Ezell bernaung dalam dekapan hangat Celinna. Tanpa mengatakan apapun, si pemeluk tahu bahwa saat ini Ezell tengah terluka. Celinna tak berniat bertanya karena ia cukup mengenal Ezell. Pria itu tak akan membicarakan apapun padanya jika ia tak ingin bicara.
Pada akhirnya Ezell terlelap dalam dekapan Celinna. Kemarahan yang membelenggu hati Ezell sudah kembali teredam namun tak menghilang sama sekali. Kemarahan itu siap meledak lagi jika Deane mengusiknya.
Di tempat lain, Qiandra sedang bersama dengan Erika dan juga Zack. Awalnya Qiandra cukup terkejut melihat Zack. Sedikit banyak ia masih mengingat Zack yang menidurinya satu kali. Setelah mendengar penjelasan dari Erika, barulah ia tahu bahwa pria yang ia kenal lewat ring tinju adalah putra dari pemilik firma hukum yang sangat terkenal.
Pertemuan itu diadakan untuk membahas mengenai kasus yang menjerat Albert. Setelah diteliti dan dipelajari, Erika yakin bisa membantu ayah Qiandra.
Wajah Qiandra sedikit terhembus angin segar, ia hanya butuh mendengar keyakinan dari Erika dan Zack.
Erika pergi terlebih dahulu, menyisakan Zack dan Qiandra.
"Aku tidak menyangka kita akan bertemu kembali lewat kasus ini." Zack menatap Qiandra dengan tatapan hangat.
Qiandra meraih cangkirnya, "Jangan mengungkit yang telah lalu," kemudian ia menyeruput minumannya. Qiandra benci masalalu, ia membencinya sejak Ezell menangis tepat di depan matanya. Jika bisa ia ingin menghapus masalalu, tak apa besar tanpa seorang ayah daripada harus membuat seseorang merasakan sakit yang begitu dalam.
Zack tak menyangka jika Qiandra akan sedingin ini padanya, apa mungkin waktu bisa mengubah kepribadian seseorang hingga begitu drastis.
"Pembicaraan kita sudah selesai, aku tinggal." Qiandra bangkit dari tempat duduknya.
Zack cepat meraih tangan Qiandra, "Apakah masalah ini yang membuatmu berubah, atau waktu yang begitu banyak merubahmu?"
Qiandra diam. Kata-kata Zack diucapkan seperti pria ini begitu mengenalnya padahal mereka baru bertemu satu kali dan yang kedua hari ini. Ia membalik tubuhnya, "Satu hari tak lantas membuatmu mengenalku, Pak Zack."
"Apa kau berpikir bahwa kita hanya bertemu di hari itu?"
Qiandra mengerutkan keningnya, ia benci ketika seorang meragukan ingatannya, ia berpikir tak pernah bertemu dengan Zack.
"Lepaskan tanganku!" Qiandra bisa memberontak, tapi ini terlalu memalukan jika ia harus memberontak tanpa berbicara baik-baik terlebih dahulu.
Zack menatap dalam ke mata Qiandra, tangannya masih menggenggam tangan Qiandra, "Panti asuhan Wishes."
Satu tempat itu membuat ingatan Qiandra kembali ke 12 tahun lalu. Tempat itu sering ia datangi sebelum ia akhirnya pindah ke kota dimana kediaman Albert berada.
"Tidakkah kau mengenaliku?"
Qiandra memiliki banyak teman di tempat itu, ia tak tinggal disana, tapi ketika ibunya bekerja, ia sering bermain di tempat itu. Pengurus panti asuhan adalah teman ibunya.
Ketika ingatannya benar-benar terulang lagi, ia mencocokan seorang anak laki-laki dengan Zack, tapi nama anak itu bukan Zack melainkan Angelo. Anak laki-laki yang tak pernah absen menemaninya bermain. Salah satu yang membuat Qiandra datang ke panti asuhan dengan wajah penuh senyuman.
Zack tidak mengatakan apapun, ia membiarkan Qiandra untuk berpikir, ia mungkin akan kecewa ketika Qiandra tak bisa menebak tapi ia cukup senang karena Qiandra mengingat tempat yang pernah ia tinggali selama 13 tahun lamanya, sebelum akhirnya ia bertemu dengan ayah kandungnya yang datang ke panti asuhan dan membawanya pergi. Ayahnya adalah pria yang memiliki kekayaan yang saat ia kecil suka ia khayalkan.
"Angelo?" Qiandra menyebutkan nama itu ketika ia cukup yakin setelah melihat wajah Zack dengan seksama. Tahi lalat di dekat hidung Angelo dimiliki oleh Zack. Dan warna mata itu juga sama dengan warna mata Angelo.
Zack tak harus kecewa, Qiandra mengingatnya, "Jadi, apakah masalalu tentang Angelo dan Qian 12 tahun lalu juga tidak boleh diungkit?"
Qiandra tak pernah merasa ada yang salah dengan kenangannya ketika bersama dengan Angelo kecil, sebuah kenangan yang sampai detik ini masih ia ingat. Setelah kematian ayahnya, hari tak begitu buruk karena ada Angelo dan beberapa temannya yang lain.
"Apakah seburuk itu aku di masalalu?" Zack bersuara lagi.
Qiandra merasa tak nyaman dengan kalimat Zack, "Bukan seperti itu. Aku tidak mengenalimu dan kau tidak mengatakan apapun padaku tentang siapa kau. Mengenai hari itu, aku menganggap itu sesuatu yang tak perlu aku ingat. Kau mengerti kehidupan jaman sekarang, bukan?"
Zack tak menyangka akan mendapatkan kata yang cukup menyakitkan untuknya, hari itu bahkan menjadi hari yang tak bisa ia lupakan namun bagi Qiandra, hari itu bahkan tak perlu diingat.
"Aku mengerti. Wanita dan pria dalam satu malam bersama. Itu sudah biasa terjadi. Aku tidak akan mengungkit tentang hal itu. Tapi, tentang Angelo dan Qian, aku pikir kita bisa kembali seperti kita di masa kecil."
"Tak ada hubungan pertemanan yang terputus diantara kita. Hanya saja sepertinya saat ini pertemanan antara Angelo dan Qian harus berubah menjadi Zack dan Qian." Suasananya sudah cukup bersahabat. Wajah Qiandra kembali terlihat ramah.
Zack melepaskan tangan Qiandra, "Kau bisa memanggilku Angelo jika kau tidak suka dengan nama yang Ayahku berikan padaku."
"Oh, tidak. Itu baik-baik saja. Zack cukup baik di ucapkan."
"Jadi, bisakah kita kembali duduk?"
Qiandra melihat ke tempat duduknya, ia akhirnya menganggukan kepalanya dan duduk. Tadi, ia ingin pergi karena ia merasa Zack adalah orang asing. Dan sekarang, Zack adalah Angelo, selama Zack tak membicarakan mengenai hari itu, maka mereka akan berada dalam suasana pertemanan yang baik.
Mereka bercakap, menceritakan tentang apa yang terjadi selama 12 tahun terakhir. Di cerita ini Qiandra tak begitu banyak menceritakan masalah keluarganya karena ia yakin Zack sudah tahu apa yang terjadi di keluarganya. Ia yakin Erika sudah bercerita pada Zack mengenai keluarganya, tak ada yang ia sembunyikan dari Erika karena cerita itu perlu untuk kasus yang sedang berjalan.
Sementara Zack, ia tak menyinggung masalah keluarga baru Qiandra. Ia tahu bahwa sulit bagi Qiandra untuk menceritakan tentang permasalahan keluarganya.
Setelah beberapa saat, Qiandra memutuskan untuk pergi. Ia menerima panggilan dari Beverly yang membutuhkan bantuannya dalam kasus dana gelap Aetero.
♥♥
Setelah membantu Beverly, Qiandra segera kembali ke kediaman Ezell. Hari sudah pukul 7 malam. Qiandra tak diperbolehkan kembali ke kediaman Ezell lewat jam makan malam, jam 8 malam. Entah kenapa Ezell memilih jam itu untuk makan malam.
Qiandra keluar dari mobilnya, matanya melihat ke arah deretan mobil mewah Ezell, semuanya lengkap. Artinya ada Ezell di kediaman itu. Qiandra menarik nafasnya, setelah ia benar-benar marah pada Ezell karena kejam pada Albert kini ia merasa bersalah, semua kemarahan itu lenyap berganti dengan simpati kembali. Ia tak tahu harus bagaimana pada Ezell.
Kaki Qiandra melangkah masuk, setiap ia berpapasan dengan pelayan, ia menundukan kepalanya membalas sapaan dari para pelayan.
"Dimana tuan Ezell?" Qiandra bertanya pada kepala pelayan.
"Di kamarnya."
Qiandra melangkah menuju ke kamar Ezell, ia ingin melihat Ezell untuk memastikan pria itu baik-baik saja.
Tok! Tok! Qiandra membuka pintu setelah ia mengetuk pintu.
Kakinya tak bisa melangkah masuk ketika ia melihat Celinna dan Ezell bergumul di atas ranjang.
Mata tajam Ezell menyapu matanya, memberikan tatapan datar yang tak tahu apa maknanya. Ezell orang yang sulit ditebak, dengan mata datar itu tak bisa diartikan dia baik atau marah. Terlalu menyesatkan dan membingungkan.
Ezell tak mengatakan apapun, ia terus melanjutkan kegiatannya bersama dengan Celinna. Bdsm masih ia terapkan bersama dengan Celinna, bagi seseorang yang benar-benar mengerti BDSM, hal itu bukan siksaan melainkan kenikmatan. Sementara yang Ezell lakukan pada Qiandra, dianggap kejam oleh Qiandra karena Qiandra bukan orang yang menikmati BDSM.
Qiandra akhirnya menutup pintu kamar Ezell, pria itu sudah baik-baik saja. Ya, dia baik-baiks aja.
Masuk ke kamarnya, Qiandra langsung melangkah menuju ke ranjang. Duduk disana dengan otak yang terus memikirkan Ezell dan Celinna. Entah kenapa rasanya begitu menyebalkan memikirkan tentang hal itu.
Setiap hari, selama beberapa bulan ia terus tidur dengan pria yang tidur dengan banyak wanita. Memikirkannya saja membuat Qiandra menghela nafas, sangat jauh dari yang ia bayangkan. Ia selalu berpikir untuk dijadikan satu-satunya. Tapi disini dia hilang ingatan untuk sementara waktu. Dia lupa bahwa dia juga melakukan hal yang sama, meskipun hanya sekali tapi itu tetap saja bukan jadi satu-satunya.
"Apa yang aku pikirkan? Bagus dia tidur dengan Celinna. Itu lebih masuk akal, daripada tidur denganku yang adik tirinya." Qiandra mencoba untuk menjadi logis. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan segera melangkah ke kamar mandi.
Setelah membersihkan tubuhnya, Qiandra turun ke lantai satu untuk makan malam. Malam ini dia makan sendiri, Ezell tak keluar dari kamarnya. Qiandra merasa buruk, setelah hampir tiap malam selalu makan bersama kini ia makan sendiri.
Sudahlah, tak perlu dipikirkan. Qiandra mengenyahkan pemikirannya, meski ia merasa sepi tapi ia tetap melanjutkan makan malamnya.
Malam sudah benar-benar larut. Ezell tak ke kamarnya, tak meminta untuk bermain bertiga atau apapun. Itu artinya ia akan tidur sendirian malam ini.
"Tak perlu dipikirkan, Qiandra. Otakmu terlalu banyak memikirkan hal-hal." Qiandra lagi-lagi mengenyahkan pemikirannya. Ia segera menutup matanya dan terlelap beberapa menit kemudian.
tbc