webnovel

Rasa Yang Tidak Bisa Di Kontrol

Aku keluar dari kamarnya sembari memegangi dadaku yang gak tau kenapa tiba-tiba berdegup tidak beraturan.

Setelah menutup pintu kamar Vino aku langsung bergegas menuju ke kamarku, untuk mandi.

Ku buka kaus oblongku dan semua kain yang menempel di tubuhku. Ku sambar handuk yang tergantung dengan rapi di samping pintu kamar mandi.

Aku langsung menuju ke shower untuk menyalakan mode air hangat. Saat butiran air tersebut menyiram tubuhku, rasanya begitu hangat kupejamkan mataku merasakan hangatnya butiran air yang membasahi seluruh tubuhku.

Aku membelai tubuhku sendiri dengan halus dari atas ke bawah, dan aku baru menyadari bahwa senjataku sudah tegang saat aku menyentuhnya.

Hmmm Tristan jangan lakukan ini.

Tapi aku rasanya tidak bisa menahan gairah yang sudah menyelimuti diriku, aku menggenggam senjataku dengan mantap dan aku menggerakkannya secara perlahan. Aku mengurangi derasnya air yang mengguyur tubuhku, lalu dengan cepat aku mengambil sabun cair yang berada di tatanan rak di sebelahku.

Aku oleskan ke tanganku dan dengan perlahan aku menggunakan untuk melicinkan senjataku, untuk mendapatkan sensasi tersendiri. Aku mengocoknya dengan perlahan, sambil membayangkan pada waktu aku bersetubuh dengan Vino.

Aku ingat sekali kejadian itu, yang sebenarnya membuatku candu untuk melakukannya lagi. Tapi aku juga sadar bahwa aku tidak ingin terlalu menyakitinya dengan bermain dengannya...

Ahhh ahhh

Aku merasakan sensasi yang nyaman sekali ada saat aku mengocoknya secara perlahan. Rasa yang menggelikan muncul dari ujung senjataku. Dengan cepat aku tambahkan pacuan pada tanganku.

Ahhh Ahhhh

Hingga akhirnya rasa yang benar-benar aku tunggu itu, muncul dan mengeluarkan cairan kental berwarna putih yang

Ahhhh.. Ahhhh

Melegakan sekali rasanya jikalau mencapai Puncak tersebut. Aku menyadarkan tubuhku ke dinding tempat shower sembari membasahi tubuhku dengan air hangat.

Huh... Rasanya lega sekali bisa melampiaskan rasa yang udah aku pendam beberapa hari ini.

Huhh memang melelahkan jikalau kita melalukan orgasme pada diri sendiri. Namun tidak sebanding dengan di saat kita melakukan itu dengan seseorang.

Okay, Tristan kamu harus benar-benar bisa mengontrol hawa nafsumu okay. Jangan minta kalau bukan Vino yang minta. Ok itu adalah pengingat untuk diriku sendiri.

Waktunya untuk mandi.

***

"Mas Vino permisi" Ucap Bi Inah perlahan sambil mengetuk pintu kamar Vino.

"Ya, bi ada apa?" ujar Vino malas sembari mengucek matanya.

"Mas udah sore, waktunya makan malam!"

jawab Bi Inah dari balik pintu kamar Vino.

"Ahh iya Bi, bentar ta Vino cuci muka dulu!" Sahut Vino sambil beranjak dari ranjangnya dengan malas.

Sedangkan Bi Inah langsung menuju kamar Tristan. Karena pintunya terbuka sedikit Bi Inah langsung membukanya dengan perlahan sambil memanggil Tristan.

"Mas Trist..!"

"Aaaa Bi, Ngapain!!!" Ujar Tristan kaget sambil menyambet selimut yang berada di sampingnya untuk menutupi tubuhnya yang ternyata masih telanjang di atas ranjang.

"Ah maaf mas, cuma mau ngasih info kalau makan malam udah siap" Ujar Bi Inah sambil memalingkan wajah untuk tidak melihat Tristan yang sedang sibuk kepanikan di atas ranjang.

"Iya, Iya Bi, habis ini nyusul. Bi... Tutup pintu, lain kali ketuk dulu ya Bi!"

"Iya mas" ucap Bi Inah pelan sambil menutup pintu kamar Tristan.

Duh hampir saja ketauan, kalau Bi Inah tau aku lagi mainin senjata aku... Bisa berabe kan tadi.. huhh mana lupa tutup pintu lagi.. duh Tristan goblok... Batin Tristan sambil mengambil pakaian untuk berganti.

Ternyata setelah mandi tadi, sampai sore Tristan putuskan untuk menghabiskan waktunya di atas ranjang dengan tangan kiri memegang Hp dan tangan kanannya memainkan senjatanya...

Tak lama kemudian setelah bersiap Tristan langsung menuju ke ruang makan untuk menikmati makan malamnya.

"Loh Bi, si Vino dimana?" Tanya Tristan sambil melihat sekeliling mencari adiknya itu.

"Ah tadi mas Vino bilang kalau lagi cuci muka" Ucap Bi Inah sambil menaruh piring di sebelah Tristan.

"Ah okay!"

Mendingan aku tunggu aja si Vino, biar bisa makan bareng. Batin Tristan sambil senyum-senyum sendiri di meja ruang makan.

"Mas? Mas gak papa?"

Semua lamunan Tristan langsung lenyap pada saat Bi Inah bertanya kepada Tristan.

"Ahhh Apaan sih bi, ganggu orang ngelamun aja" Ujar Tristan sewot, namun gak beneran sewot.

"Lagian sih, Mas Tristan senyum-senyum sendiri... Gak boleh ngelamun kelamaan lo mas nanti kesambet!" Ujar Bi Inah menggoda Tristan.

"Ahh Ada apa sih, kok kayak rame banget ketinggalan apa nih aku!" Sahut Vini yang baru saja datang dengan menggunakan baju piyama pendek berwarna biru bermotif Doraemon.

Dan pada saat itu juga ada yang langsung beku gak bergerak sama sekali, pada waktu lihat Vino yang datang dengan Piyama yang pendek bisa di bilang sexy menurutnya, siapa lagi kalau bukan Tristan.

"Kak? kenapa?" Tanya Vino ke Tristan yang masih bengong lihat ke arah Vino.

"ah.. gak papa kok, yuk.. makan!" Jawab Tristan terbata-bata.

Di sepanjang jalannya Vino menuju ke tempat duduk yang berada di depan Tristan... Mata Tristan tak henti-hentinya melhat Vino yang berjalan dan akhirnya duduk di depannya itu.

"Kak? ada apa sih? ada yang salah kah dengan baju aku?" tanya Vino sambil melihati baju piyama yang ia pakai.

"Ah nggak kok, kamu imut aja pakai baju piyama itu!" ujar Tristan menggoda Vino.

Dan di detik yang sama pula, pipi Vino langsung memerah merona.

Ada yang sedang tersipu malu nih wkwkwk.

"Udah mas, buruan makan bibi tak makan di dapur ya" Ujar Bi Inah hendak pergi menuju ke dapur.

"Ah bi, ini loh pakai lauk ini juga gak papa, makan disini aja juga gak papa!" Ujar Vino.

"Ah nggak mas, gak usah bibi makan di dapur aja, gak enak kalau makan bareng mas berdua"

"Alahhh Bi, gak papa kali... emangnya siapa yang larang bibi buat makan bareng kita?" Sahut Vino lagi.

"Ah gini aja mas, bibi ambil lauknya, tapi bibi makan di dapur aja ya... " jawab Bi Inah sambil menelungkupkan tangannya.

"Hmmm Ya udah gak papa, ambil yang banyak ya bi!" Sahut Tristan menimpali.

"Siap Mas, Saya ke dapur dulu ya"

Mereka berdua hanya memberikan senyuman kepada Bi Inah.

Dan sekarang tiba-tiba suasana menjadi hening diantara mereka berdua.

Saling tatap namun kadang saling memalingkan wajah.

"Kak? ada apa? mau ngomong sesuatu? dari tadi lo kaka aneh!" Ucap Vino memecahkan keheningan yang terjadi.

"Ahh nggak papa kok, heheh!" jawab Tristan mencoba mengelak dengan apa yang sebenarnya ia pengenkan.

"Hmmm!"

Namun Vino malah di buat penasaran dengan tingkah laku kakaknya yang aneh itu.

Tak lama kemudian Vino bangkit berdiri dan berjalan dengan perlahan menuju kearah di mana Tristan duduk.

Njir, dia mau ngapain? Kok malah menuju ke sini sih... Anjir gue kenapa juga kok malah kayak orang yang gak pernah ketemu dan duduk bareng ma adik gua!. Batin Tristan memberontak dalam hati.

Hingga Akhirnya Vino duduk di sebelah Tristan.

"Kak, Suapin Vino napa!" Ujar Vino manja kepada Tristan.

Dan dengan spontan Tristan langsung menyendokan satu suap nasi beserta lauknya, dengan tangan gemetar Tristan mencoba menyuapkan ke mulut Vino.

Namun karena Vino melihat tangan kakaknya yang gemetar itu, dia langsung memegang dan menuntunnya untuk memasukan ke dalam mulut Vino.

"Nah gini kan enak, gak sulit kan!" ujar Vino sambil mengunyah makanan yang barusan di suapkan oleh Tristan.

"Kak ada apa?" Tanya Vino lagi sambil mendekat ke wajah Tristan.

"Aaa.. hmm Tidur bareng sama aku ya di kamar ku!" Jawab Tristan pelan sambil menatap mata Vino dengan Dalam..

Vino yang mendengar kalimat tersebut, malah langsung ketawa dan Memalingkan wajah dari Tristan.

"Eh kenapa malah ketawa sih!" ucap Tristan.

"Hahaha lagian sih kaka cuma mau ngomong gitu aja dari tadi, gak jelas malahan!" Jawab Vino sambil tertawa.

Namun Tristan langsung memalingkan wajah dari Vino dan malah sibuk dengan makanan yang berada di depannya itu.

Vino yang melihatnya kakaknya yang sok ngambek itu, langsung merangkulnya dan mencium pipi Tristan dengan lembut.

"Iya... Malam Ini Vino tidur di kamar kakak ya!"

.

.

.

Hayo, Pada gak sabar pasti dengan bab Selanjutnya Wkwkwkw.

Neptunus_96creators' thoughts
Nächstes Kapitel