Wajah Qiao Mianmian memerah dan jantungnya terus berdebar kencang hingga ia sampai di lantai bawah. Begitu Qiao Chen melihat Qiao Miamian, ia bertanya dengan curiga, "Kakak, mengapa wajahmu begitu merah? Apakah kau tidak nyaman?"
"Tidak."
Menghadapi mata Qiao Chen yang penuh rasa ingin tahu dan curiga membuat Qiao Mianmian merasakan perasaan bersalah yang tak bisa dijelaskan. Ia merasa seolah-olah itu telah terlihat dengan jelas. Bahkan, jika ia mengetahuinya, Qiao Chen tidak mungkin dapat melihat apapun.
Bagaimanapun, Qiao Chen adalah seorang pemuda lajang yang bahkan belum pernah sekalipun berpacaran. Tetapi, wajah Qiao Mianmian benar-benar memerah tidak karuan saat ia kembali memikirkan hal yang membuatnya malu itu. Wajahnya menjadi panas tak terkendali.
Qiao Chen melihat sekeliling dan mendapati bahwa Mo Yesi tidak turun bersama Qiao Mianmian. Ia pun bertanya, "Hah, di mana Kakak Ipar?"
"Uhuk… Uhuk… Kakak iparmu... akan segera turun."
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com