Setelah beberapa kali pertempuran dan perlawanan, masih tersisa tujuh hingga delapan orang yang bertahan. Kecuali dua orang bersenjata yang masih mencari peluang, sisanya sudah bergabung dalam pertempuran jarak dekat.
Su Mohan tidak mengelak saat menghadapi kepalan tangan yang terus berdatangan. Ia mengepalkan kedua tangan putihnya dan setiap ia mengayunkan kepalan tinjunya, seperti angin yang berembus, ia bisa mendengar pria-pria ini mendengus. Cara yang bisa dibilang paling primitif ini membuat pertarungan menjadi sangat sengit.
Seiring berjalannya waktu, kepala Su Mohan berkeringat deras seperti hujan. Kemeja putihnya menjadi bercampur dengan keringat dan noda darah jingga melekat kuat di tubuhnya dan menggambarkan sosoknya yang sempurna.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com