webnovel

Chapter 30 Part 1

"HAI TEMAN-TEMAN!" Luffy menyapa dengan riang. Para kru yang lain tergeletak di lantai hanya bergumam membalas salam Luffy. Luffy mendekati mereka dan duduk di lantai di sebelah mereka.

"Kalian terlihat sangat berantakan." Luffy berkomentar.

"MENURUTMU!" mereka berteriak pada Luffy dengan gigi tajam. Luffy menggaruk kepalanya dan tertawa malu.

"Maaf maaf!" Luffy meminta maaf dengan tidak tulus. "Anyway, bila kalian sudah bisa bergerak, kita diundang ke istana! Mereka sedang menyiapkan pesta untuk kita!"

"Jadi itu sebabnya kau sangat senang ?!" Nami bertanya padanya. Luffy hanya tertawa.

"Well, sebagian Karena itu, dan juga karena betapa kerennya aku ketika menghentikan perang!" Luffy mengumumkan.

"APA?!" teriak semua orang. Luffy berdiri dan mengeluarkan pedangnya.

"Ya, pasukan kerajaan ada di sebelah kanan dan para pemberontak ada di sebelah kiri. Di depan Crocodile terbaring di kakiku. Dan aku berkata: Jika kalian ingin terus berperang, aku akan menendang semua pantat kalian!" Luffy mengumumkan dan mengangkat dadanya dengan bangga.

"Benarkah?" Chopper dan Usopp berseri-seri. Luffy mengangguk.

"Kau sangat keren, Luffy!" Chopper memberitahunya dengan bintang di matanya. Luffy tertawa malu. Kru lain tampak terkejut pada Luffy.

"K-Kau benar-benar melakukan itu?" Zoro bertanya. Luffy mengangguk lagi.

"Dan aku tampak hebat, benar kan, Robin?" Luffy bertanya dan melihat ke belakang.

"Aku yakin kau kelihatan hebat." Suara berbunga-bunga terdengar. Nico Robin melangkah ke arah Luffy. Semua orang menegang ketika melihat kejadian ini.

"Ah, kau tidak melihat aksi ku?" Luffy bertanya dengan suara kecewa. Robin menggelengkan kepalanya.

"Luffy, apa yang dilakukan Miss AllSunday di sini?" Zoro bertanya. Semua orang sekarang berdiri, menyiapakan senjata mereka.

"Nico Robin adalah bagian dari kru kita sekarang." Luffy mengumumkan.

"WHAAAAT?"

--------------

Flashback:

"Hei Vivi, Raja, bisakah kalian membawa ku dan Nico Robin melihat poneglyph di Arabasta?" Luffy bertanya. Permintaan Luffy dijawab dengan tatapan kaget dari Vivi dan Cobra.

"Luffy-san, kau tidak mungkin serius kan! Batu itu kemungkinan besar menceritakan tentang senjata kuno!" Teriak Vivi.

"Aku tidak tertarik pada senjata. Aku hanya ingin melihat Rio Poneglyph." Robin memberitahunya. Cobra memandang mereka dengan ragu.

"Meskipun begitu, itu masih terlalu berbahaya." Cobra berkata. Luffy menggelengkan kepalanya.

"Nico Robin sendirian sekarang. Kurasa dia tidak akan bisa berbuat banyak dengan informasi itu jika dia sendirian." Luffy membalas. Di ikuti dengan anggukan dari Robin.

"Well, kurasa itu benar." Cobra menjawab.

----------------

Beberapa menit kemudian …

----------------

Robin berdiri di ruangan di bawah istana dan memandangi sebuah batu besar, yang dikenal sebagai poneglyph. Dia menghabiskan beberapa menit membaca tulisan di batu itu. Luffy, Vivi dan raja menjaga jarak dan memandang dari koridor.

Ketika Robin berbalik, Vivi dan Cobra terkejut. Dia meneteskan air mata di wajahnya. Dia tampak benar-benar kecewa.

'Ah Robin.' Luffy berpikir dengan sedih.

"Bukan itu." kata Robin dengan sederhana dan melihat ke tanah. "Tulisan itu memberi tahu lokasi Pluton, seperti yang aku duga. Ini adalah tujuan terakhirku dan satu-satunya petunjuk yang ku miliki, tetapi, ternyata bukan ini yang kuharapkan."

"Apa yang kau harapkan?" raja bertanya.

"Rio Poneglyph. Dari semua poneglyph yang ada di dunia, itu adalah satu-satunya batu yang menceritakan sejarah Sebenarnya."

"Sejarah Sebenarnya?" Vivi bertanya. "Apa itu?"

"Poneglyph itu menceritakan tentang periode waktu yang hilang. Sejarah yang asli tentang Void century." Robin memberitahunya. Luffy mengangguk.

"Shanks memberitahuku tentang ini." Luffy berbohong. Semua orang menatapnya. "Segala sesuatu dari periode itu telah ditutup-tutupi oleh pemerintah. Tetapi dia tidak memberi tahu ku apa yang terjadi."

"Shanks?" Robin mengulangi. "Tapi bagaimana dia bisa tahu apa yang terjadi? Tidak ada orang yang tahu tentang ini."

Luffy menggelengkan kepalanya.

"Shanks tahu." Luffy memberitahu mereka. "Tapi dia bilang kalau aku ingin tahu, aku harus mencari tahu sendiri."

"Maksudmu Shanks The Red Hair, salah satu dari Empat Yonkou?" Robin bertanya dengan ekspresi mata terbelalak.

"Dia tidak mungkin ..." Cobra memulai.

"Iya." Luffy menyela Cobra.Luffy mengabaikan ekspresi terkejut mereka dan memandang Robin.

"Mimpimu adalah mempelajari Void Century?" Luffy bertanya padanya. Robin mengangguk.

"Mimpi yang bodoh sekali ..." kata Luffy. Mendangar ini Robin menatap ke tanah lagi.

"... tapi tidak sebodoh milikku."Ucap Luffy dan kemudian menyeringai. Robin menatapnya dengan ekspresi kaget.

"Kau tidak punya tempat untuk perg lagii, apakah itu benar?" Luffy bertanya padanya. Robin menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Kalau begitu ikut aku dan kruku."

"Apa?" Robin bertanya pelan. Vivi dan Cobra memandang ke arah Luffy.

"Kami semua memiliki mimpi yang benar-benar bodoh dan mustahil, Nico Robin. Kau akan cocok dengan kami." Luffy menjawab.

"Aku tidak tahu harus berkata apa." Robin memberitahunya. Luffy hanya tersenyum mendengar Robin.

"Katakan saja ya!" Luffy berteriak. Robin tersenyum.

"Tapi apakah itu akan baik-baik saja?" Robin bertanya. "Aku adalah musuhmu. Aku membantu Crocodile."

Luffy menggelengkan kepalanya.

"Itu semua di masa lalu sekarang." Luffy memberitahunya. "Selain itu, kau juga membantu kami menyelamatkan negara Vivi."

"Dia benar." Vivi menyela. Robin menatapnya kaget.

"Kau ...," bisiknya. Vivi hanya tersenyum.

"Baiklah, Monkey D Luffy, aku akan bergabung dengan kru mu." Robin menjawab setelah hening beberapa saat.

"Itu baru gadis baik." Luffy menjawab.

"Bisakah kamu berhenti memanggilku seperti itu?"

--------------------

"Jadi, itulah yang terjadi!" Luffy memberi tahu Kru yang lain. "Dan juga, bisakah kau menunjukkan kekuatan kerenmu, Robin?"

Robin lalu menyilangkan tangannya, kemudian dua tangan tumbuh dari topi Luffy, satu di setiap sisi.

"Shishishi! Lihat, Sekarang aku Chopper!" ucap Luffy. Chopper dan Usopp menatapnya dan kemudian mulai tertawa, meskipun dalam kondisi yang babak belur.

Sanji, tentu saja tidak menentangnya bergabung, tetapi Zoro dan Nami memandang Robin dengan gugup.

"Kau tidak akan bisa meyakinkan ku dengan mudah!" Nami mengumumkan sambil menendang tanah. Robin memandangnya dengan senyuman.

"Ah ngomong-ngomong, aku punya beberapa perhiasan Crocodile!" Robin mengumumkan dan mengeluarkan tas kecil. Mata Nami langsung berubah menjadi Berry.

"Ah, aku mencintaimu, kakak!" Nami berteriak dan dengan cepat mengambil tas itu. Semua orang berkeringat melihat ini.

'Sangat tidak mudah diyakinkan, huh.' Luffy berpikir dalam dirinya sendiri dan tersenyum. Sekarang yang tersisa hanyalah Zoro, tapi Luffy tahu Robin akan membuktikan dirinya kepada Zoro dalam pertempuran.

"Sekarang, mari kita pergi ke istana, teman-teman! Ada wawancara yang menungguku!" Luffy berkicau.

"... wawancara?" semua kru mengulangi. Mereka lalu mulai bangun.

"Iya." Robin membenarkan. "Tampaknya koran Arabasta menginginkan wawancara tentang penyelamat mereka!"

Luffy tertawa riang. Sementara semua orang hanya berkeringat.

"Kau terlalu menikmati ini, Luffy!" Teriak Zoro. Luffy menggaruk kepalanya malu-malu.

"Kenapa tidak?" Robin bertanya. "Lagipula dia pahlawan sekarang!"

"Hei!" Luffy membalas dan mengarahkan pedangnya, yang masih di tangannya, ke arah Robin. Robin sedikit tersentak meilhat ini. "Aku bukan pahlawan!"

Semua orang memandangnya dengan aneh.

"Apa yang kau bicarakan, Luffy?" Nami bertanya, bingung. "Tentu saja kau Pahlawan."

Luffy menyarungkan pedangnya dan mendengus seakan dia sangat tersinggung.

"Apakah kau tahu apa itu pahlawan?" Luffy bertanya kepada mereka. Mereka hanya menatapnya. "Bayangkan kau punya sepotong daging! Seorang pahlawan akan membagikan dagingnya. Tapi aku ingin semuanya untuk diriku sendiri!"

"Begitukah cara dia menggambarkan seorang pahlawan?" Nami bertanya pada dirinya sendiri. Beberapa dari krunya tertawa mendengar.

"Sekarang, ayo! Aku ingin makan daging! Dan wawancaraku! Dan aku harus menelepon Shirohige!" Luffy mengumumkan. Robin menatapnya dengan mata terbelalak.

"Kau serius tentang itu?" Robin bertanya, lalu Luffy menjawabnya dengan mengangguk.

"Tentu saja. Saudaraku Ace dan Sabo adalah bagian dari krunya, dan Ace memberiku nomornya." Luffy memberitahunya.

"Apakah mereka 'Fire fist' dan 'Blue Gentleman'?" Robin bertanya. Luffy mengangguk.

'Wow. Untuk seseorang yang memiliki koneksi seperti itu dengan kru bukan hanya satu, tetapi dua Yonkou. ' Robin berpikir. Para Bajak laut Topi Jerami akhirnya berdiri. Luffy tanpa kata-kata membantu Zoro, yang tampaknya yang teluka paling parah, sementara Robin melanjutkan untuk menggendong Chopper kecil yang lucu (yang mendapat protes dan cemburu dari Sanji) dan kemudian membantu Usopp yang juga babak belur (kemudian dapat protes dari navigator kru , yang berkata lukanya sama parahnya). Tapi Nami mulai tenang ketika Sanji membantunya (dengan hati di matanya).

Nächstes Kapitel