebih seneng kalo ketemu triplets." Dariel mendukung ide Jesica.

"Mommy sewa pesawat ya kesana..."

"Ya udah oke mom.."

"Kris tidur emang suka gini mom?" Tanya Dariel saat melihat gaya Kris yang mengemut jempolnya.

"Iya padahal udah dibilangin jangan, ga baik." Jesica perlahan menarik tangan anaknya itu dari mulut kecilnya.

"Masih pingin ngedot kali mom.."

"Ah..Kris udah gede kak.."

"Assalamualaikum..." Suara ngebass Jay terdengar membuat semua orang melihat kearah sumber suara.

"Walaikumsalam..." Ucap mereka serempak dan tak lama terlihat Kenan dan Jay ditemani dua satpamnya yang membawa barang-barang mereka.

"Simpen aja disitu pak, makasih ya." Ucap Kenan. Jesica langsung berdiri menghampiri anaknya.

"Abang sehat?cape ya.." Jesica memeluk sebentar Jay.

"Sehat mom. Aku ngantuk dikit aja.."

"Ya udah ke kamar istrirahat.."

"Cie...makin bersinar aja nih mukanya pak ustadz.." Ara menggoda namun Jay hanya tersenyum kecil.

"Semua oke sayang?" Tanya Kenan sambil memeluk istrinya. Dia bahkan tanpa malu mengecup bibir Jesica di depan anaknya.

"Oke kecuali masalah itu."

"Tenang. Besok selesai. Udah tapa nih Mas." Canda Kenan membuat Jesica tersenyum. Dia merangkul mesra bahu istrinya.

"Sehat dad?" Dariel mencium tangan mertuanya sementara Ara memeluk sebentar.

"Sehat Riel. Alhamdulillah..." Kenan dengan logat Arab membuat Ara tertawa.

"Duh guru besar nih, suruh duduk dulu mom.." Ara lagi-lagi meledek. Mereka kini berjalan menuju sofa yang tadi diduduki.

"Si kecil.." Kenan mengecup pipi Kris sebentar membuat anaknya sempat bergerak-gerak tapi dia tertidur lagi.

"Dia nanyain terus Mas sama Abang kayanya setiap hari nanya kapan pulang."

"Aku ke kamar ya.." Jay langsung membawa kopernya karena lelah. Dia butuh istirahat. Kenan mencium ketiga cucunya sebentar.

"Makin gembul aja.." Komen Kenan saat melihat Ravin.

"Riel...kita ngobrol diruang kerja aja ya sekarang."

"Daddy ga istirahat dulu?"

"Nanti aja tanggung."

"Mau aku bikinin minum Mas?"

"Boleh, teh anget aja sayang ga usah pake gula."

"Dariel mau juga ga?"

"Ga usah mom.." Ucap Dariel lalu menyusul langkah kaki Kenan. Kenan mencari-cari sesuatu di di sebuah rak besar sementara Dariel sudah duduk di kursi depan meja kerja Kenan.

"Udah pernah liat Inikan?" Dariel menyeret sebuah dokumen tentang keluarga Dariel. Dia lalu menyalakan laptopnya sendiri. Ditunggunya beberapa menit sementara Dariel mengingat-ingat lagi dokumen itu dengan membacanya.

"Waktu dapet kabar itu dari mommy. Daddy cari informasi tambahan ini tentang ayah tiri kamu, ini tentang Jian." Kenan membuka sebuah email dari Reno. Dariel terkejut melihat semua datanya.

"Sekarang Daddy tanya rencana kamu apa?cuman ngasihin uangnya terus pergi?atau gimana?."

"Dariel masih bingung Dad. Mommy sama bapak bilang bayar aja daripada jadi hutang meskipun Dariel ga pernah tahu berapa nominal yang bakalan dimintanya. Bapak udah ngasih uang ke Dariel 100jta, Ara juga bilang pake uang dia aja."

"Cuman itu?"

"Sebenernya dad...aku, aku pingin ibu sama Nayla pergi aja dari mereka. Aku takut mereka hidup kaya aku. Aku ga mau mereka tinggal bareng tapi buat disiksa aja."

"Terus mau kamu bawa?"

"Engga sih dad, aku ga ada niat buat itu. Meskipun aku udah ikhlas dan maafin ibu tapi dari angka 100%, 99%nya aku maafin 1%nya pasti ada rasa marah dan kesel."

"Lalu maksud kamu bikin mereka pisah itu mau apa?tujuannya gimana?"

"Aku bakalan kasih tabungan aku buat mereka. Aku bakalan suruh mereka bikin kehidupan baru tanpa Jian dan ayahnya. Mereka orang-orang baik. Aku masih bakalan ngawasin mereka takut-takut mereka butuh bantuan aku."

"Kamu udah yakin mereka itu baik?Ibu dan Nayla baik sama kamu?"

"Aku ga bisa kaya Daddy nyuruh orang buat nyeledikin mereka siapa, aku cuman ikutin feeling aku bahwa mereka ga punya niat jahat sama aku."

"Kalo kamu yakin Daddy yakin."

"Aku yakin dad. Aku bakalan bantu mereka."

"Terus Jian sama ayahnya mau kamu Apain."

"Terserah Daddy."

"Kok terserah Daddy?."

"Aku udah cape ngadepin mereka dan merekapun ga pernah takut sama aku. Kalau sama Daddy sama bapak mungkin mereka bakalan takut."

"Yakin mau diserahin ke Daddy?Daddy bisa berbuat macem-macem." Kenan seakan memberikan warning atas jawaban Dariel.

"Yakin dad, aku percaya kalo Daddy bisa ngasih pelajaran buat mereka."

"Ya udah besok kita temuin mereka. Ini Rencana Daddy buat besok. Pertama kita ketakutan harus dirumahnya, Daddy ga mau ditempat lain. Kedua, soal ibu dan Nayla coba kamu ceritain sama mommy, sama Ara biar mereka yang urus soal itu. Ketiga, besok yang ajak bicara Jian sama ayahnya cuman Daddy, Pak Stefan sama kamu."

"Aku udah ga mau liat muka bapaknya dad.."

"Paksain Riel, dia yang bakalan malu liat kamu. Ga usah takut. Dia itu mau cari masalah tapi ga pernah liat siapa yang dihadepin, seharusnya selain minta informasi tentang kamu ke koleganya dia juga minta juga informasi tentang siapa keluarga kita. Baru ujung kukunya aja nyentuh keluarga kita, besoknya bisa Daddy patahin tangannya." Kenan seakan tak main-main dengan ucapannya.

"Maafin aku Daddy. Aku banyak ngerepotin keluarga Daddy atau keluarga mommy. Aku ga pernah nyangka mereka bakalan datang lagi dan berbuat kaya gini."

"Ga usah minta maaf buat kejadian yang ga pernah kamu tahu. Ini pilihan Daddy sama mommy milih kamu buat Ara. Daddy ga mungkin ninggalin keluarga Daddy sendirian."

"Aku ngerti sekarang kenapa SC ga pernah bangkrut meskipun diterpa krisis atau apapun. Aku dulu selalu berpikir mungkin keluarganya pinter jadi bisa ngatasin itu tapi kayanya bukan cuman modal itu. Keluarga Daddy selalu nolong orang lain apalagi orang susah. Aku pikir orang kaya pasti angkuh dan sombong tapi keluarga Daddy engga." Puji Dariel membuat Kenan tersenyum saja. Kini Kenan sudah mantap dengan rencananya. Entah apa yang akan terjadi besok tapi yang jelas dia akan membuat Muhammad ikhsan Gumilar dan Jian Gumilar tak berdaya.

***To be continue

Nächstes Kapitel