Detik itu juga Qu Tan'er menyadari kalau dirinya telah berbuat bodoh. Mo Liancheng pasti sudah tahu dari awal akan ada yang menyerang dari belakang.
"Lain kali jangan begitu bodoh lagi menggunakan badan sebagai tameng," ucap Mo Liancheng mengingatkan. Tatapan matanya yang lembut menunjukkan perasaan hatinya saat itu.
"Eh?" Qu Tan'er tidak mengerti maksud sang Pangeran.
"Kamu pikir kamu tidak bisa mati? Kenapa menjadi tameng demi aku?" Mo Liancheng mengetuk pelan kepala Qu Tan'er dengan panah itu. "Kalau aku tidak bisa kungfu, kamu pasti sudah mati tahu?"
"Anu, kamu mungkin salah paham. Aku tidak berniat menjadi tamengmu… Aku hanya kebetulan ke arah sana," jawab Qu Tan'er yang mengerutkan wajahnya sambil mencari-cari alasan.
"Oh begitu? Dan kebetulan menabrakku?" Mo Liancheng berusaha menahan ketawa.
"Ya, sepertinya begitu." Sekali-kali berbohong tidak akan mati, kan? Batin Qu Tan'er.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com