webnovel

04 - New School

<Ren POV>

Hahh.....

Karena aku tidak mendapatkan tempat duduk dibis, aku harus berdiri seperti sekarang ini. Aku benar benar menyesal telah menaiki bis, jika aku tahu akan seperti ini maka lebih baik naik mobil saja. Aku ingin membaca buku cerita yang belum aku tamatkan, alasan aku ingin tempat duduk adalah agar aku bisa baca dengan tenang.

Biasanya aku membaca buku dengan posisi duduk ditempat yang nyaman dikarenakan saat aku membaca aku mematikan fungsi alat yang ada dileherku. Aku tidak akan mendengar apapun yang berarti aku tidak bisa diganggu oleh keributan disekitarku. Karena aku kehilangan fungsi kakiku maka aku membutuhkan posisi duduk untuk melakukan itu.

Aku tidak bisa membaca dengan tenang sekarang karena aku berada dalam posisi berdiri. Tidak perlu dipikirkan lagi, sekarang aku jadi ingin sampai disekolah dengan cepat agar bisa melanjutkan buku cerita yang belum aku selesaikan.

"Maaf, bisa kau berikan tempat dudukmu?" Terdengar suara wanita yang membuatku melirik kearahnya. Wanita itu berambut kecoklatan serta memakai pakaian sekolahku.

Dia sedang meminta seorang pria yang duduk dikursi prioritas untuk menyerahkannya kepada wanita tua yang tadi menunggu bis bersamaku. Pria berambut pirang yang juga menggunakan pakaian sekolahku terlihat tidak mempedulikan permintaan wanita itu.

"Wah, Wah, pretty girl. Meski ini kursi prioritas, tapi tidak ada hukum yang mewajibkanku untuk memberikannya. Kau ingin aku menyerahkan kursiku hanya karena aku masih muda? Benar benar tidak masuk akal. Memang aku masih muda, tapi berdiri tetaplah membutuhkan stamina yang lebih banyak daripada duduk. Kenapa aku harus melakukan sesuatu yang merugikan dan tidak bermanfaat bagiku?" Ucap pria itu dengan mata tertutup seakan tidak peduli dengan orang orang yang memperhatikannya.

Dia benar, tidak ada hukum yang mewajibkan dia memberikan kursinya, itu adalah hak diri sendiri dimana kau ingin memberikan tempat duduk itu atau tidak. Dan dia juga benar bahwa berdiri lebih menghabiskan stamina daripada duduk, mungkin itu sudah diketahui semua orang. Aku juga bisa meminta orang yang duduk untuk memberikan kursinya padaku jika aku bilang bahwa aku mengalami cedera.

Mungkin Itu tidak ada gunanya juga, karena seperti yang pria itu katakan bahwa mereka tidak memiliki kewajiban untuk memberikan aku kursinya meskipun aku mengalami cedera.

"Tapi, kau akan terhitung telah berkontribusi pada masyarakat. Apalagi untuk berdiri saja nenek ini sudah kesulitan" Wanita itu memberikan komentarnya kepada pria yang menolak memberikan kursinya.

Jika mengandalkan kelemahan fisik dapat membuat semua orang berubah pikiran maka aku bisa berbuat apapun. Fisikku bisa dikatakan lemah karena aku tidak bisa memaksakan tubuhku. Jika aku terus berdiri seperti ini tanpa mengistirahatkan kakiku maka aku bisa saja mengalami pusing atau bahkan pingsan.

Otak merupakan organ awal saat manusia dibentuk yang berarti otak tersambung kebanyak organ lainnya. Aku kehilangan fungsi kaki juga saat aku mengalami kerusakan otak. Jadi beban yang ada dikakiku juga adalah beban diotakku maka dari itu aku bisa saja merasa pusing.

"Aku tidak tertarik berkontribusi pada masyarakat. Lagi pula, bagaimana dengan orang yang sedang duduk - duduk itu? Perbedaan antara kursi prioritas dan kursi biasa bukanlah sesuatu yang penting bagiku." Pria itu lagi lagi menyatakan pendapatnya. Dia menolak untuk memberikan kursinya.

"Tidak apa apa, nenek baik baik saja..... Terima kasih" Ucap wanita tua /nenek itu dengan senyuman kepada wanita yang ingin membantunya itu.

"Permisi semuanya, apa ada yang bersedia memberikan kursinya?" Ucap wanita itu yang tidak menyerah untuk membantu mencarikan kursi untuk nenek itu duduk.

Haaaaa....

Manusia adalah makhluk yang egois, makhluk yang selalu mementingkan dirinya sendiri. Bahkan ada yang sampai mengorbankan orang lain demi kepentingannya sendiri. Makhluk yang benar benar penuh dengan dosa.

"Eh..... Silahkan" Akhirnya ada seseorang yang bersedia memberikan kursinya.

Ya setidaknya ada juga manusia yang bisa menahan keegoisannya meskipun didalam hatinya masih tersimpan perasaan berat hati.

"Terima kasih banyak" Ucap wanita yang membantu nenek itu bersyukur ada yang memberikan kursinya.

Aku bisa melihatnya, aku bisa melihat sisi lain dari wanita itu. Aku telah bertemu dengan banyak orang yang memiliki kepribadian yang berbeda beda. Seorang yang berbuat baik demi menutupi kejahatannya atau seorang yang jahat demi menutupi kebaikannya.

Aku bisa melihat semua itu.

Dengan banyaknya aku bertemu dengan orang yang berbeda beda saat SMP membuatku mengetahui sifat asli seseorang. Aku bisa membedakan ucapan yang jujur dan ucapan yang bohong. Orang orang tidak bisa berpura pura dihadapanku, ya jika itu orang yang memiliki ketenangan seperti milikku maka aku akan kesulitan untuk melihat diri aslinya.

.......

Bis akhirnya berhenti didepan gerbang sekolah, satu persatu murid yang berada didalam bis keluar. Aku keluar agak akhir karena aku tidak suka terburu buru jika turun dari bis. Saat aku turun dari bis lebih tepatnya saat kakiku menyentuh bumi, aku langsung menggunakan alat bantu berjalanku.

Aku berjalan dengan santai, tangan kiriku berada disaku celanaku sementara tangan kananku menyesuaikan dengan gerakkanku untuk berjalan karena alat bantu berjalanku ada ditangan kanan. Saat aku ingin masuk kedalam aku mendengar suara yang aku kira suara itu memanggilku.

"Hei. Di bus tadi kamu melihatku terus. Kenapa?" Ucap wanita berambut hitam itu kepada seorang pria berambut coklat yang ada dibawah tangga gerbang sekolah.

Ternyata yang dipanggil bukanlah aku melainkan seorang pria yang belum menaiki tangga untuk masuk kedalam sekolah. Karena aku agak penasaran dengan percakapan yang ingin mereka lakukan, aku melambatkan langkahku.

"Ah, Maaf. Karena sama sepertiku, kau terlihat tidak tertarik memberikan kursimu. Kau tidak mau terlibat hal semacam itu juga, ya?" Balas pria itu yang menjelaskan alasan dia melihat wanita itu saat berada dibis.

"Jangan samakan aku denganmu. Aku tidak menyerahkannya karena itu soal prinsip" Balas wanita itu.

Karena aku sudah berada didalam sekolah jadi aku tidak bisa mendengarkan percakapan mereka lagi. Juga setelah aku agak jauh dari gerbang, mereka berdua mulai nampak memasuki sekolah. Mereka mungkin hanya membicarakan masalah mereka yang ada dibis tadi.

"Inikah sekolah baruku?" Ucap ku sambil melihat banyak bangunan didepanku.

Sebelum masuk kelas para murid baru akan menerima sambutan dari ketua Osis sekolah ini. Aku juga sekarang sedang menuju kesana untuk menghadiri upacara penyambutan murid baru. Disepanjang jalan banyak orang yang memperhatikanku, apakah karena alat bantuku? Ya siapa yang peduli.

Mungkin aku akan bertemu dengan Ri-Chan didalam bangunan tempat penyambutan murid baru. Aku tidak sekelas dengannya karena aku sudah tahu kemampuan dan sifatnya, dia juga sudah tahu kemampuanku dan sifatku. Jika aku berada dikelas yang sama dengan Ri-Chan maka sekolah disini tidak akan seru, satu kelas tidak memerlukan 2 Sakayanagi atau kelas itu bisa dibilang tidak terkalahkan.

Tidak terkalahkan adalah suatu hal yang membosankan.

Dengan menjadi tak terkalahkan membuat kita semakin sedikit mengalami rintangan. Sementara aku sangat menyukai rintangan untuk bersenang senang agar diriku tidak bosan. Melawan Ri-Chan adalah salah satu dimana aku tidak akan pernah mengalami kebosanan.

Fumu.....

Aku tidak sabar dengan pertemuanku dengan Ri-Chan setelah tidak bertemu dalam 3 tahun. Apakah dia masih sama seperti dulu atau dia sudah berbeda? Aku akan mengetahuinya nanti, yang penting sekarang aku harus ke bangunan tempat penyambutan murid baru.

Tunggu dulu....

Aku ada dimana?

Aku melihat kearah sekelilingku dan tidak menemukan satu orang pun. Apakah aku tersesat? Karena terlalu memikirkan pertemuanku dengan Ri-Chan membuatku tidak fokus dan berakhir seperti ini.

Sekarang aku harus bagaimana ya?

Semenjak aku mengalami kerusakan pada otakku aku mengalami sebuah penyakit yang bernama amnesia. Anehnya aku hanya akan lupa sesuatu yang menurutku tidak penting untuk diingat. Tapi terkadang juga aku tiba tiba mengingat sesuatu yang terjadi padaku yang menurutku tidak penting.

Sementara sesuatu yang penting untuk diingat aku tidak pernah lupa. Entah aku bisa dibilang beruntung atau tidak karena mengalami kerusakan otak ini, tapi yang pasti aku bersyukur karena masih hidup setelah mengalami kerusakan otak karena tertembak peluru.

Aku ingat bahwa bangunan itu sudah ditunjukan lokasinya si semua Hp Murid. Aku langsung mengambil Hp ku dan melihat lokasi bangunan itu. Aku menemukannya, ternyata tidak jauh dari tempatku berdiri sekarang.

Aku menonaktifkan alat bantu berjalanku yang membuat alat itu berada dilenganku. Aku berlari menuju bangunan itu karena aku yakin acara yang ada disana akan segera dimulai. Meskipun aku tidak boleh terlalu memaksakan diri, tapi ketempat bangunan itu berada tidak akan membuatku membuka kembali lukaku. Itu juga karena latihan yang aku lakukan saat waktu luang di SMP dulu.

Aku berharapnya acara itu belum dimulai, tapi jika sudah dimulai maka aku akan bersikap seperti tidak terjadi apapun dan memberitahukan alasannya.

Akhirnya aku sudah ada didepan pintu bangunan yang aku cari cari dari tadi. Aku berjalan secara santai mendekati pintu masuk itu. Aku tidak berkeringat dan juga tidak kelelahan karena aku sudah berlatih keras meskipun aku tahu fisikku lemah.

Fisikku lemah bukan berarti aku cepat kelelahan, tapi karena otakku yang tidak bisa mengimbangi fisikku. Ya ini lebih baik daripada Arisu, dia bahkan tidak bisa berlari karena yang rusak adalah kakinya. Sementara aku bisa berlari tapi bebannya langsung keotakku yang membuat aku pusing jika berlebihan.

".... " Aku tidak berbicara apapun lagi dan langsung membuka pintu itu untuk masuk kedalamnya dan mengikuti acara.

Maaf jika ada Typo atau ada kesalahan....

Maaf juga jika kalian ada yang tidak mengerti

Terima kasih.....

Sampai nanti.....

Rheinncreators' thoughts
Nächstes Kapitel