webnovel

Bagus Jika Makan Tidak Pilih-pilih, Gampang Untuk Diurus

Redakteur: Wave Literature

Ada perasaan tidak nyaman dalam hati Qiao Mianmian. Bahkan, ia sendiri tidak tahu perasaan apa itu dan ia harus meletakkannya di mana.

"Pelayan, tolong bawakan menu," kata Mo Yesi. Setelah pelayan datang, ia membolak-balik menu dan bertanya kepada Qiao Mianmian, "Kau suka makan apa?"

"Aku bisa makan apa saja..."

"Tidak ingin pilih-pilih makanan?"

"Tidak."

Mo Yesi berdeham dengan lembut dan sebuah tawa pelan lolos dari bibirnya. "Ya… Bagus jika makan tidak pilih-pilih, gampang untuk diurus. Aku suka orang yang tidak pilih-pilih makanan."

Qiao Mianmian hanya terdiam. Jantungnya kini berdetak cukup kencang. Mengapa aku merasa bahwa dia selalu menggodaku? Cepatlah! Aku tidak akan sanggup menanggungnya! pikirnya.

"Mo Yesi…" Qiao Mianmian menarik nafas dalam-dalam, lalu mengangkat kepalanya dan menunjukkan wajahnya yang memerah. "Apakah aku boleh menanyakan sesuatu kepadamu?" tanyanya.

"Hm? Katakan."

Wajah Mo Yesi di hadapan Qiao Mianmian tampak begitu tampan dan mengintimidasi sehingga ia tidak berani menatapnya terlalu lama. Hanya dengan melihatnya beberapa detik saja, ia kembali tersipu. "Kenapa harus aku?" tanyanya. Ada keraguan dan kebingungan di matanya. "Jika melihat kondisimu, kau punya banyak pilihan."

Kenapa Mo Yesi memilih Qiao Mianmian? Mo Yesi bisa memilih wanita yang lebih terkenal dan lebih baik darinya. Ia tahu bahwa ia memiliki kelebihan di segi penampilan, tetapi ia tidak cukup percaya diri untuk berpikir bahwa Mo Yesi menyukai kecantikannya dan jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Berbicara secara objektif, apakah seorang pria seperti Mo Yesi kekurangan wanita cantik di sekelilingnya? Kecantikan seperti apa yang belum pernah dilihat Mo Yesi?

Mo Yesi mengangkat alisnya dengan lembut. "Apakah kau begitu ingin tahu?" tanyanya.

"Ya."

"Mungkin karena kau satu-satunya wanita yang tidak membuatku menderita, jadi kau adalah pengecualian," jawab Mo Yesi. Ia tidak berencana untuk membohonginya, jadi ia mengatakan yang sejujurnya, "Selain kau, aku selalu menderita setiap wanita lain mendekatiku. Aku pikir, kita bisa hidup bersama-sama dalam waktu tertentu hingga aku dapat menemukan alasannya."

Setelah mendengar jawaban Mo Yesi, Qiao Mianmian terdiam beberapa saat. Paman Li telah memberitahunya tentang hal ini sebelumnya, namun saat itu ia sebenarnya tidak terlalu percaya. Sekarang, ketika ia mendengar Mo Yesi sendiri yang mengatakannya secara langsung, ia merasa Mo Yesi tidak memiliki keharusan untuk membohonginya. Jadi, Mo Yesi benar-benar memiliki reaksi alergi terhadap wanita lain? pikirnya.

"Kalau begitu, seharusnya kita tidak perlu menikah," kata Qiao Mianmian, kemudian mengerutkan kening dengan lembut, "Kau harusnya menemukan wanita yang kau sukai. Bahkan, jika kau tidak memilikinya sekarang, kau akan menemukannya nanti."

"Aku sukai?" ulang Mo Yesi. Matanya yang dalam menyipit. "Apa itu suka?"

Qiao Mianmian terdiam sejenak sebelum menjawab, "Seperti ketika kau tidak bisa melihat seseorang, kau akan sangat merindukannya. Setelah melihatnya, kau akan sangat puas dan sangat bahagia. Kau ingin selalu dekat dengannya dan ingin melakukan sesuatu yang intim dengannya. Ketika kau bahagia, kau ingin berbagi kebahagiaan dengannya. Ketika kau tidak bahagia, kau ingin orang itu menjadi orang pertama yang kau beritahu. Jika kau melihat seseorang yang kau sukai, wajahmu akan memerah dan jantungmu akan berdetak lebih cepat. Kau akan... Uhuk-uhuk!"

Qiao Mianmian tiba-tiba berhenti bicara dan wajahnya lagi-lagi memerah. Apa yang baru saja ia bicarakan? Ketika ia melihat Mo Yesi, bukankah wajahnya akan memerah dan jantungnya berdetak lebih cepat, kemudian ia juga merasa tidak nyaman? Apakah ia menyukai Mo Yesi? Bagaimana mungkin?! pikirnya. Ia mengangkat wajahnya dan saat matanya menatap wajah tampan Mo Yesi, detak jantungnya bertambah cepat. Ketika ia memikirkan apa yang baru saja ia katakan, ia sontak panik. "Aku… Aku hanya berbicara sembarangan."

Mo Yesi memandang Qiao Mianmian dengan penuh perhatian. Setelah beberapa saat, ia menatapnya dengan serius dan bertanya, "Jika hanya memenuhi dua persyaratan saja, apakah bisa disebut suka?"

"Hah?" Qiao Mianmian berkedip.

Mo Yesi mengerutkan bibirnya, kemudian berkata dengan sungguh-sungguh, "Aku merindukanmu ketika aku tidak bisa melihatmu. Ketika melihatmu, aku ingin dekat denganmu dan ingin melakukan sesuatu yang intim denganmu. Mianmian, apakah ini bisa disebut suka?"

Nächstes Kapitel