webnovel

Benda asing lainnya

Ketika Raja Reijin membuka mata, matahari sudah menyapa. Pria itu tertegun sejenak. Tidak biasanya ia tidur sampai matahari berpendar. Tubuhnya pun terasa fit, seolah beban yang ia pikul berkurang. Untuk pertama kali dirinya tidur tanpa mimpi buruk.

Raja Reijin bangkit dari peraduannya kemudian melepas jubah tidur yang ia kenakan. Dayang istana sudah menyiapkan air hangat untuknya membersihkan diri.

Masuk ke dalam bak mandi, ia menyandarkan tubuhnya dengan kedua tangan menumpu pinggiran bak, tampak tenang. Menikmati pijatan air hangat dan harumnya aromateraphi yang sudah dicampur di sana. Matanya terpejam_lalu sebuah suara yang indah mengalun di telinganya. 

Nyanyian gadis itu entah kenapa masih dapat ia rasakan.

Raja Reijin terkesiap. Membuka mata, ia segera berdiri. Menyudahi acara mandinya ketika sebuah pengumuman terdengar bahwa ibu suri berkunjung ke tempatnya.

Dibantu beberapa dayang, Raja Reijin mengenakan jubah Kebesarannya yang berlapis_lapis. Rambut panjangnya disisir kemudian ditata sedemikian rupa layaknya penampilan seorang pria yang berkuasa.

"Tidak biasanya ibunda datang sepagi ini."

Raja Reijin Menyambut hangat kedatangan ibunya. 

"Ada hal penting yang harus ibu tanya dan bicarakan, Yang Mulia."

"Apa perihal gadis itu?" Tebak Raja Reijin sembari menuangkan teh untuk ibunya.

Sang ibunda tersenyum, kemudian menerima secangkir teh itu, "Kau selalu bisa menebak pikiran ku, Yang Mulia."

"Baru semalam rupanya ibu sudah mendengar tentang dia."

"Tidak ada yang ibu tidak dengar di istana ini." Ibu Suri meletakkan cangkir teh yang telah ia teguk, kemudian menatap puteranya dengan pandangan serius, "Yang Mulia, saya ingin menunjukkan sesuatu."

****

Ursulla menggigit ujung bawah bibirnya ketika tiba-tiba dua prajurit datang untuk menggiringnya ke kediaman Raja Reijin. Dia gelisah dan takut. Jangan-jangan dia akan dihukum setelah insiden kemarin.

Ya ampun, akankah ia mati di zaman ini?

Ketika sampai di pintu ruangan yang mewah dan indah itu, keringat dingin mengalir di pelipisnya, jantungnya pun berdegup tak karuan apalagi ketika pintu tersebut dibuka_ tak hanya mendapati sosok pria dingin dengan tatapan tajam melainkan juga seorang wanita beraut tegas menatapnya seperti harimau.

Ursulla diperintahkan duduk berhadapan dengan dua manusia berkuasa yang seolah ingin meng-eksekusinya.

Tidak ada pembicaraan. Dua pasang manik mata itu hanya menatap dirinya. Bukan. Lebih tepatnya Raja Reijin dan ibu suri sedang mengamatinya. Ursulla harus mati-matian menahan ketakutannya. Lalu beberapa detik kemudian, ibu suri membuka sekotak kayu terlihat seperti kotak penyimpanan barang berharga.

"Benarkah kau berasal dari masa depan?" Pertanyaan tiba-tiba ibu suri membuat Ursulla seketika mendongak,

"Benar, Yang Mulia."

Ibu suri mencibir, "Kau pikir aku percaya?"

"Saya tidak bohong, Yang Mulia."

"Jika berbohong, kau akan mati."

Ursulla seketika berlutut, "Sungguh, hamba tidak berbohong. Benarkan Yang Mulia Raja?" Ursulla menoleh ke arah Raja Reijin. Mencari pembelaan bahwa Raja sudah pernah menginterogasinya dan menunjukkan bukti bahwa ia tidak berdusta.

Raja Reijin tidak berkomentar. Ia hanya mengambil kotak yang telah dibuka kemudian menunjukkannya kepada Ursulla.

"Kau tahu benda apa ini?"

Sejenak Ursulla tertegun. Kemudian matanya melebar tak percaya tentang apa yang dilihatnya saat ini, "Wuuaa.... bukannya ini jam tangan." Ursulla mengambil benda dalam kotak tersebut. "Aku juga punya." Ia merogoh saku pakaiannya. Mengambil sebuah benda yang sama. Kemudian menunjukkannya pada Raja dan ibu suri yang menatapnya dengan pandangan menelisik.

Lalu atensinya kembali pada beberapa benda lain, "Tas ransel merk POLO, sepertinya ini buku catatan. Astaga..." Ursulla berteriak histeris, "Ini Handphone tapi sudah mati. Kalian juga memiliki ini?" Tanya Ursulla heran, kenapa di zaman peradaban punya benda semacam itu.

Sedari tadi ibu suri mengerutkan kening memerhatikan reaksi Ursulla begitu melihat benda-benda itu.

"Benda-benda aneh ini dulunya ditemukan oleh mendiang Yang mulia Osuk (Ayahanda Raja Reijin), kami tak tahu ini benda apa, lalu mendiang Raja menyimpannya." Jelas ibu suri.

"Apa mungkin sebelum aku sudah ada orang dari masa depan yang datang?" Gumam Ursulla sembari memiringkan kepalanya.

Ibu suri berpikir sejenak. Tidak ada satu pun yang tahu benda macam apa ini dan apa fungsinya. Tetapi wanita ini bisa mengetahuinya. Jika ini memang benda dari masa depan itu berarti ada dua kemungkinan. Keberuntungan atau malapetaka.

Ibu suri lantas berdiri. Memberi sorot menusuk, "Jika kedatangan mu ke sini membawa bencana bagi kerajaan Cheon, maka jangan segan-segan bunuh perempuan ini, Yang Mulia!" Pintanya kepada Raja Reijin.

Seketika Ursulla terbelalak kaget mendengar ucapan itu.

"Yang mulia aku bukan orang jahat. Sungguh aku tak berniat mencelakai siapapun apalagi merusak kerajaan ini." Ursulla panik akan ancaman ibu suri, ia pun dengan bodohnya memohon ampun pada Raja.

Tetapi Raja dingin itu hanya diam. Seakan tak memiliki simpati pada Ursulla.

"Yang mulia Raja Reijin kelak akan menjadi raja terbesar dan paling agung dalam catatan sejarah dinasti Cheon. Serta raja akan sembuh dari penyakitnya." Ujarnya begitu saja. Kepanikan membuatnya bicara sembarangan. Yang penting membuatnya selamat.

Ucapan Ursulla rupanya berhasil membuat ibu suri tertarik, "Bagaimana kau tahu?"

Ursulla menelan ludah. Sungguh dia hanya asal bicara tadi.

"Sa... saya berasal dari masa depan, jadi itu sudah tercatat dalam sejarah kami." Jawab Ursulla meski dalam hati ia tak yakin akan hal itu. Pengetahuannya akan sejarah tergolong minim. Hal itu dibuat karena dia tak mau mati digantung.

Ibu suri tersenyum samar. Tentu saja dia senang puteranya akan menjadi raja hebat dan penyakitnya pada akhirnya sembuh,

"Semoga perkataanmu benar adanya." Ucap ibu suri lalu kembali melangkah pergi.

Ursulla seketika menghela nafas lega. Bagaimanapun juga ancaman itu membuatnya ngeri.

"Pergilah nona!" Perintah Raja Reijin kemudian dengan baik hati memberi sapu tangan untuk mengelap keringat di kening Ursulla. Hawa ketakutan gadis itu.

Ursulla tak menyangka pria acuh ini memberikan sesuatu untuknya. "Te... Terimakasih Yang mulia. Sejujurnya aku ingin kembali ke tempat asal ku namun aku tak tahu bagaimana caranya." Gumamnya lirih namun masih bisa didengar Raja.

Dengan gontai, Ursulla pun melangkah keluar kediaman Raja Reijin.

Tanpa disadari_ di atap genting kediaman pribadi Raja Reijin, terlihat seorang laki-laki mengenakan jas hitam duduk sambil membawa sebuah kalung jam kecil.

"Ini baru saja dimulai." Pria itu tersenyum misterius.

Nächstes Kapitel