webnovel

Kamu Tau Siapa Aku ?

Marco langsung lompat dari ranjang dan menangkap tubuh Chloe tepat sebelum dia jatuh ke lantai, tiang infus jatuh di atas ranjangnya.

"apa yang terjadi ?" Ny. Suri yang datang mengantar makan siang untuk mantu kesayangannya kaget melihat Chloe pingsan dalam pelukan Marco.

"ah.....ma tolong angkat dulu tiang infusnya, biar aku bisa angkat Chloe ke kasur"

Ny. Suri melakukan apa yang di minta Marco.

Setelah Chloe terbaring di ranjang, Marco ikut berbaring miring di sampingnya, dia juga mencabut jarum infus dari tangannya.

Ny. Suri melihat pecahan kaca di lantai, lalu menatap Chloe yang pucat di ranjang, kemudian beralih menatap Marco yang sedang memeluk istrinya dengan hati-hati.

"jelaskan pada mama, apa yang terjadi ?" Ny. Suri berjalan ke samping ranjang dengan mata melotot.

"aku hanya ingin menggodanya dengan pura-pura amnesia....tapi tiba-tiba dia pingsan" jawab Marco tanpa sekalipun mengalihkan matanya dari istrinya.

Pletakkkk......

"Auu...ma ! sakit" Marco menatap Ny. Suri dengan mata penuh keluhan, kepalanya yang masih di perban di pukul dengan sukses oleh beliau.

"kalau sampai ada apa-apa dengan Chloe aku akan mengulitimu, kamu tidak tau kondisinya yang depresi karna mengkhawatirkanmu, apa kamu tahu bagaimana bahayanya wanita hamil saat depresi, itu akan sangat mempengaruhi nyawa bayi dan ibunya, Chloe juga trauma terhadap rumah sakit karna kedua orang tuanya meninggal di rumah sakit, dan kamu masih berani menggodanya, tidak perduli kamu anak mama, mama akan tetap menghajarmu" pelotot Ny. Suri marah.

Marco membelai pipi istrinya dengan penyesalan, dia tidak menyangka bahwa istrinya yang biasanya cuek sangat mengkhawatirkan dirinya. Di tambah lagi dengan trauma yang dia alami, mungkin itulah alasan sebenarnya ketika dia meminta segera keluar dari rumah sakit waktu dia di rawat terakhir kali.

"jangan bikin ulah lagi, mama panggil dokter dulu" Ny. Suri pergi meninggalkan kamar.

Tak lama kemudian datang dokter wanita berusia sekitar lima puluhan, seorang perawat dan cleaning service, Ny. Suri mengikuti di belakang mereka.

Dokter memeriksa Chloe "Ny. Marco pingsan karna syok, tidak ada yang perlu di khawatirkan, tapi sebaiknya jangan membuat dia syok lagi" jelas Dokter.

Ny. Suri memelototi Marco seakan mengatakan 'tuh dengar baik-baik' lewat matanya. Marco menanggapi nya dengan wajah datar.

"lalu pak Marco bagaimana kabar jarum infus bisa lepas dari tangan anda ?" dokter menatap jarum infus yang tergantung mengenaskan di samping ranjang.

"oh.....itu ? saya tidak memerlukannya lagi" jawab Marco santai.

Dokter menghela nafas, melihat dari jawaban pasiennya yang satu ini rasanya percuma kalau dia memaksanya untuk memasang kembali jarum infus "oke kalau begitu saya akan memeriksa luka anda"

"tunggu, anda bisa memeriksa saya di sofa, jangan ganggu istri saya" Marco mencium kening istrinya lalu turun dari ranjang.

Dokter dan perawat yang melihat adegan itu terpana, sebenarnya yang pasien ini si suami atau istri ? dan siapa sebenarnya yang berkuasa di rumah sakit ? kenapa kok pasien yang mengatur dokter ?

Tapi ya sudahlah yang penting pasien senang dan membayar pake uang, bukan daun. 😂

Dokter melihat ada darah baru di perban kepala Marco, lalu dokter meminta perawat membuka perban dan mengganti dengan yang baru "pak Marco harus lebih hati-hati luka di kepala bapak berdarah lagi" pesan dokter.

Marco menanggapi dengan diam, dia hanya melirik Ny. Suri yang tengah mengawasi cleaning service membersihkan pecahan gelas.

Kemudian dokter meminta Marco membuka baju pasien yang dia kenakan, dan perbannya di bahunya juga telah basah oleh darah, dokter menghela nafas "dan juga saya harap bapak kurangi aktivitas berat, luka di bahu bapak akan terbuka lagi kalau bapak tidak istirahat"

Lagi-lagi Marco hanya menanggapi dengan diam.

Setelah membubuhkan obat dan mengganti perban dokter dan perawat bersiap untuk meninggalkan kamar

"boleh saya pulang sekarang ?"

Pertanyaan Marco menghentikan langkah mereka.

Dokter berbalik dan menatap Marco kedua tangannya dia lipat di depan dada.

"pak Marco saya tahu anda masih muda dan stamina anda luar biasa, tapi tubuh anda tetap terdiri dari darah dan daging, dengan kondisi bapak saat ini seharusnya anda istirahat di rumah sakit setidaknya satu minggu" jelas dokter

"satu minggu terlalu lama, itu tidak baik untuk istri dan anak-anak saya"

"kalau begitu biarkan istri anda pulang dan biarkan orang lain yang merawat anda"

"hmmm.....tiga hari paling lama" jawab Marco, tidak perduli dengan saran dokter "lebih dari itu saya tidak akan membayar biaya rumah sakit" ancam Marco.

Dokter hanya bisa pasrah, yah....mengingat tugas dokter, pasien adalah raja.

"sejak kapan kamu bangkrut sampai tidak sanggup bayar biaya rumah sakit ?" Stefan bersandar di ambang pintu dengan kedua tangannya masuk dalam saku celana.

"bukannya masih ada kamu yang akan membayarnya ?" Marco melirik sepupunya.

"oke-oke toh aku juga gak bakalan bangkrut hanya untuk biaya rumah sakitmu, anggap saja aku beramal pada fakir miskin" sindir Stefan.

Marco tidak menanggapi komentar Stefan.

Dokter dan perawat akhirnya keluar kamar.

Stefan duduk di depan sepupunya, lalu melirik ke ranjang "apa yang terjadi padanya ?"

"dia terlalu lelah" jawab Marco dengan sorot mata lembut.

"Bro.....kamu benar-benar keterlaluan, apa itu karna selama ini kamu selalu menahan hasratmu, makanya setelah menikah kami bahkan memakan istrimu setiap ada kesempatan" kata Stefan dengan jijik.

"apa yang di pikirkan otak kotormu ? dia lelah bukan karna aku memakannya, dia lelah menjagaku selama aku pingsan" jelas Marco.

"ck....ck......ck......siapa yang percaya, melihat tampangmu sekarang, seandainya aku tidak datang kamu pasti sudah memakannya" Stefan tidak mau mengalah.

Dan di luar dugaannya, wajah Marco benar-benar memerah...hah.....bukankah itu berarti memang dia berniat memakan istrinya meski mereka ada di rumah sakit ?

"jadi bagaimana ? kamu sudah membereskan semua ?" Marco mengalihkan pembicaraan.

"om Jerry sudah menangkap tante Jesica, dia di tangkap di bandara Ngurah Rai tepat saat dia mau kabur ke luar negeri"

"lalu bagaimana dengan para pemegang saham yang kena hasut tante Jesica ?"

"aku dan Jason sudah membereskan mereka" jawab Stefan bangga

Marco menatap sepupunya dengan mata meremehkan.

"apa.....?" Stefan menangkap "tidak percaya ? kamu bisa tanya langsung pada Jason" tantang Stefan.

"ya...aku percaya" Marco menatap sepupunya "sekarang tugasmu, uruskan administrasiku, aku mau keluar dari rumah sakit hari ini"

Stefan melotot "yakin ? kamu baru sadar, lukamu juga masih segar...lagi pula bukannya tadi kamu sudah janji sama dokter untuk tinggal selama tiga hari ?"

"ini hanya luka kecil, tidak perlu tinggal di rumah sakit terlalu lama" jawab Marco santai.

"tapi....."

"aroma rumah sakit tidak baik untuk perkembangan janin"

"hah......" Stefan menganga, lalu akhirnya menghela nafas "baik lah....terserah kamu dan istrimu" lalu Stefan beranjak dari tempatnya.

🌸💮🌸💮🌸

Chloe membuka matanya, begitu terbuka dengan sempurna dia langsung mengangkat kepalanya hendak bangun, tapi sebuah tangan besar menahannya.

"berbaringlah......Stefan sementara mengurus administrasi, kita akan pulang" kata Marco yang berbaring miring di samping Chloe.

Chloe diam, dia menatap mata hitam suaminya.

"kamu tidak perlu kuatir, aku baik-baik saja, aku akan memulihkan diri di rumah" tambah Marco sambil mengelus pipi istrinya.

Chloe masih menatap suaminya tanpa berkedip.

"kenapa ? kamu tidak mau pulang dari rumah sakit ?" Kening Marco berkerut mempertanyakan arti tatapan istrinya.

Chloe menggelengkan kepalanya "kamu tahu siapa aku ?" tanyanya heran

"tentu saja, kamu landak kecil kesayanganku, istri mungilku yang menggemaskan, calon ibu dari anak-anak landakku" Marco menjawab sambil mengecup bibir Chloe.

"bagaimana bisa ? tadi jelas-jelas kamu tidak ingat aku ?" Chloe masih ragu.

"tadi karna baru bangun, mataku agak kabur, tidak melihatmu dengan jelas, saat aku baru nanya kamu sudah pingsan"

Chloe menatap mata suaminya, mencoba menebak apakah yang di katakan suaminya benar. Dan melihat bahwa tidak ada jejak kebohongan di dalamnya akhirnya Chloe terpaksa percaya dengan penjelasan yang meragukan itu.

"tadi kamu bilang kita mau pulang ? kenapa ? lukamu belum pulih, kami juga baru saja sadar setelah pingsan dua hari"

"badanku sehat, dan aku masih muda, tingkat pemulihan lukaku juga cepat karna aku memiliki kulit yang elastis, jadi tidak masalah untukku beristirahat di rumah, di tambah lagi di sini tempat tidurnya terlalu kecil, aku tidak bisa memakanmu dengan leluasa" jelas Marco dengan tatapan mesum

pletak.......sebuah jitakan mendarat di jidat Marco

"ingat kamu masih luka, di larang melakukan aktivitas yang berlebihan"

"siapa bilang aku yang bergerak, aku hanya duduk dan membiarkanmu melakukan semuanya......."

pletak.......

"omes.......sebaiknya kamu CT scan, aku yakin isi kepalamu adalah sperma" Chloe mengomel dengan pipi memerah.

Chloe menyibak selimut hendak turun dari ranjang, tapi Marco menariknya ke dalam pelukannya "kamu mau kabur ?" sebelah alis Marco terangkat dengan licik "lihatlah dirimu, kamu sudah hampir menjadi seorang ibu, tapi tiap kali membicarakan tentang seks pipimu langsung bersemu merah, apa kamu tau sikapmu yang malu-malu itu justru membuatku makin terangsang ?"

Chloe memasukkan kepalanya di dada suaminya "berhenti bicara dasar otak mesum !!!!" kata-kata Chloe teredam oleh dada Marco.

Marco terkekeh, dia mengeratkan pelukan dan mencium puncak kepala istrinya.

🌸💮🌸💮🌸

Seorang wanita cantik berusia hampir separuh abad bergegas meninggalkan ruang tunggu, dia ada dalam daftar penumpang yang pesawatnya akan berangkat ke Singapura.

Sang Wanita berencana transit di Singapura selama satu hari lalu melanjutkan penerbangannya ke Belanda. Dari Belanda dia akan ke Paris dan memulai hidup baru di sana.

Sang Wanita menyerahkan bording pasnya ke petugas, namun sebelum petugas menerimanya ada dua orang wanita berseragam polisi menghadangnya.

"Ny. Jesica, maaf silakan ikuti kami, ini surat perintah penangkapan anda, anda di tangkap dengan tuduhan percobaan pembunuhan dan penggelapan uang perusahaan" Kata polisi wanita tersebut penuh wibawa.

Ny. Jesica menatap polisi tersebut dengan wajah pucat, dengan gesit dia berbalik, namun seorang polisi telah berdiri di belakangnya.

Akhirnya tante Jesica di tangkap dan di giring keluar dari bandara.

Nächstes Kapitel