webnovel

zico melamar kakak ku

setelah beberapa hari aku di rumah sakit dan akhirnya di perbolehkan pulang oleh dokter dan suster jihyo yang merawat aku selama aku di rumah karena dokter bilang jangan terlalu banyak bergerak jadi aku belum bisa untuk sekolah

saat malam nya dia masih setia untuk tidur di sebelah ku tapi bukan satu ranjang dia tidur di kursi di dekat ku dia begitu setia merawat aku tapi aku membuat nya khawatir karena aku berantem

maaf kan aku jihyo , karena aku sudah nembuat mu khawatir tiba tiba dari saat aku sedang menatap nya aku mendengar suara bel rumah di bunyikan sepertinya ada tamu jadi aku berusaha untuk bangkit dari tempat tidur

saat aku berjalan pelan bel itu terus menerus berbunyi , dan aku bilang

"sabar sebentar aku sedang jalan"

(setelah aku membuka pintu rumah )

"zico kenapa kau datang? tapi gak ngabarin gue sih"

"ohh maaf " katanya sambil masuk kerumah dan duduk

"iya duduk dulu"

"suho kau kenapa tidak tidur saja kenapa kau malah disini"

"oh maaf sayang"

"wah ini siapa?"

"pacar gue zic"

"ohh cakep juga pacar lu" kata zico sambil memandangi seluruh tubuh jihyo

"sayang dia siapa?" katanya berbisik

"oh dia teman kecil ku"

"kenapa dia melihat ku seperti itu?"

"tidak dia hanya bercanda"

"dia nginep di sini ?"

"iya , eh zic mau minum apa ?"

"tidak usah gue mau mandi aja"

"okee yaudah di kamar tamu ya"

"lah kenapa gak di kamar lu ?"

"eh sini dah"

"apaan?"

"lu tidur kamar tamu aja , dia tidur kamar gue"

"wah ngapain lu?"

"mulai dah pikiran lu " kataku sambil memukul pelan kepala zico

"yailah canda kali"

"pliss ya ya ya "

"iya iya"

"jihyo kau ke kamar aja dulu"

"iya sayang"

setelah beberapa hari zico tinggal di rumah ku dan dia berkata di suatu hari karena kami sedang ngumpul

"jisoo?"

"hmm.. ada apa?"

"aku mau melamar mu menjadi istri ku"

"apa?"

"iya aku siap untuk mencintaimu apa adanya suho sudah cerita kalo kamu sedang hamil kan aku akan menanggung jawab atas anak itu ko"

"zic ini anak orang lain malah kau yang mau untuk menanggung jawab"

"iya gakpapa aku akan jadi ayah untuk anak ini kok"

(aku dan jihyo hanya bisa diam tidak turut campur dalam pembicaraan itu)

Nächstes Kapitel