webnovel

Qiao Mianmian Bukan Wanita Sombong yang Mata Duitan

Redakteur: Wave Literature

Para pegawai toko pergi dengan rasa marah, sementara Tuan Chen menatap Su Ze dan Qiao Anxin yang masih berdiri di dalam toko. Aku mengenal Tuan Su, tetapi Tuan Su tidak cukup jika dibandingkan dengan Tuan Mo dan bahkan menyebut namanya saja sudah tidak memenuhi syarat. Walaupun Tuan Su dan wanita di sampingnya tidak secara langsung memfitnah Nona Qiao, tapi mereka juga tidak lebih baik karena mereka telah menyinggung Nona Qiao seperti ini. Jika Nona Qiao membalasnya, keluarga Su akan bernasib sangat tidak beruntung, ia diam-diam membicarakan mereka dalam hati. Ia menatap mereka dengan simpatik, lalu berbalik untuk pergi.

"Tuan Chen…"

Tiba-tiba terdengar suara yang begitu lemah dari arah belakang. Tuan Chen menoleh dan melihat bahwa wanita dalam pelukan Su Ze lah yang memanggilnya. Ia berhenti, kemudian bertanya, "Nona, apakah masih ada urusan lain?"

Qiao Anxin menyingkirkan lengan Su Ze, keluar dari pelukan pria itu, dan berkata pada Tuan Chen dengan lembut, "Saya adik Qiao Mianmian. Barusan, Tuan Chen membantu kakak saya untuk mengurus beberapa pegawai toko yang tidak tahu aturan. Saya mewakili kakak saya untuk mengucapkan terima kasih kepada Tuan Chen."

Tuan Chen tertegun dan mengerutkan kening. "Saya merasa senang hati jika dapat melakukan sesuatu untuk Nona Qiao Mianmian! Beraninya saya meminta Nona Qiao untuk berterima kasih kepada saya?" ujarnya.

Begitu mendengar perkataan Tuan Chen, ekspresi Qiao Anxin semakin memburuk. Kak Mianmian sebenarnya sedang dekat dengan sosok seperti apa sampai membuat Tuan Chen begitu rendah hati dan penuh hormat kepadanya? pikirnya. Hatinya semakin tidak tenang dan ia menggigit bibirnya dengan kuat. "Apakah hubungan Tuan Chen dan kakak saya sehingga Anda sangat baik padanya? Saya tidak tahu bagaimana kalian bisa saling mengenal."

Tuan Chen baru menyadari bahwa maksud Qiao Anxin adalah memulai pembicaraan dengan mengucapkan terima kasih kepadanya lalu bertanya untuk mencari tahu lebih lanjut. Ia merasa tidak nyaman, sehingga ia melanjutkan perkataannya dengan sikap yang berubah menjadi dingin, "Ini tidak ada hubungannya dengan Anda, tetapi karena Anda adalah adik Nona Qiao, saya dapat memberikan saran kepada Anda. Nona Qiao Mianmian bukan orang yang dapat Anda sakiti karena mereka tidak akan segan untuk bertindak tegas pada Anda nanti."

Selesai berbicara, Tuan Chen berbalik badan dan pergi. Wajah Qiao Anxin memucat, lalu ia menggertakkan gigi dan berkata dengan marah, "Kak Aze, apakah kau dengar apa yang dikatakan Tuan Chen tadi? Menurutmu, apakah ada orang kaya yang membantu Kakak?"

"Tidak mungkin," jawab Su Ze sambil menunduk, "Mianmian bukan orang yang serakah. Dia tidak akan melakukan hal seperti itu."

"Tapi…"

Qiao Anxin masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi tiba-tiba Su Ze menatapnya dan memotong perkataannya, "Anxin, Mianmian dan aku sudah saling mengenal selama sepuluh tahun. Aku sangat mengenalnya. Dia tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Kami telah bersama selama bertahun-tahun dan dia tidak pernah bertanya padaku soal apa yang dapat dia dapatkan. Aku memberinya hadiah yang mahal, tetapi dia malah mengembalikan lebih banyak lagi."

Qiao Anxin merasa bahwa mata Su Ze menunjukan kerinduaan ketika ia berbicara tentang Qiao Mianmian. Hati Qiao Anxin langsung terbakar cemburu. Kak Aze telah mengatakan bahwa dia mencintaiku, tapi matanya masih menunjukkan perasaan tidak rela setiap membicarakan Kak Mianmian. Lalu, apa maksud dari perkataannya barusan? Kak Mianmian tidak meminta Kak Aze untuk membelanjakan dirinya dan tidak rela menghabiskan uang Kak Aze, jadi Kak Mianmian bukan wanita sombong yang mata duitan. Sedangkan aku? pikir Qiao Anxin kesal.

Qiao Anxin sering meminta hadiah kepada Su Ze dan setiap hadiah yang ia minta sangat mahal harganya. Apakah Su Ze sedang membalik perkataannya bahwa dirinyalah yang mata duitan? Wajahnya semakin terlihat muram karena memikirkan hal itu. Ia merasa semakin marah, namun ia tidak berani mengeluarkan amarahnya di depan Su Ze.

Nächstes Kapitel