webnovel

Bab 4

Mobil milik Gathan berhenti di lampu merah, tangannya mengetuk-ngetuk setir mobil sembari bersenandung ria. Hatinya berbunga-bunga setelah mendapat nomer telfon dari gadis pujaannya yang bernama Irana Dirja.

"Ck, kayak anak perjaka pas malam pertama aja Lo," cibir Binar mengejek sikap berlebihan Gathan.

"Gue emang masih perjaka, geblek!" sungut Gathan tak urung tertawa. "Gue senang aja, Lo pasti tahu kalau gue nggak gampang ngasih feedback untuk cewek yang deket sama gue."

"Nah, itu dia! Gue jadi heran apa pesona cewek itu sampai bisa membuat lo jadi kayak monyet minta dikawinin gini."

"Entahlah, gue juga bingung. Suka aja gitu, tanpa alasan." Gathan tersenyum menerawang.

Lampu tinggal 20 detik lagi akan menyala hijau.

Gathan tak sengaja melirik ke arah halte bis yang ada di seberang kanan jalan zebracross di depannya. Dia melihat Rana berdiri di antara beberapa orang yang tengah menanti Bus datang. Tanpa fikir panjang, Gathan langsung melepas seatbelt yang dipakainya.

"Eh, Than, lo mau kemana?"tanya Binar heran.

"Cabut," balas Gathan singkat. Pria itu segera keluar dari mobil dan menyebrangi zebracross karena bus yang ditunggu Rana sudah datang. Mauk ke dalam bus yang melaju pelan.

"Aish." Binar menggaruk rambutnya yang tak gatal. Tak habis fikir dengan tingkah Gathan barusan.

Tin! Tin!

Bunyi klakson dari mobil di belakang, membuat Binar panik. Buru-buru dia keluar dari mobil dan berganti duduk di balik kemudi. Menjalankan mobil milik Gathan, sembari mengomel tidak jelas.

Di dalam Bus, Gathan mengambil tempat duduk di nomer dua paling belakang, menatap punggung Rana yang duduk dua bangku di depannya.

"Tuh cewek cantik juga kalo dilihat-lihat," gumam Gathan seraya terus memandangi wajah Rana dari samping tanpa berkedip sambil tersenyum kecil.

Tak berapa lama, Rana turun di salah satu halte. Gathan mengikuti Rana turun dari bis. Melihat ke sekeliling dan merasa asing dengan wilayah ini.

Kaki Gathan terus melangkah mengikuti sepasang kaki yang berjalan dahulu di depannya. Tak jarang ia bersembunyi karena Rana menoleh ke belakang dengan wajah curiga.

"Aneh, kok kayak ada yang ngikutin gue ya," gumam Rana dengan alis menyatu.

Setelah berjalan kurang lebih 15 menit akhirya Rana sampai di depan sebuah gang yang menuju ruko-ruko.

"Ngapain Rana ke sini?" gumam Gathan pelan sembari terus memperhatikan Rana sembunyi-sembunyi. Pasalnya kawasan ini hanya dipenuhi oleh ruko-ruko dan bukannya perumahan.

Tring! Binar calling!

Gathan buru-buru meraih ponselnya dan mematikan sambungan sebelum Rana mengetahui keberadaannya. Huft. Gathan menghela nafasnya lega saat Rana trus berjalan dan tak menyadari keberadaannya. Ia kemudian mengecek kembali ponselnya saat sudah berada cukup jauh dari Rana.

"Halo, apaan sih?" tanya Gathan buru-buru, sesekali melirik ke depan takut kehilangan jejak Rana.

"Gue yang harusnya nanya! Maksud lo apa ninggalin gue gitu aja," sungut Binar.

"Sorry, gue lagi ada misi penting ini."

"Halah, misi penting apaan. Ini gueudah ada di rumah lo. Mendingan lo sekarang pulang deh."

"Gue lagi buntutin Ran… Eh, kok ngilang?" Gathan panik karena punggung Rana sudah tak terlihat lagi. Pria itu membiarkan ponselnya terus menyala dan berlari ke arah depan, melihat ke sekeliling dan tak menemukan sosok Rana lagi.

"Halo, Than! Halo, eh, lo dengerin gue nggak sih? Gathan!" Binar terus memanggil nama Gathan karena pria itu tidak meresponnya.

"Iye, bawel! Gara-gara lo gue kehilagan jejak Rana lagi nih," dumel Gathan.

"Bodo amat! Buruan pulang!"

"Ck, lo kayak nyokap gue deh." Gathan menggerutu sembari berjalan ke depan gang. Pria itu menoleh ke belakang sebentar sebelum kembali berjalan. Rencananya untuk membututi Rana gagal sudah dan untuk keduakalinya ini disebabkan oleh Binar.

*****

"Nah, itu dia anaknya, Tan," seru Binar saat melihat Gathan muncul dari ruang tamu. Binar tengah menikmati kue buatan Ratih saat Gathan datang. "Lo darimana aja sih?"

"Lo gangguin gue cumi! Nggak usah sok nanya lagi," ketus Gathan lalu duduk di depan Binar.

"Hahahaha." Binar tertawa nyaring.

"Udah ah, sana mandi! Bau matahari," perintah Ratih pada anaknya.

"Ya udah, kita ke kamar dulu, Ma," pamit Gathan menarik lengan Binar supaya ikut dengannya ke kamar.

Sampai kamar, Gathan langsung membuang tasnya ke atas kasur. Pria itu kemudian berjalan ke kamar mandi, menyegarkan badannya yang sudah lengket keringat dengan air dingin. Sedangkan Binar memilih untuk bermain gitar milik Gathan di beranda kamar Gathan. Menyenandungkan beberapa lagu yang ia ketahui sembari memetik kunci gitar. Binar memang ikut ekstra musik, jadi ia bisa beberapa alat musik terutama piano.

Beberapa menit kemudian Gathan keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk sebatas pinggul ke bawah. Pria itu mengacak-acak rambutnya yang basah, lalu meraih tas di atas kasur mencari ponselnya. Mengcek beberapa sosial media miliknya, lantas menaruhnya di atas kasur saat sudah selesai memeriksa.

Gathan mengambil satu kaos warna hitam dan juga celana panjang warna putih. Memakainya di closet dan kembali ke kamar dengan setelan yang tadi. Pria itu menghampiri Binar yang masih duduk di beranda.

"Jadi lo tadi kemana?" tanya Binar menoleh ke arah Gathan yang baru bergabung dengannya.

"Gue nggak begitu tahu daerahnya sih, tapi ke arah Sudirman. Gang ruko-ruko," sahut Gathan.

"Ruko?" Binar menaruh gitar yang tadi dipegangnya ke atas meja. "Dia punya ruko? Atau kerja partime? Jangan-jangan dia ketemu sama pacaratau gebetan dia."

"Nah, itu dia! Kalau aja lo tadi nggak nelfon gue, pasti sekarang gue udah tahu alasan Rana pergi ke sana," sungut Gathan masih kesal dengan kejadian tadi.

"Hahahaha, sorry-sorry." Binar tertawa sembari meminta maaf. "Game yuk! Lagi stres gue!"

"Kenapa? Sahabat lo punya pacar baru lagi?" ledek Gathan yang hafal dengan penyebab Binar jika lagi stres.

Binar hanya tersenyum kecut.

"Nar, Nar. Salut sih, gue sama lo. Temenan dari kecil, naruh perasaan dari SD, nggak pernah dianggap lebih dari temen, tapi lo masih betah aje. Sabar, Sob, badai pasti berlalu."

"Heleh."

Sambil menunggu makan malam, mereka memutuskan untuk bermain game.

Nächstes Kapitel