webnovel

PoV Verra

Setelah menghubunginya, hatiku terasa lega.

Ternyata benar apa yang di katakan teman-temanku, di tetap setia padaku dan terus mencariku.

Walau hatiku pernah dia robek dan dia hancurkan tapi sebenarnya akulah orang yang jahat sekarang.

"Sayang." Panggil Niken.

Aku menoleh ke arah niken, ke arah wanita yang sejatinya tak pernah ku cintai dan ku sayang.

Dia bagiku hanya pelampiasan kekecewaaku terhadap Rania dan juga nafsuku.

Akulah yang jahat disini, aku terlalu kalut saat itu. Aku bahkan mengira bahwa Rania adalah wanita murahan yang jahat.

"Sayang kok kamu bengong?" Ujar Niken.

"Gak kok."

"Ayo makan, aku udah masakin makanan kesukaan kamu." Ujar Niken.

Aku dan Niken sudah tinggal bersama sejak kepergianku dari rumah.

Kini aku kembali ke rumah dengan membawa Niken dan rencana busukku.

Aku berencana menjebak Rania, agar dia kembali jatuh ke pelukanku.

Lalu akan ku campakkan begitu dia jatuh ke pelukanku, namun entah mengapa ku rasa rencana ini takkan terjadi.

"Sayang ayo masuk, nanti mamamu nyariin." Ujar Niken lagi.

"Aku benci wanita bawel." Ujarku kesal.

Aku berjalan meninggalkan Niken sendirian di balkon kamarku.

Aku merasa kehilangan hasrat dengannya, setelah mendengar suara indah Milik Rania.

Kini bukan Rania yang jatuh ke pelukan ku lagi, tapi aku yang jatuh ke pelukannya.

"Mau diam disana atau cepat ikuti aku." Ujatku menghentikan langkahku dan menghadap ke Niken.

"Kenapa? Kenapa jadi begini?" Tanya Niken.

"Sudahlah. Cepat jalan, aku sudah lapar lagi pula. Nanti mama ku ke atas, dan nanti ketahuan." Ujarku.

Aku melanjutkan langkahku, dengan gontai aku menuruni satu per satu anak tangga dan memasang senyum ke arah mama dan papaku.

Sesampainya di meja makan, aku menarik kursi dan mengambil posisiku.

"Bagaimana kuliahmu?" Tanya papa.

"Lancar pa."

"Temanmu?" Ujar mama sambil menatap ke arah Niken.

"Dia? Dia gak kuliah." Ujarku santai.

"Kok bisa satu kost?" Tanya mamaku curiga.

"Biar hemat biaya kost, jadi aku memutuskan cari teman biar bisa bayar patungan." Jelasku pada mama.

"Kamu kerja Nak?" Tanya mama pada Niken."

Niken menatap ke arahku, aku menginjak kaki nya.

Memberi isyarat untuk meniyakan perkataan mamaku.

"Iya tante." Jawan Niken gugup.

"Dimana?"

"Di-di mall Te, jadi SPG." Ujar Niken.

"Oh.."

Aku hanya menatap kosong ke arah piring yang berisi nasi dan sayur cah kangkung kesukaanku.

"Kenapa gak makan?" Tanya papa.

"Verra gak nafsu makan Pa. Verra duluan ya." Ujarku.

"Niken juga ya. Om tante."

Sesampainya di kamar...

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Niken padaku.

"Aku gak apa-apa." Jawabku.

"Kamu tidak biasanya seperti ini." Ujar Niken murung.

"Kamu mau kembali ke kotamu? Kamu gak betah disini?" Tanyaku pada Niken.

"Kenapa? Kenapa kamu ngomong begitu? Kamu ngusir aku." Ujar Niken.

"Gak.. bukan begitu maksudku." Ujarku melemah.

"Apa kamu sudah menemukan cintamu yang lalu?" Tanya Niken membuatku terkejut.

"Apa maksudmu?" Tanyaku.

"Sudahlah, kalau kamu sudah tidak membutuhkanku lagi. Lebih baik aku mati saja." Ancam Niken.

"Berhenti ber-drama." Ujarku.

"Aku bersungguh, aku gak mengertakmu." Ujar Niken.

Seperti biasa, aku kambali luluh pada ancamannya.

Ku raih tangannya dan ku tarik tubuhnya, ku peluk dengan erat tubuhnya.

Rasa bersalahku semakin besar kepadanya, rasa sakitku kini tak tertahankan.

Aku kini telah melukai hati dua wanita yang ku sayang.

Nächstes Kapitel