webnovel

Anak kecil

Mata Ara teralihkan ke area tempat bermain anak yang ada di mall. Bola matanya mengikuti gerak-gerik salah satu anak yang begitu terlihat menggemaskan. Sesekali Ara tersenyum melihat tingkahnya yang lucu. Sepertinya sang ibu jengkel tapi anak itu masih saja berbuat semaunya sementara Dariel masih sibuk memilih barang yang ingin dia beli untuk menambah furniture yang ada dirumahnya. Sudah 2 tahun ini Ara dan Dariel sudah bersabar untuk menunggu kehadiran buah cinta mereka. Dariel selalu mengatakan pada Ara agar tak terlalu memikirkannya tapi bagaimana tidak terpikir. Melihat Kris saja pikiran Ara sudah langsung terbayang tentang anak bahkan setiap malam sebelum dia tertidur lamunannya hanya ingin memiliki satu bayi mungil. Rumahnya yang sudah selesai dibangun semakin menambah suasana sepi. Ara selalu ingat ketika dulu dia sendiri yang bersikeras untuk memiliki rumah baru dengan alasan akan bertambahnya anggota baru tapi nyatanya sampai hari ini anggota baru yang sangat diharapkannya itu tak kunjung datang. Langkah Ara kini semakin menjauh dari suaminya. Ia ingin melihat lebih dekat makhluk-makhluk menggemaskan itu. Ara terus berjalan sampai sebuah bola menggelinding kearahnya. Kini bola berwarna kuning itu berada tepat di kakinya dan tampak seorang anak lelaki berlari mengejarnya. Ara kemudian berjongkok mengambil bola itu.

"Ini punya kamu?" Tanya Ara membuat anak itu mengangguk.

"Nih ambil.."

"Makacih kakak..." Anak itu dengan malu-malu mengambil bolanya. Setelah mendapatkan apa yang dia kejar sang anak kembali berlari kearah orang tuanya yang tersenyum kepada Ara seolah mengatakan terima kasih. Dari kejauhan Dariel melihat melihat kejadian itu lalu segera mendekatinya.

"Abang cariin kamu sayang.."

"Maaf tadi aku liat-liat kesini bang.."

"Ya udah ayo masuk lagi, Abang udah liat mejanya tapi kamu suka ga.." Dariel merangkul Ara untuk masuk. Disana Dariel menunjukkan barang-barang yang akan dia beli sementara Ara hanya memberi komentar 'bagus'. Dariel tahu ada yang mengganggu pikiran Ara sekarang. Dia mengusap pelan lengan Ara seperti memberi kekuatan.

"Mau belanja apa lagi sayang?"

"Kita belanja baju aja yuk buat Kris, kayanya lucu-lucu.."

"Kemarin bukannya udah dibeliin?pasti modelannya masih sama aja yang.."

"Ya cari model yang lain, harusnya aku ajak Kris tadi kesini atau kita jemput aja dia ya terus ajak main.." Ucap Ara antusias. Dariel tahu itu hanya alsan Ara agar dia bisa masuk ke toko anak-anak. Dia selalu ingin melihat baju-baju mungil disana atau mainan-mainan yang justru lebih diperlukan bayi dibandingkan anak seumuran Kris.

"Nanti aja ya sayang, abang pingin jalan berdua sama kamu."

"Oke." Ara menurut dengan wajah sendunya. Dariel semakin mendekat dan mencium puncak kepala istrinya.

"Kita pasti punya, sabar..." Bisik Dariel membuat Ara segera memeluk suaminya. Dia sedih sekarang dan menghapus sedikit air mata yang sedaritadi ingin segera turun dari sumbernya.

"Udah-udah..." Dariel semakin mengusap-usap pelan punggungnya kemudian Ara berdiri lagi dengan benar mencoba mencari tisunya di dalam tas. Sesekali terdengar suara isaknya.

"Mau pulang?"

"Engga. Aku temenin Abang jalan-jalan."

"Kalo temenin abang jangan sedih dong."

"Iya maaf.."

"Udah ya, malu diliatin sayang, nanti orang-orang nyangkannya Abang yang bikin nangis." Dariel menghapus sedikit sisa-sisa air mata di pipi Ara. Istrinya hanya mengangguk. Mereka kemudian berjalan lagi mencari sesuatu yang mungkin saja ingin dibeli Ara atau Dariel.

"Bang, beli sofa baru yuk.."

"Buat dimana sayang?"

"Di kamar.."

"Oh...boleh sayang tapi kursi..tantra.." Bisik Dariel pelan yang langsung disambut cubitan oleh Ara.

"Bang ih.."

"Beli yuk supaya ga bosen."

"Abang bosen sama aku?"

"Engga sayang, maksudnya supaya ada variasi gitu."

"Masa beli disini sih?"

"Ya udah cari nanti tempatnya dimana. Mau ya?"

"Emang kenapa sih harus beli kursi begitu bang?"

"Banyak manfaatnya sayang, ada macam-macam gaya bisa dilakuin tanpa harus bikin kamu cape."

"Itu sih kesenengan Abang."

"Kapan lagi nyenengin suami cuman di kamar kan."

"Ya udah iya."

"Nah gitu dong."

"Mau beli apalagi?"

"Makan aja yuk, kasian kamu udah nemenin Abang keliling-keliling. Kayanya cape. Mau makan apa sayang?"

"Aku pingin sushi bang."

"Ya udah kita cari Abang bayar dulu." Dariel kemudian berjalan menuju meja kasir setelah itu berjalan lagi bersama Ara mencari restoran sushi.

"Bang...mommy suruh aku liat Kay di Australi, kapan kita kesana?"

"Bulan depan aja gimana?abang jadwalin waktunya ya.."

"Ya udah bulan depan."

"Kamu kapan mau ketemu Nayla?dikantor aja ga pernah nyapa."

"Ngapain juga dikenalin."

"Ya supaya tahu sayang."

"Jujur ya bang, aku tuh paling sebel ketemu sama keluarga Abang yang udah buang Abang gitu aja, masih untung mommy ijinin dia kerja disana."

"Nayla kan baik sama Abang sayang."

"Palingan ada sesuatu sekarang kan abang udah punya segalanya."

"Kok gitu sih mikirnya?Abang ke adik kamu ga pernah loh mikir kaya gitu."

"Iyalah adik-adik aku ga ada ceritanya buang kakaknya. Mereka yang ada sayang, belain terus."

"Ya udah gimana kamu aja." Dariel dengan mata yang kecewa dan kembali melihat menu makannya.

***

Kris melompat-lompat dikasurnya membuat Kenan yang berbaring disana ikut bergerak karena gerakan anaknya sementara Jesica sibuk membereskan semua mainan Kris yang tergeletak dibawah lantai.

"Kris nanti ngompol loh kamu."

"Klis telbang dad.."

"Ini anak cita-cita jadi pilot kali, senengnya terbang, naik pesawat."

"Dari kecil udah sering diajakin pergi mungkin dia keinget Mas."

"Kris kalo udah gede mau jadi apa?."

"Bulung dad yang punya sayap jadi Klis bisa telbang."

"Ampun ya cita-cita jadi burung, itu hewan sayang."

"Ga papa, Klis pingin telbang dad."

"Mas... kayanya aku mau pensiun."

"Bagus tuh.."

"Sekarang perusahaan udah bagus, punya sistem, usaha aku udah ngga nyasar-nyasar lagi. Aku butuh apapun tinggal kepusat ga usah susah payah lagi, Adelard group udah semakin berkembang."

"Ya udah percayain aja sama Dariel."

"Tapi perasaan aku masih pingin ikutan aja.."

"Ya udah ikut tapi ga usah terlalu aktif kaya Mas aja sesekali liat sesekali lepasin."

"Iya Mas.."

"Lagian kamu cape loh sayang, ini Kris masih kecil gini, pagi sampe sore kerja masa malem juga ga bisa istirahat?"

"Iya Mas, nanti aku banyakin istirahat.."

"Ya udah sini tidur jangan sibuk beres-beres terus."

"Ini Kris kebiasaan deh, besok-besok kamu belajar beresin mainan sendiri Kris. Kalo ga beres ga boleh main." Tegur Jesica tapi anaknya masih melompat-lompat.

"Kris denger mommy ga?" Jesica segera menghentikan anaknya yang kemudian diam.

"Kris denger mommy ga tadi?kalo udah main beresin ketempatnya. Kris mau gede harus belajar."

"Iya mom..my"

"Belajar juga tidur sendiri."

"Daddy tidul sendili."

"Nih anak ke Daddynya ngelawan, ke mommynya diem. Minta diapain ya..." Kenan segera meraih Kris menidurkannya di kasur dan menggelitik dengan jemarinya.

***To Be Continue

Nächstes Kapitel