Senior Nara itu bernama Leo Sanjaya!
Betapapun Leo berusaha untuk mengingat sosok Nara yang pernah dilihatnya sebelumnya tapi tidak bisa mengingatnya.
Nara sudah selesai mengganti pakaiannya lalu Nara keluar untuk mulai mengikuti latihan yang akan diberikan kepadanya.
Di ruang latihan sudah berkumpul beberapa orang untuk mengikuti pelatihan. Ya! Salah satunya Nara. Cuma Naralah cewek satu - satunya di sana, selebihnya cowok.
Kumpulan cowok itu menatap Nara dengan tatapan mengejek sembari tertawa menatap cewek seperti Nara yang hanya seorang diri. "Loe yakin ingin ikut latihan bela diri begini? mendingan loe ke salon aja kalau tidak shopping saja sana." Ucap salah seorang cowok yang bertubuh kekar yang sangat meremehkan Nara.
Nara hanya menatap tajam ke arah cowok yang telah meremehkan kemampuannya itu. 'Bukan karena diam, gue gak berani sama loe ya! Kita lihat aja nanti sampai waktunya. Gue akan bisa menunjukkan semua kemampuan yang gue punya.' Umpat Nara di dalam hati.
Nara duduk menepi untuk memisahkan dirinya dari para cowok yang sudah menganggap remeh dirinya. Dia malas untuk bergabung dengan orang seperti mereka.
Kemudian seseorang datang dan menghentikan suara ribut ribut yang terdengar cukup jelas dari luar. Begitu Leo masuk, suara yang ribut tadinya langsung hening seketika. Tatapan Leo sudah sangat serius, tegas, dan kejam.
Leo tidak ingin di pusat pelatihannya ini hanya dianggap lelucon oleh seseorang yang tidak serius ingin berlatih.
"Perhatian semuanya! Saya di sini sebagai pelatih kalian. Saya paling tidak suka melihat orang yang sok jago dan tidak serius untuk latihan. Di sini bukan tempat bermain! Kalian mengerti?" Ucap Leo dengan tegas dan penuh penekanan.
Lalu semuanya langsung berkata secara serentak "mengerti kak!"
"Apa kurang keras! Saya tidak mendengar suara kalian!" Teriak Leo sambil mengarahkan tangannya ke telinganya.
"MENGERTI KAK...!" Jawab mereka semua dengan cukup keras.
"Oke, bagus kalo begitu. Dengarkan tiga peraturan dari saya :
Pertama: saya paling tidak suka orang yang tidak tepat waktu!
Kedua: saya tidak bisa menerima alasan apapun karena tidak bisa latihan, terkecuali kalian menunjukkan surat dokter yang menyatakan kalian sakit sampai tidak bisa latihan.
Ketiga: saya paling tidak suka melihat seseorang yang sombong, sok jago dan main - main!
kalo ada yang tidak bisa mengikuti semua peraturan yang telah saya buat mendingan pergi dari sekarang. karena disini saya membutuhkan seseorang yang sangat konsentrasi penuh dan sungguh sungguh. kalian mengerti!!" Ucap Leo sambil menatap semua orang secara bergantian.
"MENGERTI KAK!" Ucap mereka semua secara kompak.
"Baik, sebelum memulai latihan alangkah baiknya kita semua pemanasan terlebih dahulu."
Mereka semua mengangguk lalu langsung mempersiapkan diri masing masing untuk pemanasan. Nara benar benar sangat serius untuk mengikuti latihan itu.
latihannya berjalan sekitar kurang lebih 2 jam. Saat ini Nara sedang mengelap keringatnya yang terus menerus mengalir membasahi seluruh tubuhnya, dengan nafas yang masih terengah - engah Nara duduk di tepi untuk mengambil botol minuman yang telah di bawa nya tadi saat hendak ingin berlatih.
Setelah dengan rakusnya Nara meneguk semua minumannya, Nara mengambil handuk kecil yang berada ditasnya untuk mengelap keringatnya yang terus - menerus membasahi tubuhnya. Nara menyejajarkan kedua kakinya.
Kemudian seseorang datang untuk menghampiri dirinya "Loe tadi bagus saat latihan. pertahanin ya!" Ucap Leo memberikan semangat untuk Nara.
"Thanks Kak! Semoga gue bisa lebih baik lagi ntar berkat bimbingan dari Kakak." Ucap Nara dengan terbata - bata.
"Oke! Gue suka semangat loe. Semoga loe betah dan sungguh - sungguh dalam berlatih. jangan cepat merasa puas." Kata Leo sambil menepuk bahu Nara.
"Iya Kak, pasti!" Ucap Nara singkat sembari memberikan senyuman.
"Ngomong - ngomong sepertinya kita pernah ketemu?" Tanya Leo yang sedaritadi sudah merasa sangat penasaran.
"Mana mungkin Kak, perasaan Kakak aja kali. gue aja baru kali pertama ketemu Kakak disini." ucap Nara dengan cuek.
"Iya mungkin ya, gue salah orang." kata Leo sambil menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
"Oh iya kita belum kenalan, nama gue Leo. nama loe siapa?" tanya Leo sambil mengulurkan tangannya.
"Gue Nara, Kak! Kakak bisa panggil gue Nat saja." Kata Nara sambil menerima uluran tangan dari Leo.
Leo hanya mengerlitkan kedua alisnya karena heran. tapi tidak bertanya lagi kepada Nara yang sudah bersiap - siap untuk kembali.
"Maaf ya Kak, gue balik duluan." Kata Nara cuek sambil merapikan semua barang - barangnya kemudian memasukkannya kedalam tas.
Leo hanya mematung setelah kepergian Nara dari sana. 'Apa gue salah mengenali orang ya?!" Kata Leo yang masih penasaran dengan Nara.
Begitu tiba dirumah, Nara yang memang sudah membawa kunci cadangan segera membuka pintu rumahnya. Lalu melangkah masuk kedalam rumahnya. Dia melihat Mamanya yang sudah terlelap. Nara hanya tersenyum sambil menyelimuti Mamanya.
Kemudian Nara dengan langkah perlahan keluar dari kamar Mamanya. Entah mengapa perutnya merasa lapar karena latihan yang memang sangat menguras tenaganya itu.
Nara pun menuju meja makan lalu membuka tempat makan. Begitu melihat menu yang tersaji di sana, Nara langsung senyum senang. Karena Mamanya memasak makanan kesukaannya. Tanpa perlu menunggu lagi Nara langsung melahap makanannya dengan sangat bersemangat.
Sangkin laparnya Nara sampai menghabiskan 2 piring sekaligus. setelah itu Nara langsung menuju kamarnya lalu membaringkan tubuhnya yang sangat kelelahan. Baru sebentar berbaring, Nara sudah terlelap dengan pulasnya.
Pagi harinya, Nara yang hampir terlambat karena kesiangan bangun dari tidurnya. Semuanya serba buru - buru, mandi dengan asal - asalan, sampai tidak sempat untuk sarapan lagi.
Nara langsung salaman dengan Mamanya. "Pergi ya, Ma!" Kata Nara lalu berlari keluar.
"KAMU TIDAK SARAPAN DULU, RA?!" Teriak Mamanya.
"Tidak, Ma! Nara sudah terlambat nih. Dah, Ma." Kata Nara dengan suara yang kuat supaya terdengar oleh Mamanya.
Mamanya hanya menggeleng - gelengkan kepalanya saja menatap Nara yang terburu - buru seperti itu.
"Maafin Mama ya, sayang! Gara - gara Mama, kamu jadi susah seperti ini." Ucap Mamanya lirih dengan muka sedih.
"Tapi Mama akan selalu masakin kamu makanan yang enak - enak, sayang, biar kamu semakin semangat kuliah dan kerjanya." Kata Mamanya lalu melihat bahan - bahan yang ada di dalam kulkasnya. Ternyata sudah banyak yang berhabisan. Dengan sigap, Mamanya ingin segera pergi ke pasar untuk belanja bahan - bahan masakan tersebut.
Mama Nara memesan ojek online, setelah beberapa lama menunggu, ojek online pesanan Mama Nara sudah tiba. Lalu tanpa menunggu lagi Mama Nara segera menuju ke pasar. Di sana Mama Nara sudah banyak memegang belanjaan ditangannya.
Dengan perasaan yang sangat senang Mamanya ingin segera kembali kerumah, tapi entah mengapa Mamanya bertabrakan dengan seseorang, tapi untungnya Mamanya tidak sampai terjatuh.
"Maaf, maaf, saya tidak se..." Kata - kata orang itu terhenti. dia tidak percaya akan bertemu dengan teman lamanya itu di dalam pasar yang kecil ini.
"MIRAAA...!" Ucap spontan.
Dengan muka yang sangat pucat, dan ketakutan yang sungguh luar biasa Mama Nara berusaha untuk mengelaknya.
"Maaf anda salah orang, permisi." Kata Mama Nara lalu segera pergi dari sana.
"Gue gak mungkin salah orang. Pasti itu Mira!" Kata - kata Cindy terulang lagi.
Cindy langsung celingak - celinguk menatap tempat Mamanya Nara pergi. Tapi sudah tidak menemukan sosok Mamanya Nara itu.
"Kemana dia pergi? Kenapa cepat sekali sudah menghilang saja! Sejak kapan dia berada disini? Gue harus menyelidikinya." Ucap Cindy lalu segera pergi dari sana.
Mama Nara yang sudah berhasil kabur dari sana sesekali mengintip juga, untuk memastikan apakah benar sosok teman lama yang dilihatnya tadi sudah tidak berada lagi disana.
setelah benar benar memastikannya, Mama Nara bergegas pergi dari sana sambil memegangi dadanya yang tidak normal dengan detakan jantung yang cukup kencang.
"hampir saja! untung saja aku bisa cepat kabur dari dia! kalo tidak akan ribet urusannya. sial sekali aku bisa bertemu dengannya disini." ucap Mama Nara.
*****
Di kampus, Nara yang masih sangat capek dan mengantuk akhirnya memilih kursi yang paling ujung agar bisa tertidur saat dosen lagi berbicara di depan sana tanpa bisa memperhatikan dirinya yang sedang terlelap.
Belakangan ini memang Nara sudah sangat capek dengan aktivitasnya. kuliah, kerja, latihan. gak tau lah badan Nara itu terbuat dari apa.
Waktu jam istirahat, Nara menyadari kalo dirinya sudah tinggal sendirian. Pelan - pelan Nara membuka matanya lalu menguceknya dengan kasar, sambil sesekali menguap.
Cacing - cacing di perut Nara sudah berbunyi, Itu yang menyebabkan Nara terbangun, Nara jalan pelan - pelan menuju kantin untuk mengisi perutnya yang kosong.
Nara memesan nasi goreng telur dan es teh manis. Setelah pesanannya datang Nara dengan lahapnya langsung menghabiskan makanan itu tanpa tersisa.
Tiba - tiba Wira datang menghampiri Nara. "woi Nat, gimana latihan loe?!" Wira bertanya sambil menepuk bahu Nara.
"Ngagetin aja sih loe, wir! lancar kok.ternyata benar kata loe, disana latihannya sangat bagus dan disiplin banget." kata Nara sambil menjelaskan kepada Wira.
"Ya iyalah! disana tuh latihan gak bisa main main. makanya sudah banyak sekali atlet yang jadi dari sana. loe udah ketemu sama pelatihnya yang bernama Leo gak?" tanya Wira.
"Iya kemarin dia ada disana, loe kenal?" tanya Nara penasaran.
"kenal lah, gimana sih loe, dia itu kan terkenal banget. dan beruntungnya lagi dia kuliah satu kampus sama kita!" kata Wira sambil dengan antusias memberi tahukan hal itu kepada Nara.
"Oh yaaa? gue kok gak tau ya?!" kata Nara dengan cuek.
"Gimana loe mau tau, Nat. loe itu cewek tercuek yang pernah gue kenal! loe mana tau tentang kehidupan diluar sana bagaimana. heran gue sama loe!" kata Wira sambil mendengus kesal.
"Lah suka suka gue lah! hidup hidup gue! bodoh amat dah sama kehidupan diluar sana, mendingan juga gue ngurusin hidup gue saja!" sahut Nara dengan ketus.
"Emang dasar loe! cewek jadi jadian. uh kesal gue lama lama ngobrol sama loe. udah ah gue mau cabut dulu. loe latihan yang bener dan serius ya! ingat loe masih punya utang sama gue!" kata Wira dengan mengingatkan Nara.
"Ya udah, gue juga males ngobrol lama lama sama loe! iyaa gue ingat kok! loe gak usah ingatin gue berkali kali lagi." celetuk Nara dengan kesal.
"Mendingan loe cepat pergi deh! sebelum gue tonjok loe." ancam Nara.
"Ih takut.... kaburr." kata Wira dengan mengejek Nara lalu segera pergi dari sana.
"Ngeselin banget tuh orang! takut banget utangnya gak gue bayar! uh!" dengus Nara dengan kesal.
"Tadi dia bilang kalo kak Leo kuliah disini? gue kok gak pernah ketemu ya?! udah ah bodoh amat juga, mau kuliah disini juga, apa hubungannya sama gue!" ucap Nara sambil mengangkat kedua bahunya.
*****
Devan yang masih begong dikelasnya sambil terus memikirkan sosok cewek misterius yang berada di kamar bersamanya, sambil memegang kalung yang sedang dikenakannya. lalu tentang ketertarikannya melihat sosok cewek tomboy seperti Nara yang sangat jauh dari cewek yang diidam idamkannya.
"Woi Dev, awas kesambet loe ntar!" kata Kevin yang menepuk bahu Dev dengan kasar.
Seketika lamunan Dev buyar begitu saja. lalu dia menatap sahabatnya itu dengan tatapan sinis.
"Apaan sih loe! datang datang ngagetin dan ganggu gue aja!" ucap Devan dengan kesal.
"Habisnya dari tadi gue perhatiin loe melamun terus. jangan bilang loe masih kepikiran sama cewek yang tidur sama loe itu ya?" kata Kevin dengan suara yang sangat keras.
Devan langsung menutup mulut sahabatnya ini. "gak harus kuat kuat juga kan ngomongnya. loe udah bosan hidup ya?" Ancam Devan yang sudah menjadi pusat perhatian di dalam kelasnya.
"Sorry, sorry! gue keceplosan, Dev. hehehe." ucap Kevin sambil cengengesan.
Devan langsung mendengus dengan sangat kesal. "kebiasaan banget sih loe!" celetuk Devan.
"Loe belum bisa mendapatkan informasi dengan tuh cewek? biasa kan loe dengan mudah sudah menemukan informasi?" tanya Kevin dengan heran.
"Nah, justru kali ini gue sangat sulit melacak tuh cewek. Mukanya tidak jelas di rekaman CCTV hotel. gue sudah kehilangan jejak. yang gue tau dia berambut pendek dan memakai topi. gue bingung harus mencari dia kemana. nah sejak gue ketemu sama cewek tomboy yang bernama Nara itu, gue jadi tertarik, apalagi dia sudah berhasil mengalahkan gue balapan. gue jadi ingin mencari tau tentang tuh cewek. gue jadi penasaran. gue jadi kepikiran trus dibuat tuh cewek." kata Devan menjelaskan kepada Kevin.
"Loe tertarik dan penasaran sama tuh cewek kan karena dia udah berhasil mengalahkan loe, dia udah berhasil menjadi saingan loe dalam hal balapan. bener gak?" kata Kevin asal menebak nebak.
"Asal ngomong aja loe. tapi gue juga gak mengerti sih kenapa bisa gue penasaran dan ingin tau banget tentang tuh cewek. gue juga gak ngerti sama sekali sama diri gue sendiri." kata Devan sambil menerawang memikirkan alasan dia tertarik dengan Nara.
"Coba loe aja ketemu tuh cewek langsung, Dev. Timbang loe penasaran terus begini?" Kata Kevin memberikan solusi.
"Mendingan loe diam aja deh kalo tidak tau apa - apa." Kata Devan yang semakin kesal.
'Gue malah udah ketemu sama tuh cewek dan yang parahnya lagi gue ditampar sangat keras. Gengsi dong kalo gue ceritain ke loe kalo gue ditampar sama cewek. Bisa - bisa gue jadi bahan tertawaan Kevin.' Umpat Devan dalam hati.