webnovel

Chapter 43 One Punch

Pendeta Shura memandang musuhnya dengan arogan. Ksatria langit, Gan Fall dan rekannya, Pierre terjerat dalam benangnya yang tak kasat mata dan Chopper kecil yang sama sekali bukan tantangan baginya, tampak panik melihat ke arah ksatria dan pendeta itu. Kapal, tempat Chopper berdiri, rusak berat, tiang kapal beserta layarnya mengambang di atas air di bawah platform pengorbanan.

Shura pikir dia telah melakukan pekerjaannya dengan baik. Dia hanya harus menghabisi ketiga penyusup ini dan selesai. Dia pikir dia tidak perlu khawatir dan bisa segera pergi ke tempat di mana para pendeta yang tersisa dipanggil untuk bertahan melawan serangan Shandian.

Dan kemudian, beberapa saat kemudian, semuanya berubah.

"APA YANG TELAH KAU LAKUKAN?" teriak suara yang terdengar marah. Pendeta itu menoleh dari atas burung raksasanya dan melihat seorang pria dengan topi jerami, yang berdiri di atas dahan pohon besar. Matanya tersembunyi di balik topinya, tetapi suaranya menunjukkan amarahnya. Uap mengelilingi tubuhnya yang agak merah muda.

'Aku tidak merasakan dia datang.' Pikir Shura. 'Siapa orang ini?'

"Luffy!" Teriak Chopper dengan air mata. "Orang ini ... dia menyakiti Merry! Aku tidak bisa melindunginya!"

"Tidak apa-apa, Chopper." Luffy menjawab. "kau melakukan apa yang kau bisa. Setidaknya kau baik-baik saja!"

Chopper mengangguk dengan air mata.

"Dan ksatria itu datang untuk membantumu, kan?" Dia bertanya. Chopper mengangguk. Luffy menoleh ke Gan Fall.

"Terima kasih telah membantu Chopper!" Ucap Luffy. Kesatria itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku hanya melakukan apa yang aku janjikan akan kulakukan jika kau memanggilku." dia membalas. "Dan aku khawatir jika kau tidak datang, semua akan sia-sia. kau lihat, aku dan Pierre sudah tidak bisa bergerak lagi."

Wajah Luffy berubah menjadi kebingungan dan setelah itu sadar.

"Tali." gumamnya. Dia mengeluarkan pedangnya dan dengan gerakan yang nyaris tidak bisa dilihat oleh semua yang mengamati, melepaskan serangan udara terkompresi, yang memotong tali-tali tipis yang menahan Gan Fall dan rekannya. Serangan itu kemudian terus melaju ke arah pohon dan memotong pohon menjadi dua dan kemudian menghilang.

Pendeta itu menyaksikan dengan ngeri ketika puncak pohon raksasa sedikit meluncur dari batang pohon.

Gan Fall dan Pierre terbang dan mendarat di Going Merry, di sebelah Chopper.

Pendeta dan burungnya terbang dan mendarat di tangga di bawah kapal.

"Jadi, kau salah satu pendeta?" Luffy bertanya setelah hening sesaat. Pastor itu menyeringai.

"Itu benar. Namaku Shura, aku pendeta dari cobaan tali." dia menjawab.

"Aku tidak peduli tentang namamu yang bodoh, brengsek." Luffy menjawab. Seyum pendeta itu langsung menghilang saat mendengar ucapan Luffy.

Shura dan burungnya pergi dan terbang ke arahnya, dengan tombaknya terhunus ke arah Luffy. Saat pendeta itu terbang ke arahnya, Luffy menghindari tombak itu.

"Armament." dia bergumam dan melapisi tangan kanannya dengan haki. Tangannya berubah menjadi hitam mengkilap, tapi setelah beberapa saat, tinjunya berapi, karena Luffy masih di bawah pengaruh Gear Second. Pendeta dan burung itu melewatinya dan berbalik.

Shura memperhatikan tinjunya yang terbakar dan menatapnya dengan bingung. Dia terbang ke arah Luffy lagi, tapi kali ini, serangan tombaknya berhasil dihindari lagi, tiba-tiba tinju berapi menghantam wajahnya. Dia dikirim terbang menembus beberapa pohon sebelum akhirnya berhenti di salah satu pohon. Burung itu, Fuza, melihat sekeliling dengan bingung, dan karena tidak dapat menemukan masternya ia mulai terbang menjauh dengan panik, mencarinya.

"Wow, SO COOOOL!" Chopper berteriak dari kapal.

Luffy berbalik dan tertawa malu-malu, sambil menggaruk kepalanya. Tentu saja, dia lupa tentang tangannya yang masih berapi-api.

"LUFFY, RAMBUTMU TERBAKAR!" Chopper berteriak ketakutan.

"AHHH SIAL!" Luffy berteriak dan menonaktifkan armament haki dan Gear Keduanya. Dia mulai berguling di tempat, sambil mencoba memadamkan apinya dengan tangannya.

Ketiga orang yang melihatnya hanya berkeringat.

"Apakah begini suasana di kapal kalian setiap hari?" Gan Fall bertanya.

" … Iya." Chopper menjawab. Pierre menggelengkan kepalanya.

Setelah beberapa saat berlari berputar-putar, Luffy secara tidak sengaja jatuh dari batang pohong tempat dia berdiri dan jatuh ke danau atau apa pun itu. Beberapa skyshark membuka mulut mereka untuk memakannya.

"SIAL!" Luffy berteriak. Chopper menggertakkan giginya dengan panik, sementara Gan Fall menaiki Pierre dan mereka terbang ke arahnya dalam upaya untuk menangkapnya.

Pada saat itu, Luffy melakukan satu-satunya yang ia pikir bisa dilakukan, Luffy mulai menendang.

"APA?!" Chopper dan Gan Fall berteriak serempak. Luffy membuka matanya dan memandangi mulut mereka yang menganga dan wajah mereka yang tampak heran. Luffy berkedip beberapa kali dalam kebingungan dan kemudian melihat ke tanah ... dan dia tidak di tanah. Akhirnya, rahangnya juga menganga.

"AKU BERDIRI DI UDARA!" teriaknya bersemangat. "SOOO COOOOL!"

Dia kemudian mencoba mengambil langkah maju. Sayangnya, dia tidak tahu bagaimana semua ini bekerja, jadi dia menggunakan lebih banyak kekuatan daripada yang diperlukan. Secara tidak sengaja, dia mengaktifkan Gear Second-nya.

Luffy hanya punya waktu untuk berpikir 'Uh oh!' sebelum dia melesat tinggi ke langit.

"SIAAAALLLAANNN!" dia berteriak ketika dia menghilang ke kelangit.

Setelah beberapa saat, Gan Fall mendarat kembali di kapal.

"Ini gila." dia berkata. "Aku tidak percaya lagi pada apa yang kulihat."

Chopper mengangguk.

"Aku tahu apa yang kau maksud." dia membalas.

"Hei, kau rusa yang bisa bicara?" Gan Fall bertanya setelah beberapa saat.

"EEEEH, KAU BARU SAJA MENYADARINYA?!"

-----------------

Agak jauh dari platform pengorbanan, Robin, Zoro dan Nami baru saja menemukan sesuatu yang menarik. Di depan mereka ada bagian lain dari rumah Montblanc Cricket di Jaya.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

"Apa itu?" Nami bertanya. Robin mengeluarkan ekspresi serius.

"Itu mungkin suara seseorang yang kulitnya di pisahkan dari tubuhnya, Navigator-san." Robin menjawab dengan tenang. Nami dan Zoro hanya meringis mendengar itu.

"Berhentilah mengatakan hal menyeramkan seperti itu, Robin!" Nami berteriak padanya. Robin hanya terkikik.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

"Suara itusemakin dekat!" Zoro berkomentar.

"Mungkin seseorang ..." Robin memulai.

"JANGAN KATAKAN APA PUN!" Nami berteriak dengan gigi tajam. Robin hanya tertawa lagi.

"AAAAAAAAAAAA! MINGGIR KALIAN SEMUA!"

"Itu terdengar seperti Luffy!" ucap Zoro.

Dan kemudian sesuatu menabrak mereka. Zoro dan Nami batuk karena debu yang terbang akibat tabrakan, dan setelah debu mengendap, pemandangan yang sangat menarik menyapa mereka.

"Hai teman-teman!" Luffy menyapa ketika dia mengangkat kepalanya. "Apakah aku mengganggu sesuatu?"

"Aku merasa seperti akulah yang mengganggu sesuatu." Nami bergumam sambil menghela nafas.

"M, Luffy, kau mungkin ingin ... kau tahu." Saran Zoro. "Menyingkir darinya?"

Luffy akhirnya membuka matanya. Dia berbaring di atas Robin. Kepalanya ada di dadanya. Dia melihat ke atas dan melihat Robin sedang menatapnya.

"Um, Hai, Robin." gumamnya. "Tidak melihatmu di sana."

Dia terus menatap.

"Ini seperti ... sangat canggung, bukan?" Luffy bertanya.

Robin mengangguk perlahan.

Luffy lalu berdiri dan membantunya berdiri juga.

"Setidaknya kau empuk." Luffy bergumam pelan. Mata Robin melebar.

"P-Permisi?" Robin bertanya.

"Ah, tidak apa-apa!" Luffy menjawab dan melambaikan tangannya seolah mengusir lalat. Luffy dalam hatinya menepok jidatnya sendiri. 'Kenapa aku harus mengatakan itu dengan keras?'

"Anyway, lihat ini, Luffy!" Panggil Zoro, berusaha meredakan kecanggungan. Zoro menunjuk ke bagian setengah rumah.

"COOOOL!" Luffy berteriak. "Jadi, pulau Upper Yard ini seperti diledakkan ke langit oleh knock-up Stream atau semacamnya ?!"

Semua orang diam dan menatapnya dengan takjub.

"Ya, sebenarnya." Robin berkata setelah beberapa saat. "Apa yang kau katakan adalah kesimpulan kami juga. Tampaknya ini adalah bagian lain dari rumah Cricket-san."

"Kurasa kita harus kembali ke kapal sekarang." Saran Zoro. "Ngomong-ngomong, kenapa kau di sini, Luffy?"

Luffy menghela nafas.

"Well, aku merasakan Chopper dalam bahaya, jadi aku segera pergi ke lokasinya." Luffy menjawab.

---------------------

Flashback:

Setelah berurusan dengan pendeta bulat, ketiga bajak laut melanjutkan beralayar di milky road. Setelah beberapa saat, Luffy merasakan kehadiran seseorang yang kuat di dekat Chopper. Dia juga merasakan Chopper ketakutan. Dia melompat dari perahu ke padang rumput di samping dengan kepalanya mengarah ke lokasi Chopper.

"Hei, apa yang kau lakukan, Luffy?" Usopp bertanya. Sanji juga melihat ke arahnya.

"Lanjutkan berlayar di jalur ini." Luffy membalas. "Aku akan pergi duluan."

"Tapi kenapa?" Sanji bertanya.

"Chopper dalam masalah." Luffy menjelaskan. Luffy berpose ke posisi biasanya.

"Gear Second." dia mengumumkan. Luffy menggunakan kakinya sambil mempompa darahnya. Uap lalu mulai mengelilinginya.

"Apa itu?" Usopp bertanya. "Kenapa ada uap di sekitarmu?"

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan." Luffy menjawab dan berlari ke depan.

Ketika dia setengah jalan ke sana, Luffy dikejutkan oleh sesuatu yang tidak dia duga. Suara kekanak-kanakan terdengar.

"Kapten ... kapten ku ..."

'Apa itu?' Luffy pikir. Setelah beberapa saat, ia menghiraukannya dan melanjutkan perjalanannya.

----------------------

"Gear Second, apa itu?" Nami bertanya. Luffy menatapnya.

"Itu intinya teknik yang membuatku bisa bergerak lebih cepat." Luffy menjawab. Lalu dia menghela nafas.

"Anyway, ketika aku sampai di kapal, tiang utama kapal kita hilang dan kapal kita terlihat bertambah parah dari sebelumnya." dia melanjutkan. "Kapal kita diserang oleh salah seorang pendeta. Syura atau semacamnya. Jadi aku menghajarnya."

"Dan suara apa yang kau dengar, Kapten-san?" Robin bertanya. Luffy menggelengkan kepalanya.

"Tidak tahu." dia membalas. "Oh, ksatria aneh itu juga ada di sana. Dia datang untuk membantu Chopper, tetapi dia dalam kesulitan ketika aku sampai di lokasi."

"Jadi dia benar-benar memegang kata-katany." Ucap Zoro. Luffy mengangguk.

"Kalau bukan karena dia, Chopper mungkin sudah mati. Dan kapal kita bisa terbakar habis." dia menjawab.

"Tapi kenapa kau jatuh dari langit?" Nami bertanya. Luffy tertawa.

"Shishishishi! Agak lucu, sebenarnya!" dia menjawab.

"Lucu?" mereka bertiga bertanya.

"Shishishi, yah kau tahu ... jika aku menggabungkan Gear Second dan armament haki, aku bisa mengeluarkan api." Luffy memulai. Mata mereka melebar.

"Itu cukup keren." Zoro berkomentar dengan seringai. "Kuharap aku bisa membuat pedangku terbakar. Pedang akan terlihat lebih keren saat terbakar."

"Shishishishi! Benar, benar!" Luffy setuju, sementara Nami menepok jidatnya. "Oh iya, kemudian aku tanpa sengaja menggaruk rambutku dengan tanganku yang masih terbakar."

Mereka bertiga menatapnya kaget.

"kau bercanda kan?" Nami bertanya. Luffy menggelengkan kepalanya. Zoro menepok jidatnya sementara Robin tertawa.

"Kemudian aku mencoba memadamkan api dan aku tidak sengaja jatuh dari cabang pohon. Aku agak panik ketika jatuh, jadi aku melakukan satu-satunya hal yang bisa aku pikirkan." Luffy melanjutkan. Zoro mengangguk.

"Maksudmu, kau memelarkan tanganmu dan meraih batang pohon atau sesuatu?" Zoro bertanya. Mata Luffy membelalak.

'Jangan bilang ...,' pikir Zoro.

Luffy meninju tangannya ke telapak tangannya yang terbuka.

"Benar. Aku bisa melakukan itu!"

Nami dan Zoro jatuh mendengar ini. Robin hanya menatapnya dengan bingung.

"Kau lupa bisa memlarkan tubuhmu?" Robin bertanya. Luffy meletakkan tangannya di belakang kepalanya dan tertawa malu-malu.

"Shishishi, kemudian! Aku mulai menendang-nendangak kaki ku dan selanjutnya yang aku tahu, aku berdiri di udara!" Luffy menjawab dan menyeringai.

"HAH?"

"Ya, keren aku tahu! Shishishi!" Luffy melanjutkan. "Tapi aku tidak tahu bagaimana menggunakannya dengan baik, jadi aku agak berlebihan dalam menggunakan tenagaku ... dan kemudian aku menabrak Robin!"

"Jadi, soal berdiri di atas udara ini ..." Zoro memulai. "Bisakah kau melakukannya sekarang?"

Luffy mengangkat bahu.

"Aku bisa mencoba." Luffy membalas. "Oh iya gerakan itu disebut Geppo (Moon walk). Atau begitulah yang kudengar."

"Tunggu, kau benar-benar bisa berjalan di udara?" Nami menyela dengan ekspresi kaget. "Ada teknik semacam itu?"

Luffy mengangguk.

"Tentu. Tapi hanya marine tingkat tinggi dan agen rahasia yang bisa melakukannya. Agak sulit bagi orang normal untuk melakukannya." Luffy membalas. Kemudian suasana agak Hening sesaat.

"Oh, ngomong-ngomong, Sanji berhasil membuka observation hakinya!" Luffy mengumumkan dan menyeringai.

"Serius?" Nami bertanya. Luffy mengangguk dengan gembira.

"Koki payah sialan." Gumam Zoro. Luffy tertawa.

"Oh, Zoro, kau cemburu?" Luffy bertanya. Wajah first matenya memerah.

"AKU TIDAK CEMBURU!" dia berteriak dengan gigi tajam. Zoro kemudian menginjak dengan marah ke arah tanah. "Kita harus cepat-cepat ke kapal supaya aku bisa melanjutkan latihanku"

"Shishishishi! Apakah itu latihan observasi haki?" Luffy bertanya dan menyeringai.

"DIAM!" Zoro berteriak.

"Zoro, itu arah yang salah." Nami mengumumkan. Zoro lalu mulai berjalan ke arah yang berbeda.

"Pendekar-san, itu juga arah yang salah." Robin berkata dengan nada geli.

Luffy kemudian secara acak mulai tertawa.

"Ada apa, Kapten-san?" Robin bertanya. Luffy menatapnya. Tiba-tiba Zoro merasakan firasat buruk di perutnya.

"Shishishishishi! Kau tahu, mungkin kita harus menyerahkan urusan navigasi ke Zoro." Luffy memulai. Semua orang menatapnya dengan bingung, "Mungkin dengan begitu kita akan menemukan One Piece secara tidak sengaja."

----------

Wooow Akhirnya tembus 100 K vieww. Terima kasih buat pembaca atas supportnya semoga kalian terhibur selalu.

Oh iya jaga kesehatan kalian yaaa, jaga kebersihan diri, makanlah makanan yang sehat supaya kalian dan keluarga di jauhi dari virus Corona yang saat ini membuat resah satu Indonesia, dan semoga kita di lindungi sama yang maha Kuasa Aminn.

Kalau kamu mau membaca fanfiksi One Piece lain, bisa ketik di Google funfriyay.com

---------

Nächstes Kapitel