webnovel

Bab 6. Insiden Tak Terduga

Tersirat raut keputusasaan gadis cantik itu. Raut wajah yang menyayat hati Elena. Dia tak tega melihat saudari kembarnya begitu frustasi seperti itu. Tapi, hamil anak suami Elise, Elena tak bisa.

"Elena?" Mata Elise menyorot penuh pengharapan.

"Aku akan memberikan apapun padamu jika kau mau membantuku. Sekali ini saja. Aku mohon, Kak." Elise bahkan memanggil Elena 'kakak' untuk menggoyahkan hati Elena. Hal yang dari dulu tak pernah Elise katakan.

Mata Elise dan Elena terpaut cukup lama. Terlihat jelas dari mata Elise betapa dia berharap Elena mau membantunya. Seakan Elena adalah tali yang akan menyelamatkannya, jika tali itu terputus dia akan jatuh dan mati.

Perlahan tangan kiri Elena menangkap tangan Elise yang menggenggam tangan kanannya. Dan dengan raut menyesal, Elena melepaskan tangan Elise.

"Maaf Elise." Elena berdiri lalu berbalik. Saat dia ingin melangkah, lengannya tertahan. Dia menoleh dan mendapati tangan Elise yang menahan.

"Kak, kumohon," pinta Elise masih berusaha membujuk Elena. Dengan berat hati, Elena kembali melepaskan tangan Elise.

Orang lain pasti berpikir Elena gadis yang kejam karena meninggalkan Elise yang menangis. Airmata yang menggambarkan betapa frustasi dan tak berdayanya seorang gadis cantik yang hampir sempurna seperti Elise.

Hati Elena tak sekeras batu. Dia juga bersedih dan sangat ingin membantu Elise keluar dari masalahnya. Tapi dia tak bisa melakukannya. Permintaan Elise terlalu mengerikan untuknya.

Elise ingin Elena mengandung anak suaminya. Itu adalah hal tergila yang Elena dengar setelah dua puluh tahun mereka tak bertemu.

Elena tak bisa, ia tak ingin menyakiti hati kekasihnya- Diego. Pria yang berjuang bersama-sama dengannya. Pria yang sudah melamar dan sebentar lagi akan menikahinya. Ditambah, Elena tak mau pria yang bernama Brian- yang tak lain suami Elise, menyentuhnya.

....

'Aku tak bisa hamil'

Teringat kembali kata-kata yang Elise ucapkan. Elena tak menyangka Elise akan mengatakan itu. Apa adiknya sungguh tak bisa hamil? Benar-benar tak akan hamil sampai kapanpun. Raut wajah Elise yang sedih dan frustasi kembali terbayang dalam ingatannya. Membuat kening Elena mengernyit menahan sakit yang dia rasakan. Dia tak sanggup melihat Elise menunjukkan wajah seperti itu. Dia sangat ingin membantu Elise. Bahkan jika Elise meminta satu ginjalnya, Elena pasti akan menyetujui hal itu.

Tapi ini? Berhubungan sex dengan suami Elise dan hamil anak pria itu, Elena tentu saja tak bisa. Hal itu terlalu berat untuk dilakukan. Dia akui jika pria yang bernama Brian adalah pria yang sangat tampan tapi membiarkan pria asing untuk menyentuhnya, Elena tak bisa. Dia sudah bertekad untuk menyerahkan keperawanannya hanya untuk suaminya kelak. Dan itu adalah Diego, kekasihnya.

"Kak Elena, blackforest-nya habis. Dan ada pesanan kue ulang tahun." Evelyn mengajak Elena berbicara. Mengatakan pesanan kue yang harus Elena buat.

Tapi gadis itu hanya diam dan tak merespon. Evelyn menepuk pundak Elena untuk menyadarkannya.

"Eh? Ah Evelyn, ada apa?" Badan Elena berdenyut dan langsung menoleh ke arah Evelyn di sampingnya.

"Kak Elena melamun?" Kening Evelyn berkerut. Dia tak pernah melihat Elena melamun. Ini pertama kalinya. Dan dia yakin Elena pasti memiliki masalah.

"Ada apa?" Elena mengabaikan pertanyaan Evelyn dan kembali bertanya.

"Kue Blackforest habis dan ada pesanan kue ulang tahun."

"Oh, oke. Aku akan membuatnya." Elena bergegas menyiapkan bahan-bahan yang dia butuhkan. Tapi pikirannya kembali memikirkan perkataan Elise. Dia juga memikirkan bagaimana kecewanya Diego jika dia menyetujui permintaan Elise itu. Tapi dia sungguh tak bisa lepas dari bayang-bayang wajah Elise yang sangat tersiksa dan frustasi memohon bantuan padanya kemarin.

Saat Elena mengambil mangkuk besar, tak sengaja tangannya menyenggol sebuah piring dan menyebabkan piring itu terjatuh.

Suara pecahan kaca memekikkan suasana dapur yang sepi. Elena terdiam tak percaya dengan apa yang baru saja dia lakukan. Evelyn dan Shelina masuk ke dalam dapur untuk melihat apa yang terjadi.

Elena masih terdiam. Jantungnya berdenyut kencang dan rasa gelisah menyerbunya. Ada hal yang tak beres. Seakan ada sesuatu yang sangat buruk tengah terjadi.

"Kak Elena tidak apa-apa?" Shelina berjalan menghampirinya. Tak ada respon membuat Shelina menyadari Elena masih mematung tak percaya.

"Evelyn cepat ambil sapu dan bersihkan pecahan kacanya." Evelyn bergerak cepat mencari sapu. Sedangkan Shelina menarik tangan Elena untuk menjauhi pecahan kaca piring itu.

Tangan Elena bergetar, jantungnya masih berdegup kencang dan hatinya semakin gelisah tak wajar. Ada apa? Apa ada hal buruk yang akan terjadi?

Suara dering ponsel Elena, membuat gadis itu semakin ketakutan. Dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Jantungnya semakin berdebar saat menatap nama sang pemanggil. Diego. Dengan jari gemetar Elena menerima panggilan itu.

"Ha—hallo." Elena mengernyitkan kening saat suara asing menjawab sapaannya. Lalu matanya membesar saat orang yang menelponnya menjelaskan sesuatu.

"APA?!" teriak Elena tak percaya. Tangan kirinya membungkam mulut. Airmata mulai memupuk di sudut mata.

Dia terdiam mendengar seluruh perkataan orang asing itu. Dan saat panggilan itu berakhir tubuh Elena berubah seperti jelly hingga dia hampir saja terjatuh jika Shelina tak menahannya.

"Kak Elena, ada apa?" Shelina bertanya panik melihat Elena yang kehilangan fokus.

"Di—Diego masuk rumah sakit." Suara Elena terbata dan bergetar.

"Astaga." Shelina tak percaya, dia semakin memeluk pundak Elena untuk menguatkan gadis itu.

"Ayo, sekarang kita ke rumah sakit." Dan Shelina memberi tahu Evelyn bahwa mereka harus pergi dulu ke rumah sakit.

....

Elena semakin gemetar saat orang yang membawa Diego ke rumah sakit menjelaskan kecelakaan yang terjadi pada kekasihnya. Saat itu Diego berlari kencang dan nekad menyebrang tanpa melihat kanan-kiri. Dan tanpa di duga sebuah mobil melaju kencang hingga menabrak Diego. Dan mobil itu kabur setelahnya.

Elena tak bisa berkata apapun. Dia masih gelisah dan gemetar menanti bagaimana keadaan Diego. Saat ini pria itu masih menjalani operasi. Belum ada satupun dokter yang keluar dari UGD.

Ya Tuhan, selamatkan Diego. Jangan pisahkan Diego dari Elena. Karena Elena tak akan bisa hidup tanpa pria itu. Dia tak bisa. Elena menangis dan terus bergumam jangan pergi. Dia benar-benar takut Diego akan meninggalkannya.

Pria itu sudah seperti oksigen bagi Elena. Dia tak tau apa yang akan terjadi dalam hidupnya jika Diego tak ada di sampingnya.

Seakan semua musibah dan kejadian itu belum mengguncang Elena. Beberapa pria dan polisi datang menghampiri Elena. Menanyakan kronologi kecelakaan. Dan hal yang membuat Elena semakin syok hingga dia kesulitan bernapas adalah ucapan para pria berjas yang mengatakan Diego merupakan tersangka utama dalam penggelapan dana perusahaan dengan nominal milyaran. Hal yang sangat menggejutkan dan membuat Elena hampir pingsan. Diego korupsi? Tidak mungkin. Itu tidak mungkin. Elena menggeleng tak percaya. Gadis itu duduk lemas di kursi tunggu.

Nächstes Kapitel