webnovel

Pemimpin Baru (3)

Redakteur: Wave Literature

Liu Licheng adalah seorang yang individual. Hanya dari Mu Yuhao yang suka asal bicara, dia bisa mengembangkan suatu teori yang luar biasa. Ketika di pusat perbelanjaan menemui orang yang ribet, Liu Licheng bisa mempersulit suatu masalah yang mudah.

"Selanjutnya jangan salah baris seperti ini lagi. Katanya, Direktur Utama lama sangat melihat kemampuan Direktur Mu. Tapi karena Tuan Mu adalah yang tertua di keluarga itu, Direktur Mu juga masih muda. Jadi posisi komisaris utama diberikan pada Tuan Mu. Kita lihat ke depannya, tidak ada yang tahu siapa yang menjadi pemenang paling akhir dari keluarga ini."

"Betul, betul…"

Mendengar Mu Yuhao yang meninggalkan perkataan frustasi tersebut menimbulkan beberapa persepsi dari para petinggi ini. Siapa yang merebut posisi komisaris? Mu Yuhao biasanya dengan malas menggunakan lift khusus direktur karena jejak sidik jari keluarga mereka akan terekam di sana. Siapa pun boleh menggunakan lift itu. Tapi tidak ada yang tahu seberapa harmonisnya keluarga Mu.

Setelah keluar dari lift, Mu Yuhao langsung menuju ke kantor komisaris. Dia mengetuk pintunya dan terdengar suara berat dari dalam ruang kantor, "Masuk."

Mu Yuhao segera mendorong pintu kantor tersebut dan masuk. Pintu itu belum tertutup sempurna, namun dia sudah berteriak dan bertanya, "Paman mengapa tidak menunggu sih? Kan aku ingin memperkenalkan paman ke semuanya."

Mu Jinchen sedang berdiri di depan jendela kaca dari ruangannya yang berada di lantai atas. Dengan pemandangan awan yang dapat terlihat dari kantornya, entah apa yang sedang dilihatnya. Lalu, terdapat pula seorang sekretaris *** yang entah sedang mengerjakan sebuah laporan. Mendengar Mu Yuhao yang berbicara seperti itu, sekretaris tersebut langsung berbalik badan, keningnya terasa berkedut. Di dalam ruangan yang dingin dan bersih ini, seorang yang berwajah tampan memberikan tatapan acuh kepada orang lainnya.

"Ke depannya kamu tidak perlu melakukan penyambutan seperti tadi. Aku hanya melihat kemampuan kerja. Kalau kamu ada waktu, aku akan memberikan proyek pengembangan resor Sasa di Kota S sebagai tanggung jawabmu."

"Tidak, tidak. Aku sangat sibuk. Di tanganku ini masih ada beberapa proyek yang harus aku urus. Aku pergi dulu untuk menyiapkan bahan untuk rapat. Sampai jumpa," kata Mu Yuhao. Mendengar Mu Jinchen mengatakan seperti itu, dia segera pergi meloloskan dirinya. Jika projek sebesar itu akan diberikan padanya, lalu dia tidak akan memiliki waktu berkencan. Dia masih harus meluangkan waktunya untuk mengajak Jing Wushuang berkencan lagi.

Setelah Mu Yuhao meninggalkan ruangannya, Mu Jinchen mengambil sebatang rokok yang ada di sampingnya dan menyalakannya. Dia mengisap rokoknya dan berkata dengan pelan, "Baiklah, kita pergi ke ruang rapat sekarang."

Qidong mengiyakannya, kemudian dia bersama sekretaris itu membereskan dokumen yang sudah disiapkan dan pergi menuju ruang rapat. Sementara Mu Jinchen mengisap rokoknya sekali lagi, lalu dia mematikannya dengan asal dan pergi menuju ruang rapat. Itulah kebiasaan jelas dari seorang Mu Jinchen. Ketika dia ingin membersihkan pikirannya, dia selalu suka merokok. Tidak peduli berapa lama rapat yang dia ikuti, dia tidak akan beristirahat dan tidak akan merokok kembali.

Di ruang rapat terbesar di Gedung Chen Yu, semua orang telah duduk di kursinya masing-masing. Pada rapat biasanya, mereka akan saling bertegur sapa, namun entah mengapa hari ini sungguh hening dan terasa hawa yang mencekam.

Pukul 8.59, pintu ruang rapat kembali terbuka. Masuklah seorang pria dingin dan tegas ke dalam ruang rapat tersebut. Langkah kakinya yang mantap dengan ketampanan yang sungguh di atas rata-rata dan auranya pun terpancar bak seorang raja.

Semua orang yang berada di ruangan rapat itu mengambil napas bersamaan karena ini adalah kali pertama mereka bertemu dengan sosok Mu Jinchen. Hanya ada beberapa kata yang bisa mengevaluasi sosok luar dari pria itu, datang dan pergi yang misterius. Seorang pria yang sejak awal tidak pernah memperlihatkan fotonya atau menyebutkan keberadaannya. Tidak disangka penampilannya… Sungguh menakjubkan. Benar, saking tampannya, hingga mereka tidak menemukan kata yang tepat untuk mendeskripsikannya. Mereka hanya hanya bisa terpanah mengagumi sosok itu. 

Menerima pandangan dari beberapa petinggi wanita yang sedang menatapnya, Mu Jinchen mengerutkan dahinya. Pandangannya dengan dinginnya yang terasa seperti cuaca dingin di musim semi menyapu semua orang. Pandangan dingin tersebut seketika mengejutkan para petinggi wanita hingga membuat mereka tidak berani untuk bernapas.

Nächstes Kapitel