TEE's POV
Sebel sih ya, masa iya sih pesona Tee Jaruji Thanapon gak ngaruh di hadapan manusia macam Tae Darvid? Hellooo~ gue itu Incubus bersertifikat Internasional yang udah melalangbuana di dunia perINCUBUSan. Banyak yang takluk dan berlutut sama gue. Malah saking mereka takluk di dalam mimpi, besok harinya pun mereka mencoba buat deketin gue. Ya walaupun gue pura-pura gak tau apapun alasan mereka tiba-tiba deketin gue.
Jadi gue kurang apa hah sampe-sampe itu jelemaan tiang listrik gak ngaruh sama gue? Apa mimpi kemarin kurang hot? Apa kurang genjotannya? Hah?
No no no, gue bukannya geer pengen dia ngejar gue kaya yang lain. Tapi gue gak terima aja, masa baru liat gue dia langsung buang muka gitu aja? Anjerr aeng penasaran kan jadinya. 😩😩
*
Sehabis matkul pertama gue langsung cabut dari kampus. Males banget, udah gak mood deh gue gagara tadi pagi. Akhirnya gue berinisiatif pergi ke bar 'Phantom' biasa buat ngejernihin pikiran gue.
Sesampai disana, gue langsung berjalan kearah meja bar dan memesan 'Bloody Mary' ke bartender. Gue sengaja buat cabut tanpa ditemani Kit, karena kalau ada dia bawaannya pasti emosi dan pengen ngebunuh orang di kali Citarum.
Oh iya, bar Phantom itu bar para Incubus dan Succubus bertemu. Kalian gak akan nemuin satu manusiapun disini. Ini adalah wilayah netral yang hanya memperbolehkan kaum kami masuk tanpa ada penyusup Makhluk Malam lainnya muncul. Apalagi manusia.
"Tumben sendirian Beam? Kemana saudara-saudara kamu yang lain?" Tanya bartender bertubuh kecil dan mempunyai senyum yang indah itu sambil memberikan minuman yang gue pesen.
"Mati kali phi." Jawab gue singkat
"Lah, saudara sendiri dikatain. Awas loh kalau beneran gima-" perkataannya langsung terputus saat dia sadar apa yang sudah terlontarkan.
"Iyaudah nong, sekarang phi yang bakal temenin kamu ya. Tapi sambil kerja. Hehe" sambungnya lagi.
"Iya phi Krist. Eh itu phi Sing kemana? Hari ini gak masuk?" Tanya gue buat ngalihkan topik
"Lagi nganterin Laila ke rumah Oma nya." Jawab phi Krist sambil tersenyum
"Aaah, malam ini waktunya bikin adonan ya phi makanya anak diungsikan kerumah Oma? Haha"
"I-ih apaan, engga. E-emang si Laila mau nginep aja dirumah Oma nya." Wajah merah phi Krist selau sukses bikin gue demen ngegodainnya. Apalagi kalau berhubungan sama phi Singto, suami nya.
"Iya iya.. Beamy percaya. Haha" senyum kemenangan gue akhirnya gak ketahan lagi dan puas banget gue liat wajah merah malu phi Krist.
Ah, betewe eniwei, phi Krist dan Phi Singto adalah sahabat baik dari Kakak pertama gue yang udah meninggal.
Eh ko gak meninggal? Itu Phana siapa dong?
Oraai, gue ceritain dari awal siapa gue. Dan gue bakal nyeritain ini sekali, gak ada pengulangan ye..
Siap-siap..
Pasang tuh telinganya..
Kalau bisa pake headset..
Eh ini mah baca ya..
Ulangin!
Baca baik baik ya, pasang matanya. Oke?
Udah siap??
Jadi, gue terlahir menjadi Incubus dari keluarga Barame. Nama asli gue Beam Barame. Ayah gue Yeongju Barame -keturunan bangsawan Korea- dan Indara Barame -seorang Incubus dari keluarga Thailand-. Gue punya dua kakak laki-laki yang kelakuannya pengen banget buang ke sungai Nil, saking isengnya, tapi ada daya adinda bertanduk ini hanyalah adik nelangsa yang kebetulan juga punya kakak-kakak yang sadisnya melebihi dosen pembimbing.
Lahir dalam keluarga dari Kalangan Atas sebenarnya merupakan hal yang gue benci. Ya gue benci menjadi seorang bangsawan. Gue benci jika harus menjaga sikap di hadapan banyak orang atas nama kebangsawanan. Gue benci harus hidup dalam kepura-puraan orang disekeliling gue yang cuman pengen berteman karena status keluarga gue. Dan gue benci karena titel kebangsawanan ini juga merenggut nyawa orang-orang yang gue sayang.
Pertama gue harus kehilangan orang yang paling deket sama gue, yaitu kak Eza. Sedikit tidak masuk di akal alasan kenapa nyawa kak Eza harus direnggut. Itu bermula saat kak Eza menginjak usia 20 tahun dan gue berumur 16 tahun. Kak Eza seperti Incubus pada umumnya, wandering dari mimpi orang-orang asing ke mimpi yang lainnya. Tapi semua berubah saat dia mulai intens mengunjungi mimpi orang yang sama di setiap malam. Awalnya ayah dan mamah hanya mengingatkan agar kak Eza berhati-hati atas konsekuensi permainannya. Dan kita tau, kak Eza bukanlah orang yang serius dalam hal apapun kecuali keluarganya. Kak Eza dengan watak keras tapi ceria yang gak mungkin bodoh menyeretnya dalam sebuah permasalahan rumit.
Setelah bermingu-minggu, akhirnya apa yang kak Eza lakukan terdengar sampai ke telinga Dewan. -Fyi, Dewan adalah sekumpulan kepala bangsawan dan tetua Incubus yang bertugas untuk membuat peraturan dan tata kerja dalam duni Incubus. Mereka akan menentukan peraturan dan hukuman bagi Incubus yang melanggar batasan.-
Dan kak Eza pun dibawa untuk menghadap ke forum Dewan guna diadili. Dan didalam pengadilan Dewan itu, kak Eza mengakui sesuatu hal yang sampai detik ini gue masih gak percaya. Kak Eza mengakui kalau dia telah jatuh cinta kepada manusia itu dan ingin mempunyai kehidupan normal. KEHIDUPAN NORMAL?? Gue tau kalau kak Eza itu adalah manusia ceroboh kedua setelah gue, tapi gue gak tau kalau dia sebodoh itu untuk ngelepasin kehidupan Incubus demi manusia yang dia cintai.
Kak Eza dijatuhi hukuman berat karena melanggar peraturan paling penting, yaitu tidak boleh jatuh cinta pada manusia. Dan akhirnya dia dihukum dengan cara menyerahkan eksistensinya ke hadapan Dewa Kematian. Eksistensi berabad-abad yang sia-sia hanya karena peraturan sepele demi kepentingan 'Manusia Tidak Boleh Tau Eksistensi Incubus'. Can you believe that bullshit?
Dan kita sekeluarga hanya bisa menerima dengan berat hati keputusan itu, karena kak Eza di eksekusi di tempat, hanya ayah dan mamah yang menyaksikan bagaimana anak pertamanya direnggut nyawanya di hadapan orang tua. Gue sempet memberontak dan berakhir di sel pengurungan selama 10 bulan sesudah eksekusi.
Dan fakta yang lebih mengejutkan lagi adalah manusia itu hamil. HAMIL. Dan dia gak tau identitas pria yang setiap hari datang ke dalam mimpinya, entah itu sekedar sex ataupun melakukan hal romantis lainnya selayaknya pasangan. Perempuan itu memutuskan untuk melanjutkan hidupnya dan membesarkan anaknya bahkan saat dia sadar kalau pria itu tidak akan datang lagi ke mimpinya.
Tugasku dan Phana yang menjaga mereka dari kejauhan. Memperhatikan buah cinta dari kakak gue yang malang. Walaupun kami baru mengetahuinya setelah kematiian kakak, kami bertekad untuk menjaga harta berharga terakhirnya.