webnovel

Ibu Tuan Vampir (1)

Aku adalah ibu dari sebuah keluarga vampir tertinggi. Namaku adalah angel, sudah lama sejak tidak ada seorang pun yang memanggil namaku.

Nama yang aku berikan sendiri, sejak kecil aku selalu saja di siksa dan akhirnya mereka benar benar membuangku saat sudah dewasa.

Raut wajahku cantik , warna putih rambut menyatu dengan kedua mata berwarna merah menyala.

Sejak pertama kali datang, suamiku selalu saja menyuruhku seperti pelayan. Aku tau aku adalah vampir yang tidak akan bisa mati.

Ia selalu menyiksaku, melukaiku tidak jarang pula aku selalu sekarat , tidak ada seorang pun yang peduli.

Termasuk kedua anakku, Bem dan kakak perempuan ku Anie, mereka benar benar tidak peduli padaku.

Aku disiksa oleh sosok suami yang menganggap ku seperti barang. Bem sama sekali tidak peduli, ia melihat tanpa merasakan apapun namun Bem tidak pernah menyakiti atapun menyentuhku.

Anak perempuan ku sama cantiknya seperti ku, dia nakal dan genit dan bisa dibilang sebagai play girl.

Di rumah aku seperti pembantu dan orang asing. Aku hanya bertugas melahirkan anak anak dan melaksanakan perintah dari suamiku.

Aku benci suamiku, aku ingin membunuhnya, menghabisi nya. Karena setiap tahun tekanan itu semakin menekanku.

Hingga pada suatu ketika, suamiku menyuruhku mencuri kotak keramat. Aku gemetar tetapi ia sama sekali tidak peduli. Ia menamparku mengintimidasi ku dengan tatapan mata dinginnya.

_

_

"Kau ambil kotak keramat itu sebelum bulan darah dimulai" seru suara lelaki dengan sangat datar ke telinga istrinya.

Aku gemetar tidak karuan, ia menekankan auranya.

"Be..benda itu sangat berbahaya" seruku berusaha menolak.

Plak

Tetapi aku ditamparnya dia tariknya kerahnya dan menamparku lagi hingga pipiku merah karena sakit.

Aku melihat ke sana kemari. mereka hanya menatap dengan tatapan dingin , mereka tidak peduli sama sekali denganku.

Walaupun sudah jelas suami ku ini menyiksaku. Mereka seolah bersikap tidak ada apa apa. Mereka menganggap ku rendah karena dipungut.

Kalau bukan karena Keluarga vampir ini mungkin aku akan dibuang dijadikan mangsa para monster pembunuh.

Srek, aku mengigit bibirku menahan rasa marah dan rasa sakit luar biasa.

"Baiklah..akan kulakukan"

_

_

Aku benar benar pergi kesana dan mengambil benda keramat itu. Aku melihat ke sana kemari tidak ada orang..

Benda itu sangat terkunci. Jika saja aku tidak harus melakukan nya aku tidak akan pernah melakukannya.

Tidak ada seorang pun dipihakku, aku harus berjuang agar bisa hidup sendiri.

Aku tidak pernah tersenyum seumur hidupku karena tidak ada satupun hal bahagia kualami.

Penyiksaan, perundungan dan intimidasi menjadi aktifitas sehari hari. Mereka membuangku , dan sekarang aku menjadi pelayan dari seorang yang bahkan tidak pantas di sebut suamiku.

Lihatlah betapa kamarku penuh benda benda aneh berbahaya. Dia meletakkan nya disitu membiarkan aku tersiksa setiap berada disana.

Srek

Aku terkejut saat melihat sosok pemuda vampir berambut cokelat dengan kedua mata merah menatapku..

Aku gemetar, aku berlari.

""Aku harus menyerahkan nya"" seruku berlari sekuat tenaga.

BRAK

tetapi Bem menangkap ku dan mengambil benda itu. Aku pasrah,

Tidak lama suamiku datang. Ia menyiksaku dan melukai perutku. Aku ingin membunuhnya..

Aku ingin.. membunuhnya..

_

_

Tak

Ada sebuah kalung yang jatuh. Kemudian suamiku mengunakan auranya untuk menyuruhku lagi.

Aku mengenggam erat kalung itu, aku benar benar di manfaatkan nya. Ia akan mengunakan benda itu untuk menjadi semakin kuat.

Aku harus.., membunuhnya..

_

_

Brak aku terjatuh, dan sosok perempuan vampir cantik memandangi sosok di depannya.

Aku tidak tahan lagi , dan terus saja gemetar melihat sosok anak gadisku ada di depanku dengan tatapan polosnya .

Dia menatapku dengan tatapan kebencian,..ia membenciku..aku aku harus pergi.

Srek..tetapi ia memelukku,aku merasakan rasa hangat setelah beberapa tahun disiksa.

"Ada apa ibu,? " tanyanya khawatir. Ia bahkan memeriksa luka ku..

Aku terdiam, tetapi segera bangkit, aku menunduk seumur hidupku aku habiskan dengan menunduk.

"Ibu!! aku mengkhawatirkan ibu, aku sayang pada ibu maafkan aku selama ini telah cuek padamu" seru gadis bernama Anie itu.

Dia berurai air mata dan memeluk ku, aku merasakan rasa aneh. Rasa hangat tidak lagi rasa ketakutan.

"Be..Bem, kalung.. , pergi kesana. kotak itu kotak yang akan dipakai suamiku" kataku terbata bata.

Anie mengerti dan segera mengepakkan sayap lalu pergi.

Aku menatap dengan kedua mata menatap heran ke arah gadis perempuan ku itu. Seumur hidup baru pertama kali ada yang perhatian.

Baru..pertama kali..aku tidak dibenci..

Tes

"Eh.., aku..kenapa ya?" seruku menatap ke arah pipi ku yang tiba tiba basah.

Rasanya senang hingga aku tidak bisa menahannya, luka ini pun tidak terasa.

Tidak lama aku tidak bisa merasakan tubuhku dan terjatuh di hamparan rumput yang hampir berwarna merah.

_

_

_

Nächstes Kapitel