webnovel

Kabar Angin

"Apa kata kamu? Alea?" Zio tersentak. Nama itu adalah nama seorang gadis yang selama ini dia cari. Masa iya seorang Zio cuma berpacaran selama satu hari saja dan itu pun dia di putuskan secara satu pihak. Setelah memutuskan Zio Alea bahkan hilang bagaikan di telan bumi.

Keberadaan gadis itu tidak terlihat, entah berada di belahan benua mana, yang pasti Zio terus mencari di kota tersebut, namun dia tidak sempat mencari ke luar Negeri. Karena memang pria tampan itu belum ada waktu untuk jalan-jalan keliling Dunia untuk sekedar mencari keberadaan Alea.

"Kamu butuh uang berapa?" tanya Zio kepada Tito.

"Aku cuma becanda, Zio," seru Tito terkekeh.

"Apanya yang becanda?" Alea atau uang?" Zio mengerutkan dahinya.

"Uangnya, aku cuma becanda, kalau informasi tentang Alea itu beneran," kata Tito dengan senyuman manisnya. tito tahu dengan jelas bahwa Zio sang sahabat pasti sangat senang jika mendengar informasi tentang keberadaan gadisnya.

"Tito aku sayang sama kamu, cepat ceritakan semuanya tentang Alea, di mana dia sekarang?" Zio penuh harap sambil menatap tito.

"Eh aku masih normal, dan masih suka Elena." Tito bergidik.

"Ayolah ceritakan tentang dia, aku sudah tidak sabar, ya Tuhan ini sungguh membuat aku begitu penasaran," kata Zio dengan penuh harap.

"Baik aku akan ceritakan semuanya tentang gadismu itu, tapi ceritanya panjang, kamu harus tahu dari awal dan tidak boleh setengah-setengah. Karena nanti jika info itu datang setengah-setengah, bisa terjadi kesalahpahaman," tutur Tito dengan serius.

"Oke ceritakan semuanya sedari awal," pinta Zio.

"Begini Zio. Kamu tadi kan berpapasan dengan seorang gadis di tempat parkir sana, kamu ingat siapa dia?" tanya Tito.

"Oh gadis tadi, kamu lihat juga ya. Dia katanya sempat bertemu denganku di club malam," kata Zio terlihat begitu malas.

"Dia itu namanya Evana, kenapa kamu sampai lupa," seru Tito.

"Begini untuk apa aku ingat dia, Evana itu siapa?" Zio mengerutkan keningnya.

"Tuh kan kamu lupa, kamu emang jarang memperhatikan cewe he he he." Tito terkekeh.

"Kamu tertawa, sudahlah kamu jangan begitu, cepat ceritakan semuanya, malah cengengesan seperti cewe." Zio berkata dengan kesal karena dia sudah tidak sabar ingin segera mendengar info berikutnya.

"Sabar dong brow, jadi Evana itu adalah kakak dari Alea," jawab Tito.

"What?" Zio membulatkan matanya.

"Iya, tuh kan kamu lupa, bukannya dulu kalian dan kita memang pernah ketemu dengan gadis itu," sahut Tito.

"Iya sih, tapi aku beneran tidak memperhatikan gadis lain saat Alea, karena tujuan utamaku adalah Alea, bukan kakaknya atau pun siapa," jawab Zio.

"Good job, karena Evana ternyata gadis ular, dia jahat Zio, dia itu hendak melukai Alea," kata Tito.

"Apa, kamu bicara jangan sembarangan," Zio terkejut.

"Untuk apa aku bercanda, begini Zio, Evana itu bukan kakak kandung dari Alea, tetapi anak dari seorang narapidana, dan narapidana itu sangat benci dengan mami dan papinya Alea, sehingga Alea adalah sasaran empuk untuk mereka balas dendam, wanita tua itu ingin melihat mami papi Alea sedih karena Alea hancur," kata Tito.

"Apa separah itu?" Zio tidak habis pikir.

"Jelas, aku menguping sampai mereka selesai berbicara," kata Tito.

"Terus di mana Alea sekarang?" tanya Zio. Pria itu sudah tidak sabar ingin bertemu dengan gadis yang membuat di begitu penasaran.

"Alea ada bersama kakaknya," jawab Tito.

"Iya dimana itu?" Zio penasaran

"Prancis," seru tito dengan senyumannya.

'Prancis?" Zio membulatkan matanya.

"Iya, dan sekarang Evana sedang berusaha untuk membuat Alea pulang dan mencelakai gadis itu," ucap Tito.

"Apa? Kenapa ada orang sejahat itu, aku setuju sih Evana membawa alea pulang ke Indonesia, tetapi dengan niat Evana seperti itu, itu akan menjadi urusanku," kata Zio sambil mengepalkan tangannya karena merasa sangat marah dan kesal.

"Iya kamu harus melindungi Alea bagaimana pun caranya," ujar Tito.

"Tapi sekarang kan Aleanya juga tidak ada, aku harus apa?" Zio menatap Tito dengan wajah kebingungan.

'Tidakkah kamu mau menyusul Alea ke Prancis?" tanya Tito.

"Untuk sekarang aku belum bisa, aku harus cari uang untuk membebaskan Asya terlebih dahulu, uang 100 juta aku harus mencari kemana?" Zio menghela napas panjang. Dan membuangnya sembarang.

"Jadi bagaimana?"

"Aku ingin cari uang tapi bagaimana caranya, apa kamu ada ide?" tanya Zio.

"Entahlan aku pun bingung. Tabunganku saja mungkin hanya sekitar 10 jutaan dan tidak lebih." Tito menatap Zio penuh sesal.

"Aku sudah tidak punya tabungan, aku sudah pakai semua untuk biaya operasi kakinya Asya," seru Zio dengan lemas.

"Iya, keluarga Asya bukan orang kaya, dan sepentinya papanya asya sangat ingin kamu menjadi menantunya," seru Tito.

"Papa saya hanya salah faham saja, nanti juga dia akan mengerti kalau aku dan anaknya hanya sekadar teman," kata Zio dengan perlahan.

"Iya aku tau, tapi obsesi seorang ayah sangat menyeramkan, aku takutnya papa Asya terobsesi dengan kamu," seru Tito.

"Tidak akan," jawab Zio.

"Yakin sekali?" tangkas Tito.

"Harus, karena aku tidak mau menjadi menantunya, aku hanya ingin menolong Asya saja, bukan ingin menjadi kekasih Asya." tangkis Zio sambil memanggil pelayan kantin untuk memesan segelas minuman segar.

"Iya aku tahu kita dan Asya memang berteman, aku juga tidak mau membuat kamu kesusahan sendiri, aku akan berusaha membantu kamu untuk mencari uang," kata Tito.

"Jadi bagaimana caranya agar kita bisa secepatnya cari jalan, agar bisa dapat uang?" Zio merasa frustasi.

"Nanti aku akan cari informasi, kita tenang saja dulu, Asya kan masih sakit, tidak mungkin kan Reyvan merangkak di atas tubuh saya dalam keadaan kondisi Asya yang kesakitan, setidaknya Reyvan pasti ingin Asya sembuh terlebih dahulu," kata Tito kepada Zio.

"Itu memang benar, yasudah kita berdo'a saja semoga cepat di berikan jalan keluar." Zio menghela napas panjang.

"Iya benar, pasti akan ada jalan, niat kita kan baik," kata Tito.

"Iya betul, aku hanya tidak ingin Asya menjadi budak seksnya si Reyvan, ya terkecuali kalau Asya sendiri yang menginginkannya." Pria itu menatap sang sahabat dengan mata redupnya.

"Aku tidak yakin, Asya sepertinya tidak akan semudah itu jatuh cinta, apalagi kepada si Reyvan," kata Tito.

"Bisa saja, Reyvan kaya raya dan tampan, anak seorang mafia yang tajir," seru Zio.

"Aku percaya Asya, Zio. Asya tidak mungkin mau dekat dengan anak seorang mafia," kata Tito dengan keyakinannya.

"Ya semoga saja begitu, sehingga semua perjuangan kita untuk membebaskan Asya tidak sia-sia," kata Zio.

Dan Tito pun tersenyum dengan manis. Mereka kini masih kebingungan bagaimana caranya untuk mencari uang sebanyak itu.

___________

Kangen engga?

Ayo kirim batu kuasa untuk Zio.

Eh udah folow Instagramku belum, ayo folow dan posting visual Zio dan alea versi kalian. jangan lupa taq aku dan taq 10 teman kalian siapa pun itu. nanti visual yang paling aku sukai, akan mendapatkan sebuah hadiah buku dariku.

Buku My Baby, buku ini akan aku kirimkan langsung ke tempat pemenang.

Waktunya seminggu ini ya.

Nächstes Kapitel