webnovel

Menjadi Kacau

Dirga menyeringai dengan senyuman kebahagian saat mendengar teriakan Dariel dari luar. Kini dia mulai masuk kedalam mobilnya lagi dan pergi dari rumah Ara. Niatnya untuk menghancurkan rumah tangga Ara dan Dariel sudah dimulai.

"Iya sayang, maaf ya suara papi tadi keras ya.." Dariel berbicara pada anaknya yang perlahan tenang setelah dia gendong sementara Ara hanya duduk di sofa sambil menggendong Karin yang juga sempat menangis.

"Mana susunya?" Dariel dengan nada yang begitu jauh dari kesan ramah.

"Aku panasin dulu bentar."

"Ga usah, Abang aja." Dariel segera berjalan ke arah dapur. Dia mencari stok susu untuk anaknya.

"Ravin haus ya, haus anak papi udah nangis." Dariel berbicara lagi dengan anaknya. Pikirannya campur aduk tapi yang pasti Dariel sudah berkomitmen untuk mengurus anak-anaknya apapun yang terjadi. Meskipun hubunganya dengan Ara tak baik dia tak ingin melampiaskan kekesalannya pada ketiga anaknya. Dia tak mau anak-anaknya itu merasakan apa yang dia derita dulu. Setelah cukup hangat. Dariel memberikan botol susu itu pada Ravin. Dengan cepat anaknya menyedot isinya membuat Dariel tersenyum. Dia duduk di kursi dapur, mengayun anaknya pelan sambil memikirkan apa yang harus dilakukannya sekarang. Ara berselingkuh lagi dengan orang yang sama. Apa yang harus Dariel perbuat? meninggalkannya?tak mungkin. Anak-anak masih membutuhkan Ara. Tetap bersama?tapi Ara dan Dirga akan terus berbuat seperti itu dihadapannya. Dariel mana kuat melihatnya. Entah bagaimana ceritanya Dariel meneteskan air matanya. Merasa dikhianati pasti. Dia tak menyangka setiap wanita yang dia sayangi hanya datang untuk menyakitinya. Dulu dia hidup dengan ibunya tapi ibunya malah membiarkannya begitu saja dengan semua kepedihan sekarang dia hidup dengan istrinya tapi istrinya juga malah menyiksanya dengan perselingkuhan. Dariel sedih untuk itu. Dia menangis untuk setiap yang dia alami. Kenapa sulit sekali rasanya bahagia?. Saat keinginannya untuk punya anak pun harus Dariel perjuangankan habis-habisan. Dariel mengusap air matanya. Hanya malaikat kecil yang ada di depannya yang bisa menguatkannya saat ini. Dariel tersenyum lagi. Dasinya dia longgarkan serta kancing atasnya dia buka.

"Ra...vin, anak pa...pi..." Dariel memanggil sambil mengelus-elus pipi anaknya mencoba membuatnya tertidur tapi Ravin masih saja terbangun dan bergerak lincah. Kini Dariel membawanya ke kamar. Meletakkan di tempat tidur sementara dia berganti pakaian terlebih dahulu. Dia kembali dan mengajak ngobrol anaknya. Dilain tempat Ara juga tak kalah kalut. Otaknya dipenuhi rasa bersalah dan bingung. Dia tak tahu harus dengan cara apa membuktikan pada Dariel jika dia tak berselingkuh. Dia sama sekali tak mempunyai niat mengkhianati Dariel. Tadi itu dia ingin membujuk Dirga agar berhenti mengganggunya. Sekarang suaminya jelas sangat marah. Dariel bahkan tak pernah memberi waktu untuk Ara menjelaskan apa yang terjadi. Hal itu semakin membuat Ara bingung. Ini akan menjadi urusan panjang.

****

Sejak semalam Dariel tak berbicara apapun. Dia bahkan tidur dikamar lain namun ketika suara bayi menangis terdengar Dariel agar segera bangun dan pergi ke kamarnya. Ara tak bisa berkata apapun. Dia bicara pun Dariel seolah tuli dan tak menanggapi apa yang dia utarakan. Suara seseorang mandi terdengar. Ara yang baru bangun segera mencuci wajahnya terlebih dahulu di kamar mandi luar lalu menyiapkan baju untuk suaminya. Saat Dariel keluar dari kamar mandi tak ada sedikitpun senyuman disana. Dariel benar-benar seperti orang yang tak ingin melihat Ara.

"Bang..." Panggil Ara namun pria itu hanya fokus memakai celana dan kemejanya.

"Bang...kita harus ngomong."

"Oke. denger Ra." Dariel kini mulai berbicara dan memandang kearah dimana Ara berdiri.

"Abang ga peduli dengan perbuatan kamu itu. Yang abang peduliin sekarang itu anak-anak. Abang ga akan bilang sama orang tua kamu apa yang terjadi kemarin sore tapi jelas sikap abang ga bisa kaya dulu. Kita nikah tapi kamu boleh berbuat sesuka hati kamu."

"Maksud abang?"

"Kalo kamu...suka sama Dirga silahkan pacaran atau apalah terserah tapi jangan dirumah, jangan depan anak-anak. Abang ga papa. Abang terima. Abang cuman pingin yang terbaik buat anak-anak."

"Bang..apa harus sampai sejauh ini?Abang salah paham."

"Kalo kalian cuman ngobrol di kursi masing-masing Abang mungkin ngerti Ra tapi kalo kejadian kaya kemarin ga mungkin salah paham."

"Abang tuh ga mau dengerin aku."

"Abang udah ga bisa dengerin kamu. Kalo cuman buat bohong mending stop Ra."

"Bang...bang.. please...jangan kaya gini." Ara memohon dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan nangis didepan aku Ra, cara itu udah ga mempan. Harusnya dari dulu Abang lepasin kamu aja." Dariel mengambil dasinya laku bercermin.

"Abang bener-bener ga percaya sama aku?" Ara menahan tangisnya memandang Dariel.

"Abang pergi dulu, jaga anak-anak." Dariel langsung pergi begitu saja. Dia mengecup kening semua bayi-bayinya tapi tidak dengan Ara. Biasanya sebelum pergi dia mencium istrinya itu tapi sekarang semua sudah berubah. Ara terduduk diranjangnya dan menangis. Dia tak tahu kedatangan Dirga kemarin sore akan berdampak seperti ini. Ara terisak. Rumah tangganya seakan hancur berkeping-keping sekarang. Dia tak tahu harus bagaimana.

***

"Bang udah sampai mana persiapannya?" Tanya Jesica saat melihat Jay menghitung barang-barang yang akan dia bawa nanti ke acara lamarannya.

"Udah semua kok mom?"

"Kay kapan kesini?"

"Dia baru pulang dari Bali besok mungkin lusa nginep disini mom.."

"Jangan lupa kasih tahu kakak ya sayang takutnya kakak lupa."

"Iya mom.."

"Mommy....." Kris berlari mendekatinya.

"Jangan lari-lari nanti pipis dikasur."

"Mommy kenapa barang-barangnya dikandangin?" Tanya Kris saat melihat semua barang Jay.

"Supaya rapi sayang.."

"Itu buat Klis?"

"Bukan. Buat kakak Tiara sayang."

"Klis mau.."

"Mau...mau...mau aja." Jay gemas mencubit pipi embul Kris.

"Daddy mana Kris?"

"Nonton tv mom.."

"Ya udah ayo liat Daddy. Bang jangan lupa cincinya dicek."

"Iya mommy." Jay senyum-senyum sementara Jesica pergi menemui Kenan.

"Duh... bapak-bapak sinetron..." Sindir Jesica yang kemudian duduk disampingnya.

"Rame sayang.."

"Ini anaknya lari-lari Mas."

"Ya ga papa dirumah ini.."

"Kalo jatuh kepentok baru deh heboh.."

"Ga ada yang tajem kok semua sudut udah ditutup."

"Bentar lagi Adelard group masuk tahun ke 6 Mas. Kita mau ada gala dinner."

"Beda emang kaya tahun kemarin."

"Sekarang ada hadiah buat naik kapal pesiar buat member terpilih sama award karyawan terbaik."

"Siapa yang nentuin?"

"Tim akulah."

"Kok Mas ga diajakin?"

"Udah diajakin kali"

"Semua anak perusahaankan?"

"Iya Mas."

"Diadain dimana?"

"Di balroom hotel kita."

"Oh..pantes kamu meeting-meeting terus."

"Makanya Mas datang dong kalo diajakin meeting.."

"Kan udah diwakilin kamu."

"Kan Mas juga pimpinan loh."

"Iya sayang besok Mas datang ke AG."

"Aku ngomel baru aja datang."

"Mas kan jagain Kris sayang."

"Ada bi Rini besok aku suruh dia ikut."

"Iya mommy..." Kenan menurut sambil memandang Jesica yang sedikit kesal.

***To Be Continue

Nächstes Kapitel