webnovel

19

Neji tidak pernah tampil heboh selama ini, meskipun dia dikenal cukup baik sebagai kalangan bangsawan murni dari Jepang, tetapi yang dipikirkan olehnya selama ini, dia benar-benar tidak perlu terlihat mencolok.

Pemuda itu berangkat sekolah menaiki bus, pergi ke mana pun menaiki kereta, dan hampir tidak pernah menggunakan taksi jika tidak berada dalam situasi yang mendesak. Namun ketika dia mendapatkan undangan resmi dari keluarga Namikaze, Neji seharusnya pergi ke sana bukan dengan menaiki bus ataupun kereta, pun saat dia perlu membawa Hinata, karena adiknya diundang dalam acara resmi keluarga tersebut, maka dari itu mereka perlu kendaraan yang lebih masuk akal untuk malam ini, dan pada akhirnya, mereka perlu mobil pribadi.

Sopir pribadi telah siap dengan Jaguar putih, satu pendamping duduk di depan, sementara keduanya duduk di bagian jok belakang. Neji bahkan merasa kurang nyaman dengan setelan tuksedo hitamnya. Hinata memaksanya untuk mengenakan itu daripada setelan biasa, sekitar empat jam yang lalu mereka mendadak perlu pergi ke Ginza untuk belanja, "aku tidak mau kau menggunakan setelan jas biasa," kata sang adik, tampak meneliti kakaknya dari atas ke bawah, begitu sebaliknya, "aku ingin kau mengenakan tuksedo saja, kau harus tahu karena ada pesta resmi," akhir kata dari Hinata, yang terus mondar-mandir demi menemukan setelan dengan bahan paling bagus.

"Mereka bilang ini pesta sederhana dan tidak terlalu besar, mungkin makan malam biasa."

"Ibu dan ayah sering mengajakku pergi ke pesta kenalan mereka di luar Okutama, mereka selalu bilang bahwa mereka mengadakan pesta kecil-kecilan, makan malam biasa dengan beberapa kerabat, seandainya kau ikut, maka kau akan tahu apa yang mereka sebut 'pesta sederhana' menurut golongan orang-orang seperti keluarga temanmu itu."

Betul, Hinata lebih tahu soal ini, sudah berapa banyak pesta yang dihadiri oleh gadis itu di luar Okutama bersama ibu dan ayah mereka. Ia seharusnya menurut saja saat adiknya memilihkan sebuah tuksedo untuknya. Dan sekarang, malam ini, dia mengenakannya dengan rasa tidak nyaman pada lehernya—sebuah dasi kupu-kupu melingkar, dan bagian sabuk yang sepertinya terlalu kencang diikat olehnya tadi.

Sedangkan sang adik mengenakan sesuatu yang tidak benar-benar Neji ingat tentang merek dari sebuah rumah mode, bahkan gadis itu begitu bahagia menemukannya pada deretan toko di Ginza. Sebuah gaun malam yang Neji rasa itu sederhana, dengan punggung agak terbuka, tapi beruntung kalau rambut gadis itu tergerai, memungkinkan seseorang tidak menyadarinya.

Mobil tiba-tiba berhenti tepat di depan gerbang keluarga Namikaze, dengan dua penjaga berjalan ke depan mobil mereka, dan kedua penjaga tadi perlu melongok ke dalam untuk memastikan tamu mereka sesuai daftar. "Selamat malam, dengan siapa saya berbicara?"

"Anak-anak dari keluarga Hyuuga, kami bersekolah di St. Konoha High School," Neji berbicara pada petugas, lalu sang petugas memandangi sebentar pada tablet yang dibawanya, kemudian tidak lama dari itu, hanya berselang beberapa detik, dia segera menghubungi seseorang di seberang pagar sana dengan alat komunikasi pada masing-masing telinga mereka.

"Silakan, Anda sudah bisa melanjutkan, dan selamat malam,," begitu kata salah satu penjaga setelah mereka mencentang daftar tamu, pintu terbuka, kemudian mobil mereka kembali berderam.

Di tengah perjalanan mereka, Neji berkata, "Ini tidak biasa seperti saat aku sedang pergi main ke rumahnya, sepertinya betul katamu, ini pasti bukan pesta kecil sekadar makan malam."

"Beruntung kau memiliki aku di sini sekarang."

Neji hanya membuang senyum, dan dari mobilnya, Neji dapat melihat kalau rumah Namikaze lebih gemerlap dari biasanya. Sepanjang deretan jalan masuk ke rumah itu, banyak lentera-lentera menggantung dari tiang ke tiang.

Ketika mobil Jaguar mereka sampai di depan pintu lobi, seorang pelayan mengenakan rompi serta dasi kupu-kupu, tengah mencoba membuka pintu mobil Jaguar keluarga Hyuuga. "Selamat malam, silakan, Nona," kata pelayan laki-laki, tetapi tangannya kemudian langsung ditepis oleh pendamping pribadi Hinata. "Maafkan saya, Nyonya," pelayan laki-laki itu mundur dua langkah, merasa begitu bersalah ingin menangkap tangan seorang tamu belia.

"Kau tidak perlu begitu, dia tidak tahu kalau aku membawa seorang pendamping, seharusnya kau turun dengan cepat," Hinata menggerutu saat pelayan itu diperlakukan tidak nyaman, tapi tentu saja dia tidak boleh mengucapkan kata maaf atas apa yang telah dilakukan pendampingnya, itu sudah tertulis dalam etiket—apa pun yang terjadi, bangsawan tidak bersalah—maaf tidak diperlukan.

Kushina yang berada di depan pintu lobi untuk menyambut para undangan sebelum diantarkan oleh para pelayan ke ruang pesta, tampak terkejut dan juga senang. Wanita itu buru-buru menepuk putranya yang tengah tersenyum serta berbincang-bincang bersama para tamu undangan yang baru datang.

"Kami permisi dulu," Kushina berkata sembari merangkul lengan putranya untuk berpamitan. "Lihat, gadis itu sudah datang, kau juga harus menyambutnya," nada wanita itu menggambarkan bahwa dia terlalu gembira.

"Dia adalah tamu ibu, kenapa aku harus menyambutnya?"

"Hei, lihat, dia membawa temanmu."

"Ya sudah, aku akan menyambut Neji, ibu bisa menyambut gadis itu," Naru mendapatkan pukulan keras karena tidak menurut. "Apa? Salah apa lagi sekarang aku?"

"Karena kau terus menolak. Lihatlah, gadis itu cantik, ibu ingin dia."

"Ingin dia? Maksudnya kalau aku perlu mendekati dia?"

"Bukankah kau tidak punya pacar?" Naru memutar bola matanya. "Dekati dia."

"Asal tahu saja, aku sudah punya istri."

Kushina melirik putranya, dan nyaris tertawa. "Istri kepalamu! Dan jika memang kau memilikinya, kalau begitu, berikan aku cucu secepatnya!"

(╥﹏╥) ya banyak yang terjadi akhir-akhir ini, biasa deh ya, banyak ujian dari Yang Maha Kuasa, maka dari itu tidur lebih awal, dan tenaga sudah habis untuk menyelesaikan setiap masalah

BukiNyancreators' thoughts
Nächstes Kapitel