webnovel

Part 20

*Teeeettttt.... Tettttt...* [Bel tanda pulang pun berbunyi.]

"Kak..." panggilku.

"Kak... Kakak." panggilku pada kak Nur.

Tapi, kak Nur tetap mengabaikanku dia tak memperdulikanku.

Aku berlari mengejarnya, namun tiba-tiba langkahku terhenti.

"Kamu Rania?" tanya-nya.

"I-iya kak, ada apa?"

"Jangan kejar dia, dia sedang berada di kondisi siaga." ujarnya.

"Maksudnya?"

"Oh iya, kenalin namaku Firda. Aku sahabat Nur." jelas kak Firda.

"Oh, kenapa kak Nur begitu kak?"

"Jangan tanya, aku aja di marahin sama dia. Kalau lagi keadaan siaga begini dia lebih kejam dari singa." ujar kak Firda sambil tangannya menirukan cakar singa.

'Ada apa sih dengannya?' gumamku.

"Apa kak Nur ada masalah?" tanyaku.

"Gak tau, aku gak mau nanya nanti di terkam."

"Ihh kakak bisa aja." ujarku.

"Yaudah yok pulang, mau sampe malam di sini?" ujar kak Firda.

Kami pun berjalan menyusuri koridor sekolah menuju gerbang sekolah.

"Ran." ujar kak Firda.

"Iya kak, ada apa?" tanyaku.

"Hehehe... Gak jadi kok."

"Yakin gak jadi?" tanyaku.

"Eh... Jadi deh jadi." ujar kak Firda.

"Ada apa kak?"

"Kamu kenal Verra di mana?" tanya kak Firda.

"Hah!?" ujarku, menghentikan langkahku.

"Iya, Verra. Si tomboy nan manja." ujar kak Firda.

"Hah, kak Verra yang anak kepala sekolah ya?"

"Iya." jawabnya penuh antusias.

"Dia anak kepala sekolahku kak."

"Ya aku tau."

Tiba-tiba...

"Firda!" panggil kak Nur.

"Aduh.. Anjing gila datang, mati aku." keluh kak Firda.

"Ngapain kamu sama dia." ujar ketus kak Nur tanpa menoleh ke arahku.

Aku hanya menatap mereka bingung, menatap mereka dengan perasaan yang agak aneh.

"Cepat lari..." ujar kak Firda.

Mata kak Firda melotot ke arahku memberi kode yang membuat wajah kak Firda manjadi aneh.

Aku menahan tawa melihat ekspresi wajah kak Firda yang semakin lama semakin aneh dan rona wajahnya pun berbuah menjadi pucat pasi.

"Lari sana, nanti kamu di gigit sama anjing gila." ujarnya sambil mendorongku.

"Gak mau kak, aku mau ngomong sama kak Nur."

"Nyari mati kamu, yaudah kalo gitu aku lari saja." ujar kak Firda mulai bersiap melarikan diri.

Tapi, langkah kaki kak Firda terhenti.

Kulihat tas kak Firda yang di tahan kak Nur yang memasang wajah datar bak patung.

"Kak..."

"Ayo pulang sekarang, Firda." ujar kak Nur tanpa memperdulikan keberadaanku.

"Kak, jangan cuekin aku. Aku minta maaf kalau aku salah."

"Hei bocah. Bisakah kamu diam." ujar kak Nur kesal.

Aku dan kak Firda serentak menatap wajah kak Nur yang kini sangat dingin padaku.

"Cepat pulang." ujar kak Nur menarik tas kak Firda.

"Oke, oke aku pulang Nur." ujar kak Firda.

"Aku duluan ya Ran." ujar kak Firda.

"Iya kak, hati-hati ya..." ujarku

Aku melihat ke arah mereka berdua yang kini semakin menghilang dari pandanganku.

Ku lihat tingkah konyol mereka berdua, membuatku merindukan kak Nur yang dulu sangat hangat kepadaku namun tidak kini, karna dia mulai menjauh dari ku.

"Apa yang membuat kak Nur berubah?" tanyaku pada diri sendiri.

"Apa aku melakukan kesalahan yang tak bisa di maafkan?" ocehku sambil menyusuri jalan.

*Dreett...dreett...* getar ponsel mengagetkanku.

Muncul notifikasi WhatsApp dari nomor tak ku kenal.

•Jangan sebuat nama Verra di depan Nur, kamu bisa langsung menjadi musuhnya.•

Begitulah isi pesan WhatsApp-nya.

"Dari siapa ya?" ujarku.

Nächstes Kapitel