webnovel

Bab 22

"Ayah.... Ibu .."

Di sebuah ruangan terlihat Molly yang terlihat sangat khawatir.

Dia saat ini memegang handuk yang terkadang di celupkan ke dalam kotak kayu seukuran telapak tangan.

Kotak kayu itu di isi oleh air.

Di depannya terlihat Ray yang sedang berbaring dengan mata tertutup.

Ray terlihat di balut beberapa kain putih di lengan dan betisnya.

Sesekali dia menyebutkan dan memangil orang tuanya.

Sudah 3 hari berlalu setelah kejadian sebelumnya, setelah Mihawk membuatnya pingsan, Ray sama sekali belum terbangun.

Walaupun dia terkadang berbicara, tetapi dia sama sekali belum pernah membuka matanya.

Hal yang paling membuat Molly bertambah khawatir adalah Ray demam, dan demamnya terlihat semakin parah.

"Ayah... Ibu..." Sekali lagi Ray memanggil orang tuanya.

"Tuan muda..." mendengar itu Molly semakin terlihat sedih dengan aliran air mata mengalir di pipinya.

"Ayah.... ayah... jangan tinggalkan saya... ibu... jangan pergi ... ayah... ibu..."Kembali Ray berkata yang membuat Molly semakin menjadi sedih.

"Tuan muda.. tolong bangun.. tuan muda... hu. huuuu" Molly berkata sambil menangis.

Kali ini Ray terdiam dan tidak lagi memanggil orang tuanya, tetapi masih dengan mata tertutup.

Melihat Ray yang secara bertahap tenang Molly kemudian mengangkat kotak kayu berniat untuk mengisi air.

Berdiri lalu melangkah pergi, setelah satu langkah dia kembali menoleh kebelakang melihat Ray yang terlihat tenang tetapi pucat.

Setibanya di luar, dia di hentikan oleh Jewelry Bonney yang berkata.

"Molly... bagaimana keadaan tuan muda???"

"Seperti biasa... dia masih belum sadar... hu .. hu... " setelah menjawab Molly kemudian meraih pinggang Jewelry Bonney dan memeluknya lalu menangis.

"Cup ... cup.. cup.. sudah jangan menangis.. nanti jika tuan muda tahu bahwa kamu menangis saya pasti akan di omelin habis habisan" Jewelry Bonney berkata.

"Hehehe.. tapi... tapi .. tuan muda masih belum bangun.. hu .. hu..." Walaupun menangis Molly tertawa setelah mendengar kata katanya, tetapi setelah mengingat bahwa Ray masih belum sadar dia kembali menangis.

"Ayah.... Ibu...." Terdengar suara Ray berteriak dari dalam ruangan.

Kali ini suaranya sangatlah keras sehingga terdengar pada seluruh kru kapal yang membuat masing masing menundukkan kepala karena sedih.

Mendengar suara Ray, Molly kemudian berlari sekuat tenaga menuju ruangan lalu meraih tangannya.

"Tuan muda.... tuan muda... " Sambil menangis Molly berkata.

"Ayah... " Kali ini terlihat Ray mengerakkan badannya ke kiri dan ke kanan.

"Ibu....." Ray lalu berteriak dan terbangun dari tidurnya.

"Ughhh.."Setelah terbangun Ray merasakan seluruh badannya berteriak kesakitan, dia dengan lemah mengerang.

Melihat Ray terbangun Molly dengan wajah di penuhi dengan air mata memeluk Ray dari pinggangnya sambil menyebut tuan muda secara terus menerus.

"Ughhh... Molly... bisakah kamu melepaskan pelukanmu?? badanku terasa akan meledak jika terus seperti ini" Ray kemudian berkata.

"Hu.... tuan muda ... tuan muda.. hu..." tetapi seakan tidak mendengar Molly terus memeluknya bahkan semakin memeluknya dengan erat.

"Molly...." Ray berkata dengan lembut lalu membalas pelukan itu walaupun badannya terasa sangat menyakitkan.

"Tuan muda.. tolong jangan tinggalkan saya sendiri... tuan muda.. hu... saya takut.. hu.. hu..." Molly berkata sambil terus menangis.

"Maaf... saya minta maaf... saya tidak akan meninggalkan kamu... dan... saya minta maaf untuk yang sebelumnya... maaf"

"Un... Tidak masalah.... saya memaafkanmu selama kamu tidak akan meninggalkan saya sendirian...."

"Tidak... saya janji.. tidak akan ... "

Setelah beberapa menit dengan posisi yang terus seperti itu Molly kemudian mulai tenang.

"Tuan muda... saya senang akhirnya kamu sadar .. ah.. kamu pasti lapar iyakan??. saya akan mengambilkan kamu makanan .. tunggu sebentar..." Setelah berkata Molly kemudian melepaskan diri dari pelukan Ray dan bangkit berdiri melangkah menuju ke arah dapur.

Setelah kepergian Molly seseorang kemudian melangkah memasuki ruangan.

"Bagaimana keadaanmu??..."

Ray menoleh melihat kearah sumber suara melihat Mihawk berdiri di dinding dan juga Jewelry Bonney disampingnya.

Sebenarnya mereka sudah tahu akan sadarnya Ray lebih awal tetapi mereka memberikan waktu untuk keduanya.

"Yah.. seperti yang kamu lihat ... walaupun saya merasa menyakitkan pada seluruh badan tetapi hanya itu dan bukan masalah" Ray menjawab setelah melihatnya.

"Yah... Jika kamu merasa lebih baik.. datang temui saya" setelah berkata Mihawk kemudian melangkah meninggalkan ruangan.

"Selamat atas sadarnya tuan muda" setelah berkata Jewelry Bonney kemudian mengikuti Mihawk meninggalkan ruangan.

Nächstes Kapitel