⚠️⚠️⚠️WARNING!!⚠️⚠️⚠️
THIS CHAPTER CONTAINS MATURE CONTENT, NSFW, GAY/HOMO/BOYSLOVE,BAD LANGUAGE AND BAD FOR PURE HEART! GET FUXXX OUT WHILE YOU CAN IF YOU DON'T LIKE THIS.
☢️☢️☢️TAETEE/FORTHBEAM SCENE☢️☢️☢️
🔞🔞🔞PAHAM KAN TANDANYA?🔞🔞🔞
____________________________________________
TAE's POV
Akhirnya sekitar jam setengah 1 gue nyampe ke dorm. Emang rasanya udah paling enak kalo di dorm sendirian, gak ada emak yang grecokin gue di pagi hari, bisa puas tidur apalagi nyolo. Hehe~
Sebelum pulang tadi, gue sempet pamitan sama dua kunyuk itu lewat chat dan sempet pula gue nanya nama si anak baru itu. Lumayan lah pinjem namanya buat nyolo sebelum tidur. Kan enak klo udah nyolo, bisa bobo gans dengan nyenyak.
Niat mau nyolo, tapi kok mata berasa berat banget ya? Dan tiba-tiba pandangan gue gelap..
**
NORMAL's POV
'Gue dimana?' Tae mengenyitkan dahinya. Berpikir keras. Bukannya tadi dia lagi di kamar dormnya? Tae yang sekarang berada di ruangan dengan meja besar. Dengan seseorang. Dengan lelaki cantik yang dia temui di pesta ulang tahun August.
Mereka duduk saling berhadapan, makan malam dengan cahaya lilin. Di atas meja ada banyak macam makanan, lobster, bebek, serta banyak lagi.
Mulut Tae terbuka ngeliat itu semua, tapi yang bikin dia kaya gitu bukan karena makanan, sebaliknya, Tee yang duduk didepannya — dengan kaki terbuka lebar saat dia memamerkan area bawahnya udah gak memakai celana lagi.
Dalam sekejap mata, meja tadi tiba-tiba menghilang, dan yang ada cuman Tee duduk di atas kursi itu, posisi Tae sekarang duduk di lantai, ngeliat gimana Tee bermain dengan dirinya sendiri dan mendesahkan namanya dengan suara yang menggoda.
Mata Tae melotot ketika si lelaki manis itu memasukkan jari tengahnya ke dalam lubang nikmatnya dengan mudah — pinggulnya ikut bergoyang, lidahnya yang keluar saat bernapas. Tangan Tee yang lain memegang sandaran kursi saat memasukkan dua jari lagi, mengerang dengan keras saat masuk.
"Tae—" Mata Tee terbuka, menatap lurus ke arahnya dengan menggoda, "Ini gak cukup." Dia bergumam, "Aku menginginkan milikmu, T-Tae... Tolong aku."
Kemudian tubuh Tae bangkit dan kemudian menarik jari-jari Tee keluar dari lubangnya. Tae mencium bibirnya dan dia mengingat gimana rasanya bibir lelaki mungil yang dilihatnya beberapa jam yang lalu di rumah August itu.
Tangan Tee sekarang berada di lehernya. Mencium dengan penuh gairah, Tae meraih dan memegang kaki Tee dan menaruhnya di pinggangnya. Tee merintih ketika tubuh mereka tersentuh, Tae masih memakai baju lengkap. Tee mendesis ketika badannya yang polos bergesekkan dengan pakaiannya.
Tae duduk di kursi dan Tee di pangkuannya, Tee mulai mencium lehernya -- Memanggil namanya, mencengkram kemeja Tae saat dia berusaha mati-matian untuk membantunya melepaskan pakaian itu. Membiarkan Tee untuk melepaskan pakaiannya, Tae meremas pantatnya dan disahut dengan desahan menggoda dari Tee.
"Cepatlah ..." Tee merengek.
Tee, dengan tidak sabar, mulai menggoyang-goyangkan tubuhnya sendiri diatas Tae. Penis Tae yang sedari tadi sudah membesar dan keras itu pun bergesekan dengan gerakan Tee. Akhirnya Tae berdiri membuka ritsleting celananya dan membiarkan Tee untuk membuka boxer yang tersisa darinya.
Tee terengah-engah saat menarik bahan terakhir yang menempel pada tubuh Tae, membuatnya semakin haus, semakin bernafsu. Dan kulit putih seperti salju itu berubah menjadi warna merah karena udah sangat terangsang.
Tae mengerang ketika Tee dengan cepat mengocoknya, dengan cengkraman yang halus tetapi cukup kuat untuk membuat Tae keluar. Dan tiba-tiba, Tee mendorong tubuh Tae hingga posisi tidur dan mulai mencoba memasukkan penisnya ke dalam lubangnya -- pelan tapi pasti hingga penisnya masuk semua dan menyentuh prostat milik Tee.
"F-Fuck..." Tae mengerang dan Tee mendesah panjang saat penisnya masuk kedalam. Tee menutup matanya, mencoba menikmati setiap jengkal penis Tae. Di dalam lubang milik Tee mungkin hal terbaik yang bisa dia impikan -- oh salah -- itu adalah hal terbaik yang pernah dia impikan.
"T-Tae ..." Tee merintih, "Bangun."
"Bangun."
"Bangun."
...
"Bangun!!!!" Alarm yang di setting memakai suara emak meraung.
Tiba-tiba Tae terbangun, rasa horny nya -- nikmat tubuh Tee yang dimimpinya masih jelas di pikirannya.
Tae menelan ludah, seolah-olah dunia baru aja berakhir.
boxernya basah kuyup, tapi itu bukan masalah besarnya.
Masalahnya dia masih keras dan ingin melakukannya sekali lagi sama Tee kayak di dalam mimpinya.
"Brengsek!" Dia mengerang.
Aku kurang yakin kalau disini bisa mature content atau engga, apalagi ini genrenya BL.