webnovel

Keluarga Tuan Vampir (3)

Aku berjalan keluar dari tempat kerja ayah. Jujur ayah masih menyembunyikan sesuatu.Yah , sekarang aku harus mencari no dan Ar.

Mereka pasti menemukan sesuatu, aku pasti akan mengetahui segalanya dari kakak. Tentang bulan darah dan apa yang sebenarnya terjadi.

_

_

Tak

Tak

Aku segera berlari ketika melihat no berjalan bertatih tatih. Keningnya berdarah hebat.

Aku segera menuju ke arahnya dan no langsung terjatuh.

"Apa yang terjadi?" seruku menatap dengan mata heran.

No mengerakkan tangannya, dia mengarahkan sebuah benda berwarna hitam kelam . Aku menatap dengan mata terbelalak.

Benda itu!!

_

_

"Benda ini.., aku menemukan nya di ruangan ibu. dan Ar seketika ditangkap. Ia di jerat oleh rantai abadi!!" seru no dengan suara sedikit berteriak.

Tidak lama tangannya berhenti bergerak, dia pingsan!!

_

_

Aku meletakkan no di lantai. Kemudian mengambil benda itu. Benda itu adalah benda keramat yang seharusnya tidak ada di rumah ini.

Kenapa ibu menyimpan benda seperti itu di kamarnya. Ibu tidak akan menyimpan hal yang berbahaya seperti ini sendirian.

Aku tidak pernah melihat ibu merahasiakan sesuatu. Walaupun merahasiakan ibu akan nampak jelas. Ibu.. tidak akan bisa menyembunyikan apapun..

_

_

Benda hitam itu adalah benda keramat yang sangat berbahaya, benda itu akan mengeluarkan aura yang sangat besar bahkan vampir tertinggi seperti kami akan mati jika benda itu diaktifkan.

Sudah lama sejak benda itu diamankan di kuil. Tetapi kenapa seperti ini?

_

_

Aku berjalan membawa benda keramat itu, ketika berjalan menuju ruangan itu terdapat Ar yang sedang dijerat. Jebakan!!

Itu ayah yang melakukan,

_

_

Tak

Tak

Aura tiba tiba berubah, ayah datang, dan ibu di sampingnya sedang gemetar ketakutan.

Ayah dan ibu tidak menikah karena cinta. Ibu dipaksa menikah dengan ayah karena ibu di jual oleh keluarganya.

Salah satu kelebihan ibu adalah kecantikan nya. Kecantikan seorang vampir murni .

Ayah membutuhkan ibu bukan sebagai istri lebih dekat sebagai pelayan. Ibu selalu menuruti ayah karena jika menolak ayah bisa membunuh ibu dengan auranya saja.

_

_

Aku menoleh kearah orang tuaku, menatap dengan kedua mata merah menyala menatap dengan nuansa datar khas es.

_

_

"Apa apaan ini?, ibu kenapa kau memiliki ini di kamarmu??" seru ku menatap ibu Yang sedang gemetar ketakutan karena di kekang oleh kedua aura yang sama kuatnya.

Mungkin ibu satu satunya yang bisa bertahan dari campuran kedua aura mematikan kami.

"Bem.., aku..aku benar benar tidak tau" seru ibu menunduk. Kedua mata merah nya menipis dengan raut ketakutan di seluruh wajahnya.

Aku melempar tatapan pada ayah , jika ibu seperti ini. Ayah lah yang melakukannya.

"Ayah tau, benda ini sungguh berbahaya, dan lepaskan ar"

Ayah tersenyum tipis benar benar seperti kloning jika kami bertemu. Aku dan ayah benar benar memiliki wajah dan sikap yang sama.

Dingin, tanpa emosi seperti es di kutub.

_

_

"Serahkan kalung itu, maka ayah akan menceritakan segalanya"

Aku menatap dengan tatapan datar, ayah pasti meminta nya karena ada sesuatu yang besar.

"Berikan keterangan terlebih dahulu, kalung ini sejak awal adalah milikku" seruku masih menjaga jarak.

Ayah tertawa keras. Tawa yang sungguh meledek dan merendahkan. Aku terdiam hanya menatap dengan tatapan datar tanpa emosi.

"Sayang, kau ceritakan ya" seru ayah mengambil sejumput rambut putih yang sangat indah.

Ibu masih menunduk tidak bisa menatap ke atas. Tangannya gemetar keras saat ayah mengambil rambutnya lalu mencium nya.

"Be..Bem..,benda itu, benda itu ada di tempatku karena su..suamiku yang menyuruhnya meletakkan pada tempatku"

"Bukankah kau akan mati jika melakukan seperti yang dia katakan?"

"Ma..makanya, kalung itu akan menetralkan kotak itu. Se..serahkan itu Bem" seru ibu dengan pelan.

Aku mengernyitkan dahi, ibu mengatakan hal yang sebenarnya. bukan ayah masih menyembunyikan sesuatu.

"Ayah kau belum menjawab satu pertanyaan ku"

".."

"Kenapa kotak berbahaya ini berpindah tempat ke tempat kita?"

".., hah seperti nya aku seri denganmu Bem. memang pewaris yang luar biasa, baiklah aku menyerah"

Seru ayahnya mendorong ibu hingga mendekatiku, aku memeluk ibu yang masih gemetar ketakutan.

_

_

_

Ayah tersenyum tipis sembari berbalik .

Aku mendorong ibu hingga dia terjatuh, aku segera meraih tangan ayah bahkan sebelum aku berhasil meraihnya.

Ia hanya menekankan auranya lagi Hingga membuatku terjongkok.

"Kau bisa menanyakan pada teman temanmu kan, ngomong ngomong sisanya aku serahkan padaku sayang"

seru sosok vampir berambut cokelat hitam melemparkan tatapan datar nan dingin kepada istrinya yang sedang terduduk ketakutan.

_

_

_

Ayah benar benar merahasiakan sesuatu, sial!!. Sudahlah aku akan memperoleh semua informasi yang dibutuhkan ketika mendapatkan ingatan pada kakakku.

Aku menoleh kearah sosok vampir perempuan yang sedang terduduk dengan kedua tangan mengatup didadanya.

Brr

Tatapan dingin kembali membuatnya tertunduk. Aku dan ibu tidak pernah akur sama seperti ayah ku aku sama sekali tidak menyayangi mereka semua.

_

_

"Ibu.. beritahu semuanya"

Sosok wanita itu tertunduk. Ia mengangguk pelan.

"Ko.. kotak hitam itu memiliki kekuatan luar biasa. Jika su suamiku memiliki kekuatan itu ia akan menjadi tidak terkalahkan"

"Hm..ayah cukup rakus juga" seruku bernada datar .

"Ma..makanya , kekuatan itu masih terlalu besar dan ayah membutuhkan kalung itu untuk menetralkan kotak itu. setiap kali ia menyentuh kotak itu masa hidupnya akan ditarik"

Ayah cukup kejam juga, ia hanya mengunakan ibu untuk mengantikan nya dan dia memindahkan kotak itu sampai ia menemukan kalung itu.

_

_

Aku bangkit , dan segara memegang rantai yang mengurung Ar. Ini mudah..

Klak, seperti memutuskan kehidupan manusia. Sangat mudah ..

_

_

Ar segera terduduk ia memegang dadaku dengan nafas menghembus terburu buru. Aku menatap kearah area ruangan ibu yang penuh dengan benda berbahaya.

Seperti nya..ayah benar benar akan mengorbankan ibu. yah aku sebenarnya tidak masalah.., mau ibu meninggal ataupun terluka.

Aku tidak akan merasakan apapun,..

_

_

Aku menatap kearah ibu dengan tatapan terdingin dan meninggalkannya..

_

_

_

Nächstes Kapitel