webnovel

LUKA HATI ALLAM AFRAZ

"Neng, tadi Nak Hafiz ke mana?" tanya Laila saat menjemput Fazrani dari jauh melihat Fazrani mengantar Hafiz yang sudah ada di dalam mobil.

"Mas Hafiz kembali ke kota Ummi, karena ada rapat penting yang tidak bisa di tinggalkan." jelas Fazrani pada Laila yang datang menjemputnya untuk ke rumah suci.

"Oh..ya sudah Neng, kita berangkat sekarang saja." ucap Laila seraya menggandeng tangan Fazrani calon menantu kesayangan.

"Yang di bawa Ummi itu apa?" tanya Fazrani mengambil alih rantang makanan yang di bawa Laila.

"Makanan kesukaan Allam, entah dia bisa makan atau tidak tapi Ummi juga buat bubur siapa tahu Allam tidak bisa makan." jawab Laila dengan wajah sedih.

"Semoga Allam bisa makan Ummi." ucap Fazrani tanpa bisa mengatakan apa-apa lagi.

Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, Fazrani dan Laila sampai juga di rumah suci.

Suasana halaman sudah tampak sepi tidak ada seorangpun di sana.

"Di lepas sepatunya Neng." ucap Laila mengingatkan lagi pada Fazrani.

Laila yang lebih dulu masuk ke dalam rumah tiba-tiba menangis melihat punggung dan dada Allan terbungkus dengan kain perban.

Allam tertidur sambil duduk bersandar.

"Allam...Allam, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Laila sambil mengusap wajah Allam yang lebam, kedua kaki Allam sudah terpasung.

Perlahan Allam membuka matanya menatap wajah Laila kemudian menatap wajah Fazrani yang sedang menatapnya. Allam tertunduk dan beralih menatap Laila.

"Ummi." panggil Allam dengan suaranya semakin berat.

"Kamu tidak apa-apa kan Nak?" tanya Laila dengan airmata yang menetes di pipinya.

"Aku tidak apa-apa Ummi." jawab Allam sedikit kesulitan bicara bibir atas dan bawahnya bengkak dan terluka.

Hati Fazrani terenyuh melihat hal itu, tapi dari sisi hatinya yang lain masih saja ada rasa kecewa dan marah dengan apa yang telah di lakukan Allam padanya.

Luka di sekujur tubuhnya masih terasa sakitnya Luka sobek di mana-mana serta beberapa memar dan cakaran ada di kedua pahanya dan lengannya. Semua masih tampak jelas di ingatannya.

"Allam, Ummi bawa makanan kesukaan kamu tapi kalau kamu tidak bisa makan dengan baik, kamu bisa makan buburnya." ucap Laila penuh perhatian.

Allam mengangguk pelan.

"Kamu makan sendiri atau Ummi suapi?" tanya Laila dengan tersenyum.

"Biar aku makan sendiri Ummi." ucap Allam dengan menahan rasa nyeri pada dada dan punggungnya.

Dengan pelan dan sedikit kesulitan Allam berusaha membuka mulutnya yang bengkak dan itu sangat sakit sekali untuk di gerakkan.

"Allam apa sakit Nak?" tanya Ummi dengan suara tangisnya yang tidak tega melihat Allam seperti itu.

"Tidak Ummi." jawab Allam tidak ingin lagi membuat Ummi-nya kuatir dan cemas.

"Allam setelah kejadian ini, kamu harus berubah ya Nak, ingat Neng Fazrani sudah memilihmu untuk menjadi Imamnya." ucap Laila dengan senyum kebahagiaan.

Allam mengangkat wajahnya, yang dia tahu Hafiz tidak setuju dengan keputusan Fazrani dan dia tahu pada akhirnya Fazrani tetap akan memilih Hafiz karena Fazrani sangat mencintai Hafiz.

"Bukankah Hafiz tidak setuju Ummi?".tanya Allam menatap Laila kemudian menatap Fazrani dengan tatapan rasa bersalah.

"Hafiz memang tidak setuju, tapi Neng Fazrani tetap kukuh memilihmu Nak." jawab Laila seraya mengusap wajah Allam yang terlihat bengkak.

"Aku tidak percaya Ummi, ini pasti tidaklah benar." Allam menundukkan wajahnya.

"Dan sayangnya itu benar." sahut Fazrani menghampiri Allam.

"Allam, Neng Fazrani.. Ummi tunggu di depan ya?" ucap Laila memberikan kesempatan pada Allam dan Fazrani berbicara.

Setelah Laila meninggalkan rumah suci, Allam dan Fazrani terdiam dengan pikirannya masing-masing.

"Kenapa kamu tetap memilihku? apa kamu marah dan ingin membalasku? kamu tidak perlu mengorbankan masa depanmu untuk balas dendam padaku, saat ini juga kamu bisa membunuhku, atau memasukkanku ke dalam penjara atau apapun yang kamu inginkan, aku pasrahkan nyawaku padamu." ucap Allam panjang lebar dengan memegang rahang mulutnya yang terasa sakit.

"Sudah selesai bicaranya? kamu tahu? kamu tidak punya hak untuk bicara terlalu banyak dan memutuskan hukuman atas dirimu sendiri. Di sini hanya aku yang bisa memutuskan hukuman apa yang pantas untukmu. Kita harus menikah karena kamu harus bertanggung jawab pada anakku nanti bukan Mas Hafiz orang baik yang tidak bersalah.

Jadi kamu tahu kan alasan apa yang membuatku harus memilihmu?" jelas Fazrani tak kalah panjang lebarnya.

"Ya aku tahu, agar anak itu tidak terpisah dengan Ayah kandungnya." jawab Allam mengartikan pengelasan Fazrani.

"Bagus, ternyata kamu pintar juga mengartikan semua yang ku maksud." ucap Fazrani dengan hati yang sesak.

"Aku minta maaf atas apa yang terjadi padamu." ucap Allam dengan suara seraknya.

"Sudah tidak ada gunanya kamu minta maaf Allam, kata maafmu tidak bisa mengembalikan kesucianku, rasa sakitku, rasa maluku, masa depanku, kebahagiaanku, dan rasa cintaku yang tidak bisa lagi aku berikan pada orang yang aku cintai. Aku harap kamu sudah puas melihatku yang sudah hancur ini." ucap Fazrani seraya mengusap airmatanya.

"Neng Fazrani, apa masih lama Neng?" Panggil Laila yang menunggu lama di luar.

"Sudah selesai Ummi." ucap Fazrani mengusap air matanya yang tersisa.

Laila masuk ke dalam dan melihat wajah Allam dan Fazrani yang tegang.

"Apa kalian baik-baik saja?" tanya Laila dengan curiga.

"Baik-baik saja Ummi, hanya sedikit masalah pada Allam yang tidak percaya dengan semua keputusan yang aku ambil Ummi." jawab Fazrani menatap dalam kedua mata Allam.

"Benarkah itu Allam, kamu tidak percaya dengan keputusan Neng Fazrani?" tanya Laila dengan tatapan marah.

"Ya Ummi maafkan aku, sekarang aku sudah percaya dengan keputusan Fazrani, dan Ummi bisakah aku menikah hari ini dengan Fazrani? aku dan Fazrani sudah mengambil keputusan menikah sekarang agar kita sah menjadi suami istri dan Fazrani bisa menjagaku di sini." ucap Allam dengan semua permintaannya yang tidak di sangka-sangka oleh Fazrani.

Laila menatap Allam dan Fazrani secara bergantian.

"Neng, apakah benar yang di katakan Allam?" tanya Laila mencari kejujuran pada keduanya.

"Benar Ummi, aku ingin segera menikah dengan Allam agar tidak terjadi fitnah lagi di mata warga." Jawab Fazrani dengan segala kegelisahannya karena tidak bisa menebak jalan pikiran Allam.

"Alhamdulillah, akhirnya kalian berdua memutuskan menikah hari ini." ucap Laila dengan hati yang bahagia.

"Neng Fazrani tunggu di sini dulu ya? Ummi akan panggil Tetua untuk menikahkan kalian juga Habibah dan Husnan." ucap Laila dengan sebuah senyuman kemudian keluar dari rumah suci untuk memanggil Tetua dan yang lainnya.

"Kenapa kamu ingin kita menikah hari ini?" tanya Fazrani setelah Laila pergi.

"Dengan kita menikah lebih cepat, aku memberikan kemudahan buatmu agar bisa menyakitiku di saat aku tidak berdaya seperti ini, kamu harus percaya padaku nyawaku sekarang adalah milikmu kamu bisa berbuat apapun padaku aku akan menerimanya dengan senang hati." ucap Allam dengan rasa luka di hatinya bukan saja pada luka di dada dan punggungnya.

"Webnovel kontrak"

Nächstes Kapitel