webnovel

Lebih Baik Tidak Bertemu (2)

Redakteur: Wave Literature

Gu Qingqing mengangguk. "Ya, sudah tiga tahun."

Setelah sepuluh tahun sejak pertama kali bertemu dan setelah menikah selama tiga tahun, hubungan antara Leng Sicheng dan Gu Qingqing telah berubah dari orang asing menjadi orang asing yang lebih akrab. Namun, hanya hati Gu Qingqing yang perlahan berubah. Satu-satunya yang tetap tidak berubah adalah sikap Leng Sicheng terhadap Gu Qingqing.

Harusnya, ada pepatah yang mengatakan, "Lebih baik tidak bertemu sejak awal sehingga nantinya tidak akan jatuh cinta."

Tidak. Bahkan, kata jatuh cinta rasanya terlalu tinggi untuk Gu Qingqing. Ia selalu tahu bahwa hubungan ini hanyalah pagelaran tunggal dan hanya satu orang yang menjadi pemeran utama.

———

Tepat setelah ujian masuk sekolah menengah, saat Gu Qingqing masih berusia lima belas tahun, ia mendapat peringkat pertama se-kota Yancheng dan diterima di SMA 1 Yancheng, sekolah menengah atas terbaik di kota itu.

Seharusnya, Gu Qingqing merayakan pencapaiannya yang begitu memuaskan. Namun, tiba-tiba ibunya diberhentikan dari pekerjaan. Ayahnya sibuk minum dan bermain kartu judi. Kakaknya tidak lolos ujian masuk perguruan tinggi dan malah berteman dan bermain dengan sekelompok preman sepanjang hari. Jangankan memiliki uang, Gu Qingqing bahkan hampir tidak mampu untuk makan. Di mana ia bisa mendapatkan uang untuk biaya sekolah?

Suatu hari, ibu Gu Qingqing tiba-tiba pulang dengan gembira dan mengabarkan bahwa ia telah menemukan pekerjaan baru sebagai sebagai pembantu untuk keluarga kaya. Ia bekerja untuk keluarga Xu yang hanya memiliki satu anak perempuan, Xu Zijin, dan seumuran dengan Gu Qingqing. Nona Xu juga akan bersekolah di SMA 1 Yancheng.

Xu Zijin memang anak yang manja dan nilainya berantakan. Selain pacarnya yang semu karena ia sukai hanya secara sepihak, Nie Zhining, ia hanya menyebut satu nama lain—yang tak lain adalah Leng Sicheng. Misalnya, "Kak Sicheng sangat cerdas dan kuat. Ia memperoleh sertifikat tes komputer pada usia tujuh belas tahun!" atau, "Kak Sicheng sangat tampan dan penuh gaya. Gadis-gadis di sekolah sangat menyukainya!" dan juga, "Anak lelaki yang sempurna seperti Kak Leng Sicheng, hanya Kak Pei yang layak mendapatkannya!"

Dari Xu Zijin lah Gu Qingqing mendengar nama Leng Sicheng untuk pertama kalinya. Gu Qingqing berusaha meraba-raba karakter luar biasa yang Xu Zijin terus elu-elukan ini. Dia hanya anak tujuh belas tahun. Mungkin dia terlihat lebih baik, lebih pintar, dan juga memiliki latar belakang yang lebih baik. Lalu, memangnya kenapa jika begitu? pikir Gu Qingqing. 

Tunggu sampai Gu Qingqing benar-benar bertemu dengan Leng Sicheng beberapa bulan setelah itu.

———

Begitu kembali sekolah, Gu Qingqing dan Xu Zijin masuk ke SMA 1 Yancheng dan kebetulan juga ditempatkan di kelas yang sama. Selama masih duduk di bangku SMA, Gu Qingqing pastinya adalah siswi yang baik dengan prestasi yang luar biasa.

Saat itu, salah satu cara guru SMA memuji siswa yang bekerja keras seperti Gu Qingqing adalah membiarkannya berdiri di barisan paling depan saat latihan bersama tiap kelas. Dua orang, satu siswa dan satu siswi, diminta untuk memimpin latihan aerobik. Selain Gu Qingqing, ada juga pacar semu Xu Zijin yakni Nie Zhining. Xu Zijin sangat iri, namun Gu Qingqing tidak merasa harus ragu.

Gu Qingqing meneruskan gerakan latihan satu persatu. Namun, saat ia sesekali menengadah, ia melihat seseorang berjalan datang dari atas gedung. Pemuda itu mengenakan kemeja putih bersih, membuat kulitnya yang sudah putih jadi tampak lebih putih. Rambutnya coklat, matanya dingin, dan wajahnya tampak agak malas. Pemuda berdiri di lantai tertinggi gedung sekolah, sehingga Gu Qingqing perlu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi untuk melihatnya.

Tanpa disengaja, angin musim gugur berhembus dan meniup rambut lembut pemuda itu dan daun-daun yang berguguran menari di sekitarnya. Matahari menyinari dirinya dan menghiasi seluruh sosoknya hingga ia tampak seperti sebuah penampakan lukisan yang hidup. Saat itu, pemuda itu hanyalah bayangan putih yang cantik, jauh, dan tidak nyata. Namun, tiba-tiba pemuda itu tidak sengaja melirik ke arah Gu Qingqing. Pupilnya yang berwarna kuning berpendar, seperti hujan yang mengaliri hari yang cerah dengan sedikit bau hujan.

Jantung Gu Qingqing berdebar.

Nächstes Kapitel