webnovel

16

Seperti janjinya pada Hinata, Neji pergi ke Okutama dan mengunjungi perpustakaan rahasia yang biasa ayahnya ceritakan. Di rumah cabang, Neji secara sembunyi-sembunyi menyelinap ke perpustakaan tersebut mengingat tidak banyak orang yang tahu, hanya orang-orang tertentu serta terpilih. Beruntung bahwa ayahnya dapat mempercayakan dirinya, karena mimpi aneh pria itu, mengantarkan kenyataan bahwa Neji mungkin salah satu orang yang berasal dari masa lalu.

Sementara itu, Neji berusaha membaca catatan-catatan dalam tulisan aksara Tiongkok. Sebagian mungkin dapat dipahami olehnya, tapi sebagian lagi dia tidak dapat memahami maksud, istilah, atau sebuah penyebutan tertentu bagi seseorang?

Halaman selanjutnya, Neji kemudian dibawa ke narasi yang paling terasa menyesakkan, tertulis bahwa Amaterasu berkata;

"Jikalau kau ingin menjadi Dewa setelah segala kerusakan sebuah desa karena ulahmu sendiri, kupikir hukuman yang pantas atas segala luka dan sakit hati itu; dengan membunuh wanita yang paling dirimu cintai," dalam catatan itu, Amaterasu seolah memberikan pilihan, tapi sebenarnya Dia mengarahkan maksud itu untuk mengingatkan segala dosa-dosa penuh kebiadaban yang dilakukan siluman bengis hingga menimbulkan kerusakan di muka bumi. "Kau mungkin bisa menjadi Dewa jika ekormu semakin tumbuh banyak, tapi semua itu harus dilewati dengan penderitaan yang tiada tara."

Pada hari merah—ketika awan di langit memiliki bentuk yang sangat indah, sepasang kekasih pergi untuk melihat senja di Gunung Mito. Di sana, seorang wanita cantik dibunuh bahkan diambil hatinya.

Kemudian hati tersebut dimakan dengan sangat rakus oleh sang siluman sembari menangis pilu dalam segala kebiadaban yang telah dipilih olehnya demi sebuah pengampunan yang ternyata hanya membekas luka.

Pada era Kaisar Jimmu, sang siluman tercipta dari tetesan darah sebentuk permusuhan antara Dewa-Dewa—peperangan sengit yang terjadi pada masanya menjadikan benih dan lahirlah sang siluman.

Pada malam di mana dia membunuh sang kekasih, sang siluman menangis dan tak punya pilihan lain. Hanya menangis dan menangis. Awan merah terus mengerubungi malam yang terasa mencekam. Longlongan serigala jauh lebih menakutkan daripada biasanya. Secara berkelompok, mereka menuruni Gunung Mito yang diselimuti oleh kabut tebal menyesatkan.

Konon katanya, pohon ginkgo berasal dari tubuh seorang wanita cantik yang mati karena dibunuh oleh siluman. Tahun demi tahun, ketika sang siluman sedang diselimuti dosa. Muncullah pohon itu di atas makam sang wanita. Semakin hari, pohon itu menjadi besar, dan lebih besar.

Dan sebelum tertulis dalam catatan kuno beberapa abad silam, semua kisah tragis itu berdasarkan cerita-cerita simpang siur yang melegenda tentang pohon ginkgo yang tak pernah gundul, menjadi tradisi, lalu tetap dipegang kuat sebagai bentuk cerita spiritual yang tak boleh dilupakan— bahwa wanita cantik itu salah satu putri seorang Kaisar, lahir dari seorang selir paling cantik, telah membuat kesalahan karena melakukan perkawinan terlarang.

Dalam legenda yang tertulis pada catatan kuno itu, sang Kaisar terus menangis dan meminta pada Dewa tertinggi untuk kembali menghidupkan sang putri kesayangan. Namun keinginannya tak pernah dikabulkan sampai akhirnya dia pergi mangkat, meninggalkan dendam maupun kesedihan.

Neji menutup buku tebal itu. Tempat ini begitu tua dan terasa begitu magis. Lantai kayu yang dingin seperti duduk di atas bongkahan es. Neji tampak mencermati setiap isi yang berputar-putar di dalam kepalanya. Mungkinkah putri sang kaisar adalah Hinata?

Neji bergegas mencari buku yang lain kali ini.

Ia menemukan buku di urutan rak ketiga, paling kanan. Judulnya tak dapat dibaca karena kertas-kertas tua itu mulai memudar. Neji masuk ke halaman depan. Terlihat sosok siluman rubah berekor sembilan dengan warna keemasan dan tanda api pada dahinya, menghadap penuh garang ke depan seorang gadis berambut panjang lebat menyapu jalanan. Tangan gadis itu terlihat mengulur untuk menyentuh rahang sang siluman.

Di halaman berikutnya, cerita di antara keduanya kembali dimulai;

Pada bulan purnama, sang putri menyelinap keluar dari paviliun demi bertemu sang siluman di sebuah pondok tua tak berpenghuni di Gunung Kawanori, mereka bahkan menyempatkan untuk mandi bersama di air terjun Hyakuhiro, sebelum acara hubungan intim terlarang mereka dilakukan.

Cerita itu begitu mendetail, menggambarkan setiap adegan-adegan kurang pantas. Seolah sang penulis adalah salah satu dari kedua tokoh di dalam buku kuno itu—entah si wanita atau memang itu sang siluman.

Keduanya bercumbu semalaman di bawah bulan purnama dalam hasrat yang tak dapat ditahan oleh keduanya. Dalam kegelapan, ketika jangkrik mengerik dan serigala-serigala menyanyi seakan mengiring percintaan mereka, keduanya terjerumus pada jurang terlarang hingga semakin dalam.

Seakan tak puas untuk sekali menanam benihnya pada rahim kekasih manusia setengah dewi itu, ia melakukannya sekali lagi, sekali lagi, dan sekali lagi. Di dalam kegelapan pondok tanpa sebuah lilin, di tengah kabut yang menyelimuti pondok, dan mungkin tidak akan ada seorang pun dapat menemukan keduanya, tanpa balutan busana yang pantas, sang siluman terus menggauli.

"Kaisar Keitai akan membunuhku," kata sang siluman, "karena telah menodai putri kesayangannya."

Kaisar Keitai ( 継体天皇 , Keitai-tennō ), juga dikenal sebagai Keitai-okimi , adalah kaisar ke-26 Jepang, sesuai dengan urutan tradisional suksesi.

Tidak ada tanggal yang pasti yang dapat diberikan pada kehidupan atau pemerintahan kaisar ini, tetapi dia secara konvensional dianggap telah memerintah dari tahun 507 hingga 531.

BukiNyancreators' thoughts
Nächstes Kapitel