webnovel

Jangan Menghiraukannya Beberapa Hari

Redakteur: Wave Literature

Kali ini Ji Xiaonian mulai kesal dan mengumpulkan segenap tenaganya. "Bai Yan, kamu seperti anjing kecil yang patuh dan setia!" serunya cukup keras.

Aku yakin kamu mendengarnya dengan jelas. Aku juga yakin kali ini kamu akan menanggapi perkataanku. Dan aku juga yakin kali ini kamu tidak akan lagi dapat berpura-pura seolah tidak mendengarnya, batin Ji Xiaonian dalam hati. 

Bukan Ji Xiaonian namanya jika dia tidak dapat mengatasi Bai Yan. Dia selalu punya 1001 cara agar pria yang sangat pelit berbicara itu tidak mendiamkannya terus-terusan. Seperti dugaannya, pria itu kini bereaksi atas perkataannya barusan. 

Tangan Bai Yan yang satu tetap memegang kemudi sedangkan tangan yang satunya lagi meraih telinga Ji Xiaonian dan berkata dengan geram, "Berani-beraninya kamu mengataiku anjing?"

Sedangkan Ji Xiaonian malah tersenyum senang melihat usahanya berhasil membuat Bai Yan kembali menggubrisnya. "Apa sih? Anjing kecil yang patuh dan setia kan tidak termasuk mengatai. Lagi pula, ada banyak macam anjing. Anjing jalanan, anjing jalang, anjing peliharaan dan masih banyak lagi anjing-anjing yang lainnya," sahutnya sambil tersenyum kecil.

Mendengar hal itu, Bai Yan pun semakin merasa kesal. Dia tidak paham bagaimana mungkin di bawah langit ini ada seorang gadis kecil yang berani menghinanya seperti itu. "Ji Xiaonian, kamu percaya tidak kalau aku bisa saja melemparmu keluar dari mobil ini dan menelantarkanmu di jalanan?" ucapnya dingin. Saat ini dia sungguh-sungguh ingin melempar gadis itu keluar dari mobilnya dan meninggalkannya di jalan.

Mendengar kesungguhan dari perkataan Bai Yan, Ji Xiaonian segera menggunakan jurus andalannya. Dengan suara manja dan mata berbinar-binar, dia menatap ke arah Bai Yan dan berkata, "Jangan dong. Aku lain kali tidak akan bicara seperti itu lagi. Aku akan menurut dan mendengarkan perkataanmu. Aku berjanji, Kak Yan tidak akan pernah mendengar perkataan itu keluar dari mulutku lagi." 

Ji Xiaonian meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, sementara matanya bulat menatap mata Bai Yan dan tubuhnya sedikit digoyangkan ke kiri dan ke kanan. Bai Yan hanya meliriknya sejenak, lalu dengan tatapan dingin kembali memandang ke jalan dan mempercepat laju mobilnya.

***

Setibanya di rumah Ji Xiaonian, Bai Yan menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah gadis itu. Dia tetap duduk lalu berkata, "Turun."

Ji Xiaonian menoleh ke luar jendela dan keheranan. Bagaimana mungkin perjalanan dari sekolah ke rumahku kali ini terasa sangat cepat? Rasanya baru beberapa menit saja. Mengapa tiba-tiba sudah sampai di sini? Gumamnya heran. 

Ji Xiaonian tidak bergerak sama sekali dari tempat duduknya. Dia memanyunkan bibirnya ke depan dan memasang wajah minta dikasihani menoleh menghadap Bai Yan. "Itu… Aku ingin pergi ke rumah kak Yan untuk bertemu dengan Bibi dan Paman. Aku merasa sedikit rindu pada mereka," ucapnya dengan mata memelas.

"Ji Xiaonian, kalau kamu tidak turun sekarang juga, besok jalan kaki saja sendiri pergi ke sekolah," ancam Bai Yan dengan dingin. 

Malam ini aku masih harus lembur untuk menyelesaikan beberapa urusan perusahaan. Kalau membiarkannya ikut ke rumahku, bagaimana mungkin aku dapat dengan tenang menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu? Pikir Bai Yan.

Bai Yan merasa, Ji Xiaonian sungguh-sungguh tidak bisa terus-terusan diikuti kemauannya. Dia tahu jelas bahwa gadis itu adalah seorang yang apabila diberi hati, maka akan meminta juga jantungnya sekaligus.

Melihat ekspresi wajah Bai Yan yang terlihat sangat serius dan tegas, membuat Ji Xiaonian akhirnya memutuskan untuk membuka pintu mobil dan melangkah keluar. Setelah menutup rapat pintu mobil, dia mengangkat tangan bersiap untuk melambai ke arah pujaan hatinya itu. Namun, mobil mewah itu telah melaju dengan sangat cepat meninggalkannya berdiri seorang diri di depan gerbang pintu rumahnya.

Setelahnya, Ji Xiaonian masih berdiri di sana tanpa berniat untuk masuk ke dalam rumahnya. Dia merasakan adanya perasaan sedih dan tertekan di hatinya, entah sudah berapa lama dia berdiri di sana menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang menyentuh wajahnya.

Tiba-tiba terdengar suara memanggil dirinya dari balkon lantai atas.

"Orangnya sudah pergi dari tadi. Untuk apa kamu masih berdiri di sana? Ji Xiaonian, bisa tidak kamu lebih bersemangat dan memiliki harga diri sedikit? Jangan biarkan pria itu terus-terusan membuatmu terlihat menyedihkan, oke?" 

Terlihat Ji Chen berdiri di balkon lantai dua kamarnya. Sebenarnya dia sudah sejak tadi berada di sana dan melihat dengan jelas ketika Bai Yan mengantarkan adik perempuannya itu. Melihat adik satu-satunya bersedih mengemis cinta seorang pria seperti itu, benar-benar membuatnya tidak dapat berkata apa-apa lagi. 

Jelas-jelas Bai Yan telah pergi meninggalkan Ji Xiaonian sendirian di depan gerbang. Namun, adiknya itu seolah masih tidak rela masuk ke rumah dan terus-terusan menatap ke arah mobil yang pergi menjauh. Hal ini cukup membuat hatinya terluka melihat adiknya seperti itu.

Mendengar suara kakaknya, Ji Xiaonian segera menoleh dan mendongak ke arah balkon kamar kakaknya. Dia memajukan bibirnya dan cemberut menatap Ji Chen dan berkata dengan manja, "Kak, aku lapar. Buatkan aku nasi goreng Yangzhou buatanmu."

"Kamu pulang semalam ini, memangnya Bai Yan tidak membawamu pergi makan terlebih dahulu?" tanya Ji Chen yang wajahnya berubah menjadi serius.

Dasar Bai Yan keterlaluan! Apa perlu sebegitunya terhadap adikku sampai tidak mengajaknya makan malam terlebih dahulu sebelum mengantarnya pulang? Kalau begitu caramu, maka aku juga tidak akan sungkan-sungkan lagi kelak terhadapmu, batin Ji Chen yang masih merasa kesal terhadap Bai Yan.

"Dia membawaku pergi makan, kok. Hanya saja aku belum benar-benar kenyang. Tiba-tiba terpikir akan nasi goreng buatan kakak yang lezat itu. Ayolah buatkan untukku nasi goreng itu. Kalau tidak, tengah malam nanti aku akan menggaruk-garuk pintu kamarmu dan mengganggumu tidur," ancam Ji Xiaonian sambil mengedip-ngedipkan matanya pada kakak laki-laki satu-satunya itu.

Ji Chen yang melihat kelakuan adiknya itu hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu dengan singkat dia berkata, "Oke, oke. Tunggu aku ganti baju dulu." 

Melihat kakaknya menyetujui permintaannya, Ji Xiaonian dengan riang gembira cepat-cepat masuk ke dalam rumah. Dia lalu berbaring bermalas-malasan di sofa sambil menunggu Ji Chen memasakkan makanan untuknya. 

"Kak, apa kakak yakin kalau gadis bernama Fang Miaoling itu benar-benar anak dari penyelamat hidup Bai Yan?" tanya Ji Xiaonian dengan penasaran.

Dari dapur terdengar samar-samar suara Ji Chen, "Iya benar. Tidak mungkin salah."

"Nah kalau begitu bagaimana nantinya Bai Yan dan gadis itu? Minggu ini, dia akan membawa Fang Miaoling untuk tinggal di rumahnya. Kalau dia dan Fang Miaoling tinggal bersama, lalu mereka terlibat cinta lokasi bagaimana dong?" tanya Ji Xiaonian yang merasa cemas.

Kemudian, terlihat Ji Chen yang mengenakan celemek muncul dari arah dapur sambil membawa sepiring nasi goreng Yangzhou untuk Ji Xiaonian. Seketika aroma sedap nasi goreng itu memenuhi ruangan dan membuat perut adiknya itu bergemuruh.

Ji Chen duduk di sebelah Ji Xiaonian dan meletakkan piring di hadapannya. Tidak lupa juga dia memberikan sendok makan dan diletakkannya di atas piring tersebut. Tangannya menjulur ke kepala adiknya itu dan mendorongnya ke belakang. 

"Kan sudah ku bilang berkali-kali. Jangan menjadi budak cinta bagi seorang pria. Jika tidak, dia tidak akan dapat menghargaimu nantinya," ucap Ji Chen memberi nasehat pada adik satu-satunya itu.

Ji Xiaonian meraih sendok dan menyendok nasi goreng yang ada di hadapannya itu. Tidak lama kemudian, dia sibuk melahap nasi goreng buatan Ji Chen. Sambil makan, dia menoleh ke arah kakaknya dan berkata, "Tapi aku benar-benar menyukainya. Lagi pula, kakak sendiri kan mengakui kalau pria seperti dia adalah makhluk langka di dunia ini. Aku takut kalau aku melewatkannya dan seumur hidup tidak dapat bertemu dengan pria sebaik dirinya."

Ji Chen tidak tahan melihat adiknya itu dan mendorong kepalanya pelan. "Walaupun dia baik, tapi kamu juga tidak buruk. Jadi buat apa harus mengemis cinta seperti itu?" sahutnya dengan sabar.

"Kak, bisa tidak jangan mendorong-dorong kepalaku lagi. Aku ini sudah cukup bodoh. Kalau kamu terus melakukan itu bisa-bisa aku tambah bodoh," dengus Ji Xiaonian dengan kesal.

Ji Xiaonian kembali menyendokkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya dan melanjutkan perkataannya, "Lagi pula, kamu kan tahu. Kalau aku tidak berlaku seperti ini, dia pasti akan lebih tidak memperdulikan aku. Kakak tidak mengerti dia sih. Dia itu semacam…"

Ji Xiaonian berhenti sejenak untuk berpikir sebenarnya kata apa yang tepat untuk menggambarkan sosok Bai Yan sambil menggigit sendok. Begitu terpikir akan sesuatu, dia tersenyum sambil memberitahu kakaknya, "Dia itu tipe yang dingin tapi hangat. Dia terlihat dingin di luar, padahal sebenarnya dia orang yang memiliki hati yang hangat. Dia memang tipe yang sukar untuk didekati. Tapi, kalau terus-terusan mengejarnya, semakin lama dia pasti akan menyukaiku dan hingga akhirnya cinta mati terhadapku. Percayalah padaku, Kak!"

Kini, ingatan ketika Bai Yan menciumnya muncul begitu saja di kepalanya. Belum lagi sifatnya belakangan ini yang lebih bersahabat terhadapnya, membuat Ji Xiaonian semakin yakin bahwa dirinya sudah selangkah lebih dekat dengan kesuksesan. 

Ya! Sebentar lagi dia pasti akan jatuh cinta juga padaku, batin Ji Xiaonian dalam hati.

Ji Chen hanya dapat termangu mendengar perkataan adiknya itu. Dia menghela napas dan hanya dapat terdiam menatapnya. Dia bilang aku tidak memahami Bai Yan? Yang benar saja, gumamnya dalam hati. 

Waktu yang Ji Chen habiskan bersama Bai Yan pasti jauh lebih banyak daripada Ji Xiaonian. Sebenarnya dia sendiri tidak ingin berusaha mengerti teman baiknya yang satu itu karena sungguh-sungguh sulit untuk dipahami. Bahkan mungkin di dunia ini tidak akan ada orang yang dapat memahami pria misterius itu.

"Sudah, dengarkan aku. Jangan lagi gunakan cara-cara yang biasa kamu gunakan padanya. Ikuti saranku! Jangan hiraukan dia selama beberapa hari dan jangan menghubunginya maupun mencarinya. Lakukan kegiatanmu sehari-hari tanpa memperdulikannya. Aku jamin, tidak sampai satu minggu dia pasti akan dengan sendirinya mencarimu." 

Ji Chen bersandar pada sofa dengan kedua tangan diletakkannya di belakang kepalanya. Wajahnya menyiratkan tatapan penuh keyakinan dan seolah telah memenangkan suatu perlombaan. "Walaupun dia tidak mencarimu, dia pasti akan mencari tahu tentang dirimu dengan bertanya padaku. Jadi percayalah dan lakukan sesuai dengan yang kuajarkan," sambungnya lagi. 

Dan lagi, kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya. Sehingga Ji Chen yakin bahwa rencananya akan berhasil kali ini.

Ji Xiaonian mengangkat kepalanya dari meja makan. Terdapat beberapa biji nasi yang menempel di mulutnya. Dia terlihat sedang menimbang-nimbang sesuatu, alisnya pun berkedut-kedut naik turun. "Benarkah? Apa kamu yakin? Tapi kalau dalam satu minggu itu aku merindukannya bagaimana?" tanyanya sambil tersenyum bodoh.

Nächstes Kapitel