webnovel

Kalung (1)

Nine tanpa sadar tertidur pulas. ia baru sadar saat Ruri mengoncang kan tubuhnya beberapa kali. Nine terbangun dengan kedua mata masih terpejam dan rambut berantakan. Ia memegang kepalanya mengingat kejadian kemarin.

"Bem...sama", rintih nya pelan. Ruri menatap bingung pada nine. Ia memiringkan kepalanya sehingga tampak manis pada nine yang sedang mencoba berdiri...,"Mawar?"

Nine langsung tersadar, ia tidak boleh tau tentang ini. Nine mengeleng, ia mengambil sepotong handuk bersih disana. kemudian ia pergi setelah memberitahu Ruri bahwa ia hendak mandi. Ruri tersenyum, ia melambaikan tangan dan menyerahkan sebuah baju yang ia bawa pada nine.

"Terima kasih", seru nine. Ruri menatap kepergian nine, sejujurnya nine memang penuh dengan rahasia. Ruri bahkan tidak tau kenapa nine bisa sampai disini. nine terlalu misterius, ia tau bahwa nine tidak akan pernah mempercayainya. Ruri menghela nafas, ia masuk kedalam kamar dan mulai beristirahat seperti biasa.

.

.

.

.

.

Nine berjalan menyusuri Padang rumput hijau di sekitar. ia memegang kain yang baru saja diambil dan handuk. jujur ini baru pertama kali ia mandi setelah kepergian nya dari tempat Bem sama , nine menjelajahi sekitar desa. Dan akhirnya menemukan sebuah air terjun disana. masih sangat asri, nine melihat ke sekitar sebelum akhirnya sadar bahwa tidak ada orang disana.

nine tidak suka saat ada orang yang menganggu nya, ataupun mengintipnya saat mandi. jika itu terjadi nine tidak akan segan segan membunuh orang itu. itu adalah privasi nya sebagai wanita dan ia tidak sudi maklhuk rendahan melihat tubuh nya itu. kecuali Bem sama tentunya..

Nine melepaskan balutan kain ditubuhnya, membiarkan kulit pucat mulus terlihat. Nine menyingkirkan rambutnya kebelakang dan beranjak memasuki air terjun itu. Masih sangat jernih dan nyaman.

Nine turun disana. duduk di antara bebatuan air itu. nine membasuh rambut panjangnya perlahan-lahan. sekilas jika dilihat nine sangat cantik sekarang, nine membuka matanya perlahan, membasuh wajahnya dan menikmati pemandangan pagi itu...

.

.

.

.

.

Nine selesai mandi. ia memakai pakaian gaun sepaha berwarna hitam. nine membiarkan rambutnya sedikit basah membasahi baju belakang nya. nine membereskan semua pakaian dan segera beranjak dari sana.

tak.., tak

nine berhenti saat melihat sebuah hamparan penuh bebungaan disana. nine ingat saat ia berada di kebun mawar bersama Bem sama. Nine pergi kesana. duduk di depan hamparan bunga bunga , cantik sekali..

Kress!!

.

.

.

.

.

tiba tiba jari nine tidak sengaja menyentuh duri dari sebuah bunga. rasanya cukup sakit. Nine sama sekali tidak peduli, toh akan sembuh sendiri. tetapi ia membesarkan matanya saat melihat sosok Bem sama perlahan mengeliat tidak jauh dari sana. ia tertimbun di antara hamparan bunga sehingga tidak terlihat.

nine berdiri. melihat betapa indahnya Bem sama di antara hamparan bunga. Bem sama membuka matanya perlahan, ia menatap ke langit dan tidak lama menatap nine. kedua mata merahnya menatap tajam pada nine. nine terdiam.

Bem terbangun, ia mengerakkan tangan kirinya untuk menahannya agar bisa bangun. tangan kanan Bem menyapu rambut pendeknya perlahan sambil menatap intens pada nine. nine tertegun melihat betapa tampannya Bem saat melakukan itu. Bem memakai baju hitam dengan celana hitam pula, Bem bergerak. ia tiba tiba menarik tangan nine. memandangi jari yang perlahan berdarah itu.

slurpp

"Be..Bem sama, apa yang kau lakukan?", tanya nine. ia memerah saat Bem tiba tiba menarik tangan nya itu dan menghisapnya perlahan. Bem menahan kedua tangan nine , nine dalam posisi merangkak, ia terdiam. menatap mata Bem yang tertutup menikmati darah itu.

setelah selesai Bem kembali menarik kedua tangan nine sehingga nine terjatuh di atas Bem. nine melihat ke arah Bem sama. ia tidak percaya bisa melakukan ini. Bem menahan satu tangan nine dan menciumnya perlahan. satu tangan nine menahan berat tubuhnya agar tidak jatuh.

"Nine darahmu sangat manis"

"Be..Bem sama", bagaimana bisa aku selalu terpesona denganmu. aku semakin mencintai mu Bem sama, sangat mencintai mu. apa kau juga mencintai ku Bem sama...?

.

.

.

.

.

Nächstes Kapitel