Mulutku tanpa sadar ternganga memandangi rumah besar tinggi bak istana di hadapanku. Walaupun tertutup pagar besar, ujung puncak istananya terlihat malu-malu. Walau pun aku pernah mendatangi rumah keluarga Bentley yang berkali-kali lipat dari ini, namun aku masih saja terkejut karena tak menyangka ada rumah sebesar ini di kota kelahiranku. Ini aku rasa bisa dibilang rumah terbesar yang ada di kota Jambi.
Wajar sekali Venya dengan mudah pulang pergi ke London hanya menemui sahabatnya sialan itu. Walau pun aku sudah menduganya dari cara dia berpakaian, tapi aku tidak percaya bahwa dia anak dari konglemerat seperti ini.
"Permisi, ada yang bisa saya bantu?" ucap seseorang laki laki keluar dari pos satpam berpakaian serba hitam mengetuk jendela mobilku.
"Apakah benar ini rumah Venya Restio?" tanyaku.
"Maaf dengan siapa?" Ia bertanya balik.
"Saya Yuna."
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com