webnovel

bab 44

Di Luar Ruangan Kepala Sekolah

Chaca : "Kurang ajar si anak udik itu berani banget dia sama gue. Lihat aja lu bakal gue apain. Zev mana tuh anak sialan itu"

Zeva : "Ayo pergi ke kelas gue"

Kelas 11 B

Brak. Pintu di buka dengan asal – asalan. Seseorang yang sudah mengetahui bahwa ia akan dihabisi oleh mereka dari awal dia sudah ketakutan.

Zeva : "Sialan lu" (Sambil menuju ke bangku Sasha)

Chaca : "Lu jadi orang gak tahu diri banget ya. Kemarin lu udah kita tolongin tapi pagi ini apa balesan dari lu. Dasar jalang kurang ajar. Sialan lu ban*s*t" (Sambil menjambak rambut Sasha)

Byurr. Veve menyiramkan air ke wajah Shasa.

Veve : "Lu udah mulai berani sama gue hah? Lu mau gue apain lagi"

Brak. Brak. Brak. Rosie mulai menggebrak meja Shasa.

Rosie : "Sialan lu. Hiks. Hiks. Hiks. Gue gak pernah cari masalah sama lu tapi kenapa lu bawa – bawa nama gue hah? Gue salah apa sama lu? Hiks. Hiks. Hiks" (Sambil menanggis)

Tara : "Woi berdiri lu" (Sambil menarik kerah baju milik Sasha)

Buk. Satu bogeman mendarat dengan mulus di pipi Shasa.

Tara : "HA HA HA BERANI BANGET LU CARI MASALAH SAMA GUE. LU PIKIR LU SIAPA HAH? LU PIKIR LU PANTES CARI MASALAH SAMA GUE"

Sasha : "Aahh"

Sasha merasa kesakitan karena tonjokan dari Tara dan Nora yang menginjak dada Sasha saat Sasha terjatuh karena tonjokan dari Tara.

Nora : "Sakit? Ini tuh belum ada apa – apanya. Lu udah cari masalah sama kita berenam. Lu pikir kalau lu udah laporin kita ke polisi lu bakal hidup dengan tenang hah?"

"Apa dilaporin ke polisi?" Kata murid lain yang berbisik – bisik di saat mereka menyaksikan peristiwa tersebut.

"Berani banget tuh cewek ngelaporin mereka berenam ke polisi. Wah wah wah bener – bener gak takut mati nih cewek" Kata murid lain.

Chaca : "Hoii kalian semua jangan cuman bisik – bisik doing. Siapa di sini yang gak bully di ague bakal bully orang itu"

Mereka semua yang mendengar omongan Chaca Cuma bisa diam.

Chaca : "Kenapa kalian diam? Kenapa gak bully dia hah? Kalian mau gue yang bully dia hah"

Saat mendengar Chaca berbicara seperti itu langsung semua murid melempari benda yang ada di sekitar mereka kepada Sasha.

Berita dengan cepat menyeba ke seluruh sekolah sehingga banyak murid datang ke kelas 11 B termasuk Kenan, Devan, Allen, Revo, Bagas, dan  Ansel

Kenan : "Ada apaan ini? Beb kamu ngapain?"

Devan : "Cha kamu ngapain sih? Kamu jangan bikin onar lagi di sekolah. Udah semuanya bubar"

Allen : "Tau tuh Cha. Hobi kok bully orang sih"

Chaca : "DIAM. EMANG GUE SURUH KALIAN SEMUA IKUT CAMPUR HAH" (Berbicara dengan nada marah)

Saat Chaca berbicara Devan dan Kenan mulai mendekati Shasa untuk membantunya.

Chaca : "JANGAN BANTU DIA" (Berbicara dengan nada marah)

Devan : "Kalian semua pada ngapain sih?" (Sambil melihat mereka berenam)

Veve : "Lu mending gak usah ikut campur. Kalian semua gak usah ikut campur. Ini masalah kita sama si jalang satu ini"

Revo : "Vee"

Veve : "DIAMM"

Saat mereka sedang berdebat tiba – tiba kepala sekolah dan pak polisi itu pun datang.

Polisi Tama : "Ada apa ini ramai – ramai di sini?"

Saat pak polisi melihat kondisi Sasha yang sudah tak karuan polisi itu pun langsung menarik tangan Chaca.

Chaca : "AAHH. Sakitt"

Polisi Tama : "Sakitan mana sama perasaanya dia?"

Chaca : "Mana gue tau itu bukan urusan gue"

Kenan : "Woi lepasin tangan dia gak. Ini tuh namanya pelecehan terhadap wanita"

Polisi Tama : "Cih dasar bocah. Kalian semua tahu apa hah tentang hokum? Kalian berenam ayo cepat ikut saya ke kantor polisi. Tidak ada namanya acara panggil – panggil pengacara. Kesabaran saya sudah habis sekarang"

Kenan : "Chaa" (Sambil memegang tangan Chaca)

Chaca : "LEPAS" (Sambil melepas tangan Kenan)

Kantor Polisi

Ruang Introgasi

Polisi Tama : "Dengan saudara Zaviera Xaveria Chamomile"

Chaca : "Yay a ya. Udah cepet kita langsung ke initinya aja lah gak usah berbelit – belit"

Polisi Tama : "Apakah benar anda yang melakukan penyerangan?"

Pengacara : "Permisi pak saya selaku pengacara dari saudari Chaca yang akan menjawab pertanyaan anda. Berdasarkan keterangan dari klient saya saudari Chaca sangatlah tidak mungkin melakukan hal tersebut"

Polisi Tama : "Saya Tanya sekali lagi apakah benar kamu yang melakukan penyerangan terhadap saudari Shasa?"

Pengacara : "Maaf pak"

Brak. Brak. Brak. Tiba – tiba polisi itu menggebrak meja.

Polisi Tama : "Kamu dengan diam mu tidak akan pernah membuat mu keluar dari sini"

Chaca : "Oh ya?"

Pengacara Chaca memegang tangan Chaca untuk mengingatkan kepadanya bahwa ia tidak boleh berbicara apapun kepada polisi. Dan saat Chaca mulai terpancing omongan polisi itu pengacara Chaca mulai panic.

Pengacara : "Pak polisi, bapak tenang dulu. Di sini saya mewakili saudari Chaca akan menjawab semuanya"

Polisi Tama : "Kamu" (Sambil menunjuk Chaca)

Polisi Tama : "Saat kita menemukan bukti atas kelakuan mu habis lah kamu membusuk di penjara"

Setelah mengatakan itu, polisi itu pun pergi keluar ruangan.

Chaca : "CARI SAJA BUKTINYA SAMPAI KETEMU. MAU DUNIA MAU KIAMAT KEK BUKTINYA GAK BAKALAN ADA" (Sambil berteriak)

Polisi yang mengintrogasi Chaca tersebut keluar dari ruangan introgasi untuk mengawasi yang lainnya yang sedang di introgasi.

Polisi : "Lapor komandan Pratama"

Polisi Tama : "Ya"

Polisi : "Dari semua terduga tersangaka yang kita introgasi, mereka semua tidak mau mengaku"

Polisi Tama : "Hais sial"

Dua Har Kemudiani, Hari Sabtu, Tanggal 27

Kantor Polisi

Setelah dua hari di tahan di kantor polisi akhinya Chaca, Veve, Zeva, Rosie, Tara, dan Nora di bebaskan dari penjara karena kurangnya bukti.

Kenan : "Cha"

Saat Kenan datang ke kantor polisi menemui Chaca, tapi Chaca tidak menggubris sama sekali kedatangan Kenan.

Kenan : "Cha tunggu dulu dong. Aku mau ngomong sama kamu" (Sambil memegang tangan Chaca)

Chaca : "LEPAS"

Kenan : "Cha aku mau ngomong sama kamu. Kamu kenapa sih kok jadi begini?"

Chaca : "LEPAS"

Akhirnya Kenan melepaskan tangan Chaca dan Chaca langsung pergi begitu saja meninggalkan Kenan.

Cerita Berlanjut

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan  semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Nächstes Kapitel